KLATEN – Bagaimana mungkin seorang perempuan lanjut usia (kabarnya 70 tahun lebih), tinggal sebatang kara di sebuah rumah gubuk di kampung, bisa jadi YouTuber kondang belakangan ini?
YouTube telah membuat keniscayaan. Dari nothing menjadi something. Awalnya nobody, kini somebody.
Kedemokrasiannya membuat siapa saja bisa terkenal dan dilihat banyak orang, sedunia. Sebuah hal yang membuat banyak televisi di Indonesia kalang kabut.
Adalah nenek Minto, yang kemudian akrab disapa Mbah Minto. Teknologi algoritma robot Google bahkan telah menempatkan kata kunci “Mbah Minto” nomor satu. Mengalahkan mbah-mbah lainnya, sebut saja Mbah Marijan, Mbah Surip, bahkan Mbah Google itu sendiri.
Mbah Minto adalah salah satu tokoh di kanal YouTube bernama Ucup Klaten. Ini adalah kanal bikinan Sabun Studio, sebuah sanggar kreatif. Salah satu penggiatnya bernama M. Sofyan yang kemudian punya nick name Ucup.
Sofyan ini pula yang mengajak Mbah Minto, sang tetangga itu ambil bagian di produksi video. Tugasnya sebagai salah satu pemeran sebuah tayangan yang dikemas dengan genre komedi.
Kepintaran tim ini adalah meletakkan Mbah Minto sebagai sosok sentral. Mereka lalu bermain komedi karakter dengan cara mengeksplorasi si nenek ini lewat berbagai hal yang relevan dengan situasi saat ini. Semua hal “ditabrakkan”. Semisal, oma gaptek yang mendadak doyan berponsel, juga nenek sepuh yang tiba-tiba berceloteh ala milenial.
Maka, keluarlah karakter sang nenek, tetapi tetap menjaga kenaturalannya, keorisinalitasannya.
Harus diakui sejak munculnya tokoh karakter lucu ini, Sabun Studio menemukan rentang jalannya. Video-video yang dibuat sebelum Mbah Minto hadir tak terlalu menggoyang jagad YouTube. Sejak Mbak Minto, konten mereka mendadak meledak. Perlahan jumlah viewer-nya naik berlipat ganda. Volume subscriber-nya secara ekual juga ikut mendaki.
Sebuah video pendek Mbah Minto bisa meraih 4,4 juta pasang mata menyaksikan. Jumlah subscriber kanal ucup Klaten dua bulan silam masih 560 ribuan. Per tulisan ini diturunkan sudah menembus 921 ribu. Tinggal sedikit lagi kanal ini meraih Gold Creator Award, jika telah mencapai 1 juta subscriber.
Apakah cukup dengan bermodal kekuatan karakter?
Rasanya tidak. YouTube Academy menyebutkan ada empat langkah membuat video untuk mengubah sosial. Setelah memperoleh inspirasi untuk perubahan dan melakukan riset, maka storytelling adalah step berikutnya sebelum kemudian mengunggah video.
Kekuatan bercerita itulah yang membuat Mbah Minto lebih “hidup” dan menampilkan segala kelucuannya. Cerita dibangun dengan mencari keterkaitan pada situasi yang terjadi. Dalam istilah jurnalistik di sebut sebagai “riding the wave”.
Wave-nya adalah tentang wabah virus Corona dan –waktu itu- jangan mudik. Lalu, Sabun Studio melakukan riding dengan menampilkan kekocakan video call antara Mbah Minto dengan Ucup. Nah, kan hype soal Zoom pun disisipkan di situ.
Karena pesannya sangat sederhana, plot cerita dibangun sederhana pula. Sesederhana Anda sedang bicara dengan orang tua. Sehingga durasinya pun pendek saja. Tetapi kemudian dibuat klimaks di ujung scene.
Boom! Penonton dijamin ketawa ngakak. Menonton video ini, seperti mengajak penonton meregang senyum, senyum lagi, dan diakhiri dengan tertawa.
Mbah Minto dan Ucup cs. memberikan hiburan ala YouTuber di tengah kebosanan dan kejenuhan masyarakat. Serunya, ada moral of the story (pesan moral) yang disisipkan.
Sampai-sampai Gubernur Jawa Tengah dan Bupati Klaten merasa perlu bersapa dan bersua rakyat jelatanya itu. Najwa Shihab hingga Soimah yang punya acara di televisi mainstream harus mengobrol demi menaikkan rating-nya.
Dari sekadar memberikan pesan moral, video Mbah Minto bergulir lagi menyampaikan pesan sponsor. Istilah marketing-nya soft sales. Masuklah pelaku bisnis.
Setelah konten menjadi raja (content is the king), kemudian pebisnis memanfaatkannya sebagai “kendaraan” reklame dalam bentuk pesan tak langsung atau disebut soft sales tadi.
Dan boleh jadi, Sabun Studio, Ucup cs., terikut Mbah Minto sekarang tengah membangun sebuah media berbasis video. Dan itu dari sebuah kota kecil bernama Klaten. (*)