Cukup beralasan jika Tycho Brahe—astronom berpengaruh selain Keppler–dalam bukunya “Progymnastica” menyebut-nyebut Abu Ma’shar sebagai saintis paling awal yang menyanggah pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa dia telah mengamati komet-komet di sfera planet Venus.
JERNIH–Di Barat, astronom dan astrolog besar ini dikenal dengan nama Albumasar. Ilmu astrologi yang dimaksudkan disini tentu adalah astrologi yang secara umum mempunyai signifikansi intelektual dan kultural, bukan dalam pengertian pernujuman irrasional. Dalam konteks itulah Abu Ma’shar dianggap sebagai astrolog senior paling berpengaruh dan disegani.
Cendikiawan Muslim ini lahir di Balkh sebelah timur Khurasan dan semasa dengan intelektual masyhur al-Kindi, yaitu paruh pertama abad 3 H/9 M.
Usai menyelesaikan studi di bidang tradisi-tradisi Islam klasik di Baghdad, ia tumpahkan seluruh kapasitasnya, teristimewa ke studi astronomi dan astrologi. Di bidang inilah ia melambung. Malahan kajian-kajian mendalam perihal peranannya bagi perkembangan filsafat Barat terus berlangsung. Ini tidak lain lantaran penguasaannya terhadap tradisi-tradisi kuno yang sedari muda digiatinya. Doktrin ajarannya mengenai kesan (image) yang tampak di langit bersama dengan 36 “decans” (tanda ketiga dari 12 tanda zodiak) yang disebut Parantellonta digambarkan oleh Teucer, orang Babylonia, “memberi pengaruh yang kuat terhadap pelukis-pelukis Renaisans”.
Studi-studi astronomi di Baghdad kala itu lagi hangat-hangatnya dan cukup dalam ia tenggelamkan dirinya ke situ. Meskipun demikian, rupanya astrologi yang ketika itu belum didominasi oleh pertenungan lebih menghisap minat utamanya. Maka itu kelak karya-karya astrologisnya banyak dipengaruhi dan mengacu pada prinsip-prinsip dasar dan hukum-hukum astronomis yang diwariskan oleh para cerdik pandai sebelumnya. Nanti akan dilihat betapa arus pusar ilmu astrologi mampu menyeretnya jauh di kedalaman.
Itu antara lain diwujudkan dalam tulisan teks-teks astrologis kuno dalam bahasa Arab. Sekali lagi, astrologi yang berat dengan muatan sains. Dengan demikian, tampaknya cukup beralasan jika Tycho Brahe—astronom berpengaruh selain Keppler, red Jernih–dalam bukunya “Progymnastica” menyebut-nyebut Abu Ma’shar sebagai saintis paling awal yang menyanggah pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa dia telah mengamati komet-komet di sfera planet Venus.
Abu Ma’shar, yang dikenal pula sebagai filosof, wafat di Wasit pada 272-273 H/886 M, setelah mencapai usia hampir 109 tahun. Dalam karya-karyanya dapat diamati pengaruh-pengaruh yang kuat saat itu tentang Arab yang dipelajari melalui derasnya arus budaya dari Persia (dalam langgam Pahlavi, dan juga, meski secara tidak langsung, dari India).
Namun, tak ada gading yang tak retak. Penulis “the Fihrist“, tentang otoritas Ibnu al-Mukhtafi, menyatakan bahwa Abu Ma’shar menjiplak penulis-penulis lain, teristimewa karya-karya dari Sind bin Ali; dan dakwaan-dakwaan ini dikuatkan para kritikus modern.
Beberapa karyanya yang langgeng dan bertebaran, adalah:
1. Sebuah himpunan tabel astronomis. Di dalamnya tertulis pergerakan-pergerakan planet-planet dihitung untuk garis bujur Gangdiz (Gangdez), dan yang dicocokkan dengan teori siklus per 1000 tahun India (Hazarat). Naskahnya hingga kini masih terus dilacak.
2. “Al-Madkhal al-Kabir ila ilm al-Nujum” (Pengantar Besar ke Ilmu Astrologi) sebuah risalah yang terdiri dari 8 buku dan telah diterjemahkan dua kali ke bahasa latin yaitu di tahun 1130 oleh Johannes Hispalensis, lalu pada 1150 oleh Hermannus Secundus. Karya satu ini punya pengaruh kuat di Barat/Eropa. Naskah latinnya ada beberapa versi terjemahan Hermannus Secundus dicetak di Augsburg tahun 1489 dengan judul “Introductorium in astronomian Albumasaris Abalachii Octo Continens libros particles“. Juga dicetak di Venicé tahun 1495 dan 1506. Perlu juga dicatat bahwa kumpulan julisan tentang matematika, geografi, fisika dan astrologi ini berisi antara lain suatu eksposisi (penjelasan terinci) tentang teori pasang surut, dan boleh dikata Eropa abad-abad pertengahan mempelajari hukum-hukum mengenai pasang surut laut dari buku Abu Ma’shar tersebut. Dalam teori itu terdapat beberapa uraian yang benar-benar fantastik karena sesuai dengan hasil observasi yang benar dan tepat. Misalnya saja bahwa bulan pun punya pengaruh terhadap angin, curah hujan dan terhadap sekalian yang berkaitan dengan itu.
Karya ini, yang merupakan pula bahan rujukan dalam bidang matematika dan geografi fisikal, identik dan sama peringkat mutunya dengan karangan sejenis yang ditulis oleh para astronom dan filosof lain sebangsa al-Fazari (paruh kedua abad 2/8M), Ahmad bin Muhammad bin Kathir al-Farghani (wafat sesudah tahun 247 H/861 M), dan antara lain menulis buku “Al-Fusul al-tsalatsin” dan “Al-Madkhal ila ilm Hayat al Falak“;“
3. “Ahkam Tahawil Sini al-Mawalid“, dialihbahasakan oleh Johannes Hispalensis di bawah judul “De magnis Conjuctionibus et annorum revolutionibus aceorum profec-tasnibus Octo Continens tractatus“, dicetak di Augsburg tahun 1489 dan di Venice 1515. Teks Arabnya dijumpai di Escurial naskah 917, dan dalam naskah 2588 Bibliografi Nasional, Paris.
Nallino yakin benar bahwa terjemahan dari “De magnis….” di atas adalah dari sebuah naskah berbahasa Arab “Dalalat al-Ashkhas al-Ulwiyya“. Sementara Suter menyangkal adanya hubungan apa pun antara “De magnis….” dan “Kitab al-Kiranat” yang juga dikaitkan dengan nama Abu Ma’shar.
Tapi seperti yang ditulis J. Vernet dalam sebuah artikel, tampaknya ada tautan kuat antara kedua karya di atas — yang membahas tentang dunia alam semesta dan pergerakan planet-planet.
4. “Al-Nukat“, semacam ringkasan dari risalah sebelumnya yang diterjemahkan Johannes Hispalensis dengan titel “Flores Astrologine”. Teks arabnya terdapat di Bibliografi Nasional, Paris. Sedang terjemahan latinnya dicetak di Augsburg pada 1488, dan di Venice pada 1485, 1488 dan 1506.
5. “Al-Utuf fi Buyut al-Ibadat” yang dinilai melalui pengutipan-pengutipan darinya, dari penulis-penulis sesudahnya merupakan suatu studi tentang candi-candi atau kuil-kuil yang dibangun di dunia tiap 1000-an tahun.
6. “Mawalid al-Rijal wa’l Nisa” sebuah risalah tentang horoskop (laki dan perempuan), terdiri atas 12 Bab. Kini diabadikan di naskah Berlin no. 5881.
Selain itu masih demikian banyak lagi karya tulis lainnya, yang masih harus dibuktikan berasal dari penulis tersebut. [ ]