SONGKHLA-Nasib seseorang tidak bisa ditebak siapapun, termasuk nasib pemulung di Thailand yang berubah 180 derajat karena hal sepele yang ia temukannya di pinggi pantai.
Dikabarkan seorang pemulung di Thailand bernama Surachit Songzhu, melihat sebongkah benda misterius saat ia melakukan pekerjaan rutinnya memunguti sampah di pinggir pantai di Provinsi Songkhla, Thailand. Ia kemudian memungut bongkahan benda tersebut karena rasa penasarannya.
Menemukan benda yang bentuknya misterius membuatnya penasaran. Ia kemudian mengajak teman-temannya untuk melihat dan menebak benda misterius yang ia temukan tersebut. Kawan-kawannya yang penasaran juga mulai menebak-nebak benda tersebut dan diantaranya ada yang menebak sebagai Ambergris. Lalu Apakah Ambegris itu?
Ambegris adalah bongkahan zat yang telah menumpuk di dalam usus ikan Paus yang kemudian dikeluarkan lewat anusnya. Bongkahan yang keluar dari perut Paus tersebut melayang di dalam air laut, mengikuti arus air laut, hingga akhirnya terdampar di pantai-pantai seluruh dunia. Setelah beberapa lama di pantai, zat tersebut menjadi padat seperti lilin dan berbentuk bongkahan lebih keras, yang kemudian dinamakan Ambergris. Sebagai catatan, Ambergris dapat melayang di laut hingga 100 tahun.
Untuk memastikan apakah benda tersebut adalah Ambergris mereka menggunakan metode sederhana yakni membakarnya dengan korek api supaya tercium aromanya, jika menyegarkan dan harum hasilnya, benda itu adalah ambergris.
Dari hasil pengecekan secara sederhana, terbukti bahwa bongkahan batu itu adalah ambergris dan setelah ditimbang bongkahan ambergris itu memiliki bobot 37 pon.
Jika dilihat harga pasaran saat ini harga Ambergris yang baik dihargai 14.500 poundsterling per pon (Rp 290 juta), sehingga jika dihitung cepat, harga Ambergris ini akan mencapai 536.500 pound (Rp 9 miliar).
Saat ini Surachit Songzhu sedang menunggu penilaian para pakar pemerintah yang relevan, agar dapat dipastikan harganya.
Sebagai catatan, Ambergris selama ini digunakan untuk bahan dasar parfum dan bahan makanan khusus, meski saat ini popularitasnya menurun seiring dengan banyaknya penemuan rasa parfum dari bahan sintetis.
(tvl)