TIMOR TENGAH UTARA– Tak banyak yang berubah dalam kehidupan sehari-hari Yakobus Manue Fernandez dan Margaretha Hati Manhitu, pasangan suami istri yang berprofesi sebagai petani asal Desa Bijeli, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur ( NTT). Padahal anak sulung mereka, Raymundus Sau Fernandes, adalah bupati TTU dua periode, yang memimpin kabupaten di perbatasan Timor Leste itu pada periode 2010-2015 dan 2015-2020.
Tiap hari Yakobus dan Margaretha tetap berjualan sayur dan asam yang dipetik dari kebun sendiri, di pasar dekat rumah mereka, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yakobus dan Margaretha menjadi inspirasi bagi orang tua lainnya dalam mengasuh anak, dengan tidak mau menjadi beban bagi karier anak-anak mereka. Itu yang membuat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, akan memberi penghargaan bagi mereka berdua pada 6-7 November mendatang di Jakarta.
“Surat undangannya baru saya terima pagi tadi,” kata Bupati TTU Raymundus Sau Fernandes, Senin (4/11). Raymundus bersyukur karena kedua orang tuanya diberi penghargaan. Ia menyatakan akan mengantar keduanya ke Jakarta. “Saya hanya bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan dan semua pihak yang telah membantu dengan caranya masing-masing, sehingga membuat semua seperti ini,”kata dia.
Banyak orang yang heran melihat Yakobus dan Margaretha (78) memilih tetap tinggal di rumah mereka yang sederhana bersama anak perempuan dan menantunya yang juga berjualan sayur di pasar dan mengelola sawah milik mereka. Bahkan mereka berdua tetap rutin memetik asam dari kebun mereka, kemudian mengupas sendiri asam tersebut sebelum dijual kepada pelanggan. Margaretha yang tinggal bersama seorang anak perempuan dan menantunya juga menjual sayur-sayuran di pasar
Raymudus bukan tak pernah mau memberi fasilitas bagi kedua orang tuanya, bahkan pernah meminta agar orang tuanya tidak lagi berjualan di pasar demi memenuhi kebutuhan hidupnya, namun mereka menolak semua fasilitas dari anaknya tersebut karena tidak ingin membebani anaknya. Bahkan mereka menyisihkan uang hasil berjualannya dan dibagikan kepada cucu-cucunya untuk keperluan sekolah.
“Kami tidak mau membebani anak kami karena dia itu kerja untuk masyarakat banyak. Saya kerja dengan suami saya untuk makan sehari-hari,” kata Margaretha beberapa waktu lalu “saya selalu pesan buat anak saya untuk kerja yang baik untuk rakyat dan jaga nama baik keluarga,”
Kehidupan sederhananya juga ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Siapapun pasti akan terkesima melihat penampilan sederhana Margaretha Hati Manhitu. Sehari-hari ia mengenakan kain sarung, baju blouse dan tanpa alas kaki. Setiap siang Margaretha ditemani cucu dan kerabatnya dapat ditemui rutin mengupas asam sambil duduk berselonjor didepan rumahnya yang sederhana, di Desa Bijeli, Kecamatan Noemuti, Kabupaten TTU.
Raymundu selalu mengingat nasehat mamanya untuk bekerja dengan baik untuk rakyat dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya.
“Mama dalam usia yang sudah 78 tahun, masih tetap kerja kebun dan sawah bersama bapak. Tentu hal yang sangat berharga buat saya. Mereka selalu mengatakan kepada saya bahwa, nikmatilah keringatmu sendiri lebih berharga dan tidak boleh ambil hak orang lain,”
tvl