Site icon Jernih.co

Awas ‘Grooming Online’ Mengancam Anak Kita

Orangtua harus memberikan pemahaman pada anak bahwa tubuh anak adalah milik sang anak dan menanamkan kepada anak bahwa bagian tubuh yang tertutup baju itu tidak boleh dilihat oleh sembarang orang.

JERNIH-Maraknya kasus pelecehan seksual terhadap anak melalui media sosial membuat Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi prihatin dan menghimbau agar para orangtua waspada dengan pelecehan seksual yang dikenal dengan istilah seksual “grooming online” atau kejahatan seksual secara daring.

“Di era teknologi sangat memungkinkan terjadinya seksual grooming secara online,” katanya dalam webinar bertajuk “Digital Parenting: Keluarga Cerdas Berteknologi untuk Anak Terlindungi”, di Jakarta, pada Rabu (3/8/2022) lalu.

Dijelaskan pria yang biasa disapa Kak Seto tentang apa yang dimaksud dengan grooming, yaitu cara atau modus pelecehan seksual terhadap anak yang dilakukan dengan cara pendekatan yang berbeda dengan yang selama ini terjadi.

baca juga: Ini Tanda- Tanda Awal Gejala Cacar Monyet

Pelaku, kata Kak Seto, mengawali hubungan dengan korban dengan membangun hubungan dan kepercayaan dengan anak/keluarganya dalam waktu yang cukup lama, bisa selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Sampai pada waktu yang tepat pelaku mendapat kesempatan untuk melakukan pelecehan seksual kepada anak.

“Pelaku grooming biasanya orang “asing” maupun orang terdekat anak seperti sahabat, pendidik dan keluarga,”.

Untuk itu, Kak Seto menghimbau para orangtua untuk memberikan pemahaman pada anak bahwa tubuh anak adalah milik sang anak dan menanamkan kepada anak bahwa bagian tubuh yang tertutup baju itu tidak boleh dilihat oleh sembarang orang.

“Tidak sembarang orang boleh melihatnya, mungkin hanya orang tua dan dokter saat diperiksa saja,” katanya.

Hal tersebut harus disampaikan orangtua pada anaknya untuk mencegah anak menjadi korban pelecehan seksual.

Anak-anak juga harus diajari dan diberi contoh untuk mempertahankan prinsipnya. “Yang enggak boleh, ya enggak boleh,” katanya.

Bahkan bila perlu melakukan perlawanan jika ada orang ingin memaksakan kehendaknya padanya. Yang lebih penting lagi, orangtua juga harus siap mendengar dengan penuh perhatian saat anak bercerita.

“Letakkan gadget, tatap mata anak, dengarkan ceritanya dengan seksama,” demikian Seto Mulyadi.

Para orangtua harus dapat membangun hubungan dengan anak sedemikian rupa sehingga dapat menjadi sahabat bagi anaknya. Dengan demikian anak akan nyaman untuk bercerita kepada orangtua. (tvl)

Exit mobile version