Secara umum di daerah Sidoarjo ada indikasi terkait dengan keberadaan logam tanah jarang. Selain itu ada logam lain, critical raw material yang jumlahnya justru lebih besar
JERNIH – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menemukan indikasi kandungan logam tanah jarang dan critical raw material di Lumpur Lapindo Sidoarjo, Jawa Timur.
“Secara umum di daerah ini di Sidoarjo memang ada indikasi terkait dengan keberadaan logam tanah jarang. Selain itu ada logam lain, critical raw material yang jumlahnya justru lebih besar,” kata Eko Budi Lelono, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Jumat (21/1/2020).
Eko Budi mengatakan lembaganya tengah mengkaji secara intensif potensi kandungan logam tanah jarang dan critical raw material di Lumpur Lapindo, Sidoarjo ini. Kajian intensif itu merupakan hasil tindak lanjut dari penjajakan awal yang sempat dilakukan oleh Badan Geologi bekerja sama dengan Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara pada 2020.
Namun Eko masih belum bisa membeberkan hasil penjajakan awal terkait dengan potensi kandungan logam jarang dan critical raw material tersebut. “Hasilnya masih dalam proses ini baru selesai di tahun 2021, jika ini sudah selesai secara menyeluruh akan disampaikan,” tuturnya. “Mudah-mudahan kita bisa tahu seberapa besar potensi logam tanah jarang yang ada di Sidoarjo,” tambahnya.
Kajian potensi mineral pertambangan timah yang sempat dilakukan Kementerian ESDM pada 2017 menemukan volume endapan mengandung logam tanah jarang di Indonesia cukup besar. Di Sumatra terdapat setidaknya 19.000 ton logam tanah jarang. Kemudian di Pulau Bangka Belitung sekitar 383.000 ton, serta Kalimantan dan Sulawesi masing-masing memiliki minimal 219 dan 443 ton logam tanah jarang.
Di tingkat global, China memproduksi 84 persen dari total produksi logam tanah jarang dunia. Kemudian Australia 11 persen, Rusia 2 persen, Brazil dan India sebanyak 1 persen.
Komoditas ini dinamai logam tanah jarang (LTJ) atau Rare Earth Element karena didasarkan pada asumsi yang menyatakan bahwa keberadaannya yang tidak banyak dijumpai. Sumber daya logam tanah jarang ini dicari oleh banyak pihak.
Pasalnya, ‘harta karun’ ini memiliki banyak manfaat dan bisa digunakan sebagai bahan baku dari berbagai peralatan yang dibutuhkan teknologi modern saat ini. Antara lain sebagai bahan baku untuk baterai, telepon seluler, komputer, industri elektronika hingga pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/ Angin (PLTB). Lalu, bisa juga untuk bahan baku industri pertahanan hingga kendaraan listrik. [*]