Bagi keluarga Jernih.co, almarhum Radhar Panca Dahana adalah kawan dan senior yang baik. Pada saat situs berita ini di-launching akhir 2019 lalu, almarhum Radhar Panca Dahana pula yang bersedia memberikan orasi kebudayaan, yang mendapatkan banyak sambutan hadirin saat itu.
JERNIH—Sastrawan dan budayawan Radhar Panca Dahana, seorang yang oleh para sahabatnya dikenal berkali-kali menyintas maut, telah dipanggil pulang Allah AWT di bulan suci, hari ini.
Kepastian kabar itu diterima Jernih.co dari kakak kandung yang bersangkutan, Radhar Tri Baskoro, melalui pesan WA. “Innalillahi wainna ilahi raajiuun. Telah berpulang mala mini, pukul 20.00 adik saya tercinta Radhar Panca Dahana di UGD RS Cipto Mangunkusumo. Mohon maaf atas segala kesalahan dan dosanya. Mohon doa agar ia mendapat empat yang terbaik di sisi-Nya. Aamiin Ya Rabbal Alaamin…”
Bagi keluarga Jernih.co, almarhum Radhar Panca Dahana adalah kawan dan senior yang baik. Pada saat situs berita ini di-launching akhir 2019 lalu, almarhum Radhar Panca Dahana pula yang bersedia memberikan orasi kebudayaan, yang mendapatkan banyak sambutan hadirin saat itu. “Buat Lu, kita kasih diskon deh,” kata almarhum berkelakar, beberapa hari sebelum acara peluncuran Jernih.co tersebut.
Almarhum bahkan sempat memiliki sub-kanal khusus, ‘Kopi Panas Radhar Panca Dahana’. Tulisan (dan video) terakhir almarhum yang dikirim ke Jernih.co dimuat sekitar November 2020 lalu, berjudul “Yang Luput dari Omnibus Law”.
Radhar Panca yang lahir pada 26 Maret 1965, mulai dikenal melalui karya-karyanya dalam bentuk esei sastra, cerita pendek, dan puisi yang dipublikasikan di sejumlah surat kabar Indonesia. Radhar juga aktif menjadi pembicara dalam diskusi, seminar, maupun talkshow di televisi.
Ia menyelesaikan Program S1 Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Indonesia (1993) dan studi Sosiologi di École des Hautes Études en Science Sociales, Paris, Prancis (2001). Radhar merupakan pendiri dari Perhimpunan Pengarang Indonesia dan presiden Federasi Teater Indonesia yang masih dijabatnya hingga meninggal.
Pada 2019 lalu Radhar dipercaya Komisi Pemilihan Umum untuk menjadi salah satu panel Debat Cawapres ke tiga, bersama Rektor Universitas Syiah Kuala, Samsul Riza, Rektor Universitas Hasanuddin, Dwia Aries Tina Pulubuhu, dan Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah.
Kehidupan seni Radhar dimulai sejak dini. Minatnya dalam bidang menulis terlihat sejak umur 5 tahun, saat dirinya sering tidak pulang ke rumah dan ditemukan di kawasan Bulungan sedang melihat teater. Kepiawaiannya dalam bidang sastra dan tulis menulis kemudian membawanya menjadi seorang cerpenis dan reporter lepas di sebuah majalah remaja, Zaman, yang saat itu dikomandoi almarhum Danarto.
Karena bakatnya yang besar, saat masih duduk di kelas 2 SMP ia telah bekerja sebagai wartawan lepas di majalah remaja “Hai”, yang kini almarhum.
Radhar memulai debut sebagai sastrawan sejak usia 10 tahun lewat cerpennya di Harian Kompas, “Tamu Tak Diundang“. Lalu, menapak karier jurnalistik sebagai redaktur tamu malalah Kawanku (1977), reporter lepas hingga pemimpin redaksi di berbagai media seperti Hai, Kompas, Jakarta Jakarta, Vista TV, dan Indline.com.
Dalam kehidupanya berkesenian, radhar sempat meraih penghargaan sebagai satu di antara lima seniman muda masa depan Asia versi NHK (1996), meraih Paramadina Award (2005), Duta Terbaik Pusaka Bangsa, Duta Lingkungan Hidup sejak 2004, serta menerima Medali Frix de le Francophonie 2007 dari 15 negara berbahasa Prancis.
Karya-karya Radhar tak hanya sebatas cerpen, puisi dan esay. Ia membukukan “Menjadi Manusia Indonesia” (esai humaniora, 2002), “Lalu Aku” (kumpulan sajak, 2003), “Jejak Posmodernisme” (2004), “Cerita-cerita dari Negeri Asap” (kumpulan cerpen, 2005), “Inikah Kita: Mozaik Manusia Indonesia” (esai humaniora, 2006), “Dalam Sebotol Cokelat Cair” (esai sastra, 2007), “Metamorfosa Kosong” (kumpulan drama, 2007), “Manusia Istana” (kumpulan puisi) dan beberapa buku lain, di antaranya “Lalu Kau” (kumpulan puisi, 2020).
Allahumaghfirlahu warhamhu waafihi wafuanhu. Selamat Bang Radhar, selamat menjumpai Kekasih kita. [dsy]