Prestasi menonjol e-TLE paling mutakhir adalah membuktikan pria berinisial ZO sebagai pelaku tabrak lari seorang pedagang keliling mi ayam di Jalan Sudirman, Jakarta, yang tak hanya merupakan pelanggaran lalu-lintas melainkan pula tindak kejahatan.
JERNIH–Perangkat inovasi berbasis teknologi yang diterapkan Kepolisian Republik Indonesia, e-TLE, tak henti menunjukkan keandalan dan manfaatnya. Yang terbaru, dengan e-TLE polisi bisa menangkap pria berinisial ZO, yang diduga kuat menjadi pelaku kejahatan keji tabrak lari atas seorang pedagang mi ayam di Jalan Sudirman, Jakarta. Wajah, mobil beserta pelat nomornya terekam kamera e-TLE.
“Hal itu menunjukkan bahwa perangkat e-TLE memang canggih dan teknologi yang sangat tepat guna,”kata Koordinator Aliansi Mahasiswa dan Milenial Indonesia (AMMI), Nurkhasanah. Menurut Nurkhasanah, hanya dalam waktu sekitar tiga bulan, e-TLE terus menunjukkan beragam prestasi yang layak diacungi jempol.
Prestasi menonjol e-TLE paling mutakhir adalah membuktikan pria berinisial ZO sebagai pelaku tabrak lari seorang pedagang keliling mi ayam di Jalan Sudirman, Jakarta, yang tak hanya merupakan pelanggaran lalu-lintas melainkan pula tindak kejahatan.
“Sekali lagi e-TLE bisa membuktikan kesaktiannya,” kata Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Sambodo Purnomo Yogo, Sabtu (22/5) lalu, merespons temuan tersebut. Dalam foto rekaman tersebut, wajah pelaku terekam jelas di kamera e-TLE. Dari foto tersebut ZO terlihat seorang diri di dalam mobil saat peristiwa tabrak lari terjadi.
“Dari sini kita bisa mengungkap pelat nomor (mobil pelaku) tersebut. Kemudian kita bisa mengungkap siapa pengendaranya pada malam kejadian,”ujar Sambodo.
Tujuan penerapan e-TLE memang sejalan dengan target Polri untuk mencapai konsep “Presisi” kepolisian masa depan. Presisi adalah singkatan dari “prediktif, responsibilitas, transparansi, berkeadilan”. Menurut kapolri Listyo, pendekatan ini bisa membuat pelayanan lebih terintegrasi, modern, mudah, dan cepat.
”Sistem e-TLE ini benar-benar adil, tidak tebang pilih dalam menindak pelanggar,” kata Kakorlantas Polri, Irjen Istiono, pada saat penerapan e-TLE Maret lalu. E-TLE tidak pandang bulu dan pilih kasih dalam melakukan penindakan kepada pelanggar lalu lintas, baik masyarakat sipil, pemerintahan bahkan TNI/Polri yang menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan dinas. Bila mereka melakukan pelanggaran dan tertangkap kamera ETLE akan diberikan surat konfirmasi yang dialamatkan ke Satuan Provost di masing-masing instansi tersebut untuk dilakukan penindakan disiplin.
Menurut Kakorlantas, Polri akan terus menambah jumlah kamera e-TLE dari 244 kamera yang saat ini sudah ada di 12 Polda. E-TLE, kata Istiono, juga diharapkan bisa membuat disiplin masyarakat lebih bagus dan patuh terhadap aturan lalu lintas. “Dengan demikian, pemberlakuan tilang elektronik atau electronic traffic law enforcement (ETLE) bisa segera diterapkan secara nasional untuk mewujudkan penegakan hukum yang tegas dan transparan,” kata Kakorlantas. “e-TLE ini menjadi terobosan Korlantas untuk memastikan penegakan hukum di bidang lalu lintas yang tegas dan transparan.”
Efektivitas e-TLE memang mengagumkan. Paling tidak, dalam catatan Nurkhasanah, hanya dua hari sejak pemakaiannya di Bandung, di Kota Kembang itu e-TLE merekam 5.000 pelanggaran. Selama sebulan pemakaian, di Makassar E-TLE mencatat 52 ribu pelanggaran; sebulan beroperasi di Jawa Tengah terekam 11 ribu pelanggaran. Hanya dalam beberapa hari sejak pengoperasian, e-TLE merekam 1.500 pelanggaran di Palembang, serta banyak lagi catatan lain dari seluruh Indonesia yang menegaskan betapa efektifnya e-TLE.
“Di Riau, e-TLE bahkan merekam tiga oknum polisi, salah satunya perwira berpangkat Kompol sedang nyabu di dalam mobil,” kata Nurkhasanah. Dengan demikian, kata Nurkhasanah, e-TLE tidak hanya merekam pelanggaran lalu lintas, melainkan pula merekam terjadinya tindak pidana yang meresahkan dan mengganggu keamanan masyarakat.
Untuk itu, atas nama mahasiswa dan milenial Indonesia, Nurkhasanah menyatakan apresiasi dan salut atas gebrakan Polri dalam inovasi tersebut. “Semua ini tak bisa dilepaskan dari sosok Kapolri Listyo Sigit Prabowo, sebagai pemberi arah semua langkah inovasi Polri, Kepala Korlantas Polri Irjen Pol Istiono, dan tak boleh juga dilupakan Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Sambodo Purnomo Yogo, yang sangat terkait erat dengan inovasi ini,” kata Nurkhasanah.
Menurut Nurkhasanah, sebenarnya dalam kacamata makro, dengan e-TLE saja, hal itu bahkan membuktikan suksesnya 100 hari pertama kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit sebagai Kapolri. “Kalau secara kasar, bahkan kita bisa mengatakan, hanya dengan e-TLE 100 hari kepemimpinan Kapolri telah menunjukkan wajah Polri yang transformatif, adaptif dan renovatif terhadap perkembangan zaman, terutama teknologi,” kata Nurkhasanah. Ia menyebutkan, yang menonjol dalam kepemimpinan Kapolri dalam menakhodai Polri adalah bagaimana Kapolri menunjukkan sudah waktunya Polri mengoptimalkan teknologi untuk melaksanakan amanah lembaga itu melayani dan melindungi masyarakat.
Dalam soal optimalisasi teknologi tersebut Nurkhasanah menunjuk bagaimana Kapolri tidak ragu untuk mengambil opsi teknologi dalam membantu Polri melaksanakan tugas mulia pelayanan dan perlindungan masyarakat tersebut. “Teknologi itu jelas ada. Persoalannya, kepemimpinanlah yang menentukan dengan tegas apakah teknologi itu akan dioptimalkan untuk membantu tugas pelayanan, atau justru dibiarkan mubazir tak digunakan,” kata Nurkhasanah. Ditambah dengan para pembantu Kapolri yang juga berani mengambil manfaat teknologi demi kemaslahatan warga masyarakat, seperti Kakorlantas dan Dirlantas Polda Metro Jaya, lengkaplah kepemimpinan Polri yang berani dan penuh tanggung jawab tersebut.
“Pasalnya, kalau pemimpin yang medioker, yang ada dalam benaknya hanya ragu-ragu atau bahkan mengalami fobia terhadap teknologi. Ketakutan-ketakutan untuk mengambil tanggung jawab itu yang membuat masyarakat tidak akan pernah merasakan manfaat teknologi,” kata Nurkhasanah. Ia menegaskan, dalam kehidupan gampang ditemukan para pemimpin yang meminggirkan teknologi hanya karena dirinya tidak punya sikap, bahkan takut akan transparansi.
Lebih lanjut Nurkhasanah memuji e-TLE sebagai teknologi paling tepat di tengah pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berhenti ini. Ia menegaskan, sukar untuk tidak mengatakan inilah solusi tepat di tengah pandemi Covid -19 yang memaksa semua orang melakukan jarak social. Nurkhasanah menunjuk, dengan penerapan ETLE yang segera menjangkau seluruh provinsi di Indonesia, akan menghindarkan kerumunan orang sebanyak lebih dari 6 juta orang setahun, sebuah angka yang sangat signifikan berpotensi menularkan Covid-19 bila peluang itu tidak segera dihindari.
Tidak sekadar mencegah kerumunan, system digital Polri yang meminimalisasi kontak langsung antara petugas dan pengguna lalu lintas, juga bisa menjadi gerbang pembuka bagi Polri untuk menjadi institusi yang bersih dan bebas korupsi dan suap. “e-TLE dan system digital terpadu Polri menutup peluang terjadinya pungli di jalanan, yang pada gilirannya akan menghapus stigma buruk polisi dalam hal pungli, sebagaimana saat ini masih selalu kita dengar,” kata Nurkhasanah. [ ]