Tahun 2021, Fatih Madini lulus dari At-Taqwa College Depok dan melanjutkan kuliah ke Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, dengan konsentrasi Program Jurnalistik Profesional. STID Mohammad Natsir merupakan Kampus di bawah Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia yang mendidik para mahasiswanya dengan nilai-nilai perjuangan dan intelektual.
JERNIH—Berbahagialah Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir. Perguruan tinggi itu layak bangga, betapa kedua mahasiswanya yang masih belia, Azzam Habibullah (20 tahun) dan Fatih Madini (19 tahun), meluncurkan buku tulisan masing-masing. Tak tanggung-tanggung, pada akhir Februari itu Azzam meluncurkan buku kelimanya, “Kritik terhadap Konsep Netralitas Ilmu”, sementara Fatih Madini meluncurkan buku ketiganya, “Solusi Kekacauan Ilmu”.
Azzam Habibullah adalah putra pasangan pendidik di Sumatra Utara. Ibunya seorang dosen sebuah kampus negeri di Medan dan konsultan pendidikan. Ayahnya seorang insinyur teknik elektro Universitas Sumatera Utara, yang juga aktif dalam dunia pendidikan. Azzam pernah terpilih untuk mempresentasikan makalahnya di Amerika Serikat, Austria, dan Turki.
Pada 2021, Azzam terpilih sebagai salah satu dari “Sembilan Remaja Pembaharu Ashoka Young Changemaker 2021.” Menurut siaran pers panitia seleksi program ini, anak-anak muda itu dipilih dengan kriteria kemampuannya dalam: “menawarkan Solusi Kreatif bagi Masalah Sosial dan Lingkungan Hidup”. (https://koran.tempo.co/…/permainan-papan-untuk-misi…).
Buku keempatnya berjudul: “Hikmah Sejarah untuk Indonesia Berkah” (Depok: YPI at-Taqwa, 2020). Kini, sehari-hari, selain kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, ia juga tinggal dan mengajar serta menjadi pembimbing santri di Pesantren at-Taqwa Depok. (Lebih jauh tentang profil Azzam Habibullah, lihat: https://azzamhabibullah.net).
Ada pun Fatih Madini, putra Ibu Megawati — salah satu pimpinan Pesantren At-Taqwa Depok– lahir di Depok, 9 September 2002. Sejak umur 10 tahun, berpindah dari sekolah formal, dan menjalani pendidikan non-formal tingkat Sekolah Dasar, di Pesantren Adab dan Ilmu (PADI) at-Taqwa, Cimanggis, Depok.
Sejak itu, bersama empat orang teman, Fatih Madini mulai menjalani konsep pendidikan berbasis adab, di bawah bimbingan langsung Dr. Muhammad Ardiansyah, yang menulis disertasi doktor tentang konsep pendidikan berbasis Adab dari Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas.
Mulailah Fatih Madini dan kawan-kawan mengkaji kitab-kitab adab berbahasa Arab-Melayu, seperti “Adabul Insan” dan “Risalah Dua Ilmu” karya Sayyid Utsman, mufti Betawi, di zaman Hindia Belanda. Di samping itu, ia juga belajar bahasa Inggris, jurnalistik, dan sebagainya.
Setelah itu, ia dan teman-temannya menjadi santri angkatan pertama di Pesantren Shoul-Lin al-Islami, at-Taqwa, dan dilanjutkan ke PRISTAC (Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization). Di sini, kajian berbagai kitab adab, aqidah, ilmu, fiqih, dan sebagainya terus dilanjutkan.
Di PRISTAC, para santri dididik dengan cukup intensif untuk memahami pemikiran-pemikiran kontemporer, pemikiran ulama Nusantara, dan juga diasah kemampuan komunikasi mereka, baik menulis maupun berbicara. Banyak diantara mereka telah menulis makalah-makalah ilmiah yang cukup baik.
Saat di PRISTAC itulah Fatih Madini menerbitkan bukunya: “Mewujudkan Insan dan Peradaban Mulia” (Depok: YPI At-Taqwa, 2018). Ketika itu umurnya 16 tahun. Atas permintaan Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud, buku ini pernah dipresentasikan Fatih Madini di Forum Saturday Night Lecture di CASIS-UTM Kuala Lumpur. (https://www.hidayatullah.com/…/santri-pristac-bedah…dan https://wartapilihan.com/santri-milenial-di-forum-ilmiah…/).
Lulus PRISTAC, Fatih Madini melanjutkan pendidikan ke Pesantren Tinggi Pemikiran dan Peradaban Islam, yaitu AT-TAQWA COLLEGE. (https://attaqwa.id/program/atco). Ketika itulah, ia menerbitkan buku yang berjudul “Reformasi Pemikiran Pendidikan Kita” (Depok: YPI At-Taqwa, 2020).
Tahun 2021, Fatih Madini lulus dari At-Taqwa College Depok dan melanjutkan kuliah ke Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, dengan konsentrasi Program Jurnalistik Profesional. STID Mohammad Natsir merupakan Kampus di bawah Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia yang mendidik para mahasiswanya dengan nilai-nilai perjuangan dan intelektual.
Buku “Solusi Kekacauan Ilmu” adalah skripsi yang ditulisnya di At-Taqwa College Depok. Selain kuliah, sehari-hari Fatih Madini juga menjadi guru di Pesantren At-Taqwa Depok. Imad, panggilan Fatih Madini, pernah menjadi pelatih Taekwondo di BTC (Brimob Training Center) dan juga pelatih silat di Pesantren at-Taqwa Depok). Kumpulan tulisan Fatih Madini dapat dibaca di FB-nya: https://www.facebook.com/madinifatih/.
Acara peluncuran sendiri diumumkan sehari sebelumnya, namun pepak dihadiri lebih dari 130 peserta. Ada sejumlah dosen dan peneliti yang menghadiri acara itu. Seorang peneliti dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), menyarankan agar Azzam dan Imad bisa ikut dalam penelitian BRIN tentang agama dan keilmuan. Caranya, bisa secara resmi, STID Mohammad Natsir mengajukan kerja sama penelitian dengan BRIN.
Pada Jumat (18/2), para peneliti itu sudah mengikuti presentasi Azzam tentang konsep netralitas ilmu, di Masjid BRIN Jalan Gatot Subroto Jakarta. Ia menyampaikan, buku karya Azzam itu bisa dikembangkan lebih lanjut. Banyak aspek yang bisa diteliti. Tentu saja, saran peneliti itu perlu disambut dan ditindaklanjuti oleh pimpinan STID Mohammad Natsir.
Pada kesempatan peluncuran bukunya, Fatih Madini menjelaskan dengan sistematis konsep budaya ilmu, problematika keilmuan yang dihadapi umat Islam, dan juga memberikan solusinya. Buku Fatih setebal 434 halaman ini bukan karya biasa-biasa saja, apalagi ditulis oleh seorang mahasiswa berumur 19 tahun. Buku ini mencantumkan referensi dalam daftar pustakanya, sebanyak 113 judul buku dalam bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris.
Dalam acara itu cendikiawan dan Ketua Umum DDII, Dr Adian Husaini, menjelaskan secara singkat bagaimana proses pendidikan yang dijalani oleh kedua mahasiswa, yang mirip dengan proses pendidikan yang dijalani oleh Mohammad Natsir. [adh]