Ustadz Bikers Penjaga Bumi: Gas Dakwah, Rem Emisi

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, menemukan sosok yang mampu menjembatani dunia spiritual dengan realitas komunitas yang kerap dipandang ‘jauh’ dari agama adalah sebuah permata. Itulah Muchamad Arief Mulyadi, seorang Penyuluh Agama Islam berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) kelahiran Subang, 24 Mei 1984, yang memilih jalur dakwah yang unik dan penuh tantangan.
Arief menempuh pendidikan di Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) Tasikmalaya, meraih gelar sarjana Syari’ah/Ahwal Al-Syakhsiyyah dengan predikat cum laude. Dengan pendekatan syakilah (etnologi), ia membawa pesan spiritual ke ranah yang tak biasa, menjangkau kelompok-kelompok yang kerap dianggap berada di luar lingkup dakwah konvensional.
Dengan pendekatan syakilah (etnologi), ia membawa pesan spiritual ke ranah yang tak biasa, menjangkau kelompok-kelompok yang kerap dianggap berada di jalur dakwah yang unik dan penuh tantangan. Ia lebih tepat disebut ‘ustadz lapangan’. Bukan karena suka turun aksi, tapi karena lebih memilih bersentuhan langsung dengan masyarakat akar rumput.
Kesungguhannya dalam dunia dakwah telah membawanya mengelola 19 Majelis Ta’lim, dari tingkat kelurahan hingga kabupaten. Ia juga merajut simpul-simpul dakwah di tempat-tempat yang mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya. Dua “binaan khusus” yang menjadi sorotan adalah komunitas hijrah anak band dan komunitas bikers.
Alih-alih datang dengan ceramah kaku, Arief mendekati mereka dengan sentuhan personal melalui metode syakilah (etnologi). Program unggulannya, “Sorogan Jeung Cikopi”, adalah bukti nyata bagaimana dakwah bisa hadir dalam balutan kehangatan. Di acara komunitas para bikers, obrolan santai ditemani kopi menjadi ruang berbagi ilmu, diskusi agama, hingga curhat ringan.
Dari perbincangan yang membumi inilah, berbagai gagasan positif untuk “bhakti untuk negeri” lahir dan dieksekusi. Dari sana lahir berbagai aksi sosial dan lingkungan seperti santunan anak yatim, donor darah, sunatan massal, hingga penanaman pohon sebagai bentuk ibadah ekologis.
Salah satu program paling inovatif yang diusung Arief adalah “Satu Knalpot Satu Pohon”. Ide ini secara cerdas mengajak para bikers untuk menyeimbangkan jejak emisi kendaraan mereka dengan menanam pohon. Sebuah respons nyata terhadap isu lingkungan global yang sejalan dengan 8 Program Prioritas Menteri Agama (KMA No. 244 Tahun 2025). Gerakan ini bukan sekadar simbolik, tetapi sebuah ajakan praktis untuk peduli pada kelestarian lingkungan, menggarisbawahi bahwa menjaga bumi adalah bagian tak terpisahkan dari ajaran agama.
Ustadz Multitugas Beragam Apresiasi
Kiprah dan dedikasi Arief tak luput dari pengakuan. Ia adalah peraih Juara 1 Penyuluh Teladan Tingkat Kabupaten dan Harapan I Tingkat Provinsi (2021), Juara I tingkat kabupaten dan provinsi kategori Penegakan Hukum (2023), dan bahkan masuk Nomine 10 besar Tingkat Nasional Penyuluh Agama Islam Award (2023). Puncaknya, pada tahun 2025 ini, ia kembali meraih Juara I kategori Pelestarian Lingkungan tingkat kabupaten dan provinsi.
Di luar tugas kedinasannya, Arief juga aktif sebagai Tour Leader di Travel Cahaya Raudhoh dan memegang berbagai jabatan strategis di organisasi keagamaan dan sosial, termasuk Ketua V IPARI Kabupaten Subang, Ketua Majelis Tabligh, Tarjih dan Dakwah Komunitas Muhammadiyah Subang, Ketua DKM, UPZ dan BMM Masjid Al-Munajat, serta pengurus DPD BAKOMUBIN, Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Subang, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Subang. Ia bahkan diakui sebagai simpatisan bidang kerohanian di Bikers Brotherhood 1% MC Northern Chapter, membuktikan kemampuannya beradaptasi di berbagai kalangan.
Tak hanya aktif berdakwah, Arief juga rajin menulis di berbagai media daring sebagai bentuk dakwah literasi. Karena menurutnya, dakwah tak boleh ketinggalan zaman—harus bisa menjangkau jempol, bukan cuma telinga.
Arief kini tinggal di Kota Subang. Tapi jejak dakwahnya menyebar ke berbagai penjuru—lewat majelis taklim, komunitas motor, media sosial, dan siapa tahu… juga lewat pohon-pohon yang diam-diam menyerap dosa knalpot kita. Karena menyelamatkan bumi, dalam versi Arief, adalah bentuk cinta pada sesama dan rasa takut pada Yang Maha Kuasa. [Dindien]