Site icon Jernih.co

Dua Taksonimi Harimau di Dunia : Harimau Sunda dan Harimau Kontinental

Harimau Jawa

Umumnya hariamau di dunia ada sembilan subspecies, namun kini disederhanakan menjadi dua, yaitu Harimau Sunda dan Harimau Kontinental.

Jernih – Dalam genus Panthera, harimau di dunia terbagi dalam sembilan subspecies yang tersebar di berbagai negara. Dari jumlah tersebut, enam subspecies masih bertahan hidup dan tiga subspecies dinyatakan punah.

Subspecies harimau yang bertahan hidup yaitu Harimau Indochina, Harimau Benggala, Harimau China Selatan,  Harimau Siberia, Harimau Malaya, dan  Harimau Sumatera. Sedangkan yang dinyatakan punah adalah Harimau Jawa, Harimau Bali, dan Harimau Kaspian.

Namun berdasarkan penelitian terbaru, taksonomi subspecies harimau kini disederhanakan menjadi dua subspecies, yaitu Harimau Sunda dan Harimau Kontinental.

Yang termasuk Harimau Kontinental yaitu jenis harimau yang tersebar di daratan Asia, mulai dari Rusia, Timur Tengah, India, Tiongkok, Indochina hingga semenanjung Malaysia. Nama ilmiahnya adalah Panthera tigris tigris.

Sedangkan Harimau Sunda merujuk pada harimau yang hidup di Sumatera, Bali dan Jawa dengan nama ilmiah Panthera tigris sondaica.

Yang menarik adalah penggunaan kata Sunda. Ternyata mengacu kepada biogeografi yang mencakup Pulau Jawa, Bali dan Sumatera, bukan kepada wilayah adat Jawa Barat.

Perubahan taksonomi harimau tersebut berdasarkan penelitian terbaru tentang studi taksonomi kucing besar yang dipublikasikan pada 26 Juni 2015. Studi tersebut dilakukan oleh para imuwan dari Institute Leibniz for Zoo and Wildlife Research (IZW) Berlin, Jerman.

Imuwan yang terlibat penelitian yaitu yAndreas Wilting, Alexandre Courtiol, Per Christiansen, Jürgen Niedballa, Anne K. Scharf, Ludovic Orlando, Niko Balkenhol, Haribert Hofer, Stephanie Kramer-Schadt, Jörns Fickel, dan Andrew C. Kitchener.

Hasil penelitiannya berjudul Planning Tiger Recovery: Understanding Intraspecific Variation for Effective Conservation memberi pandangan yang revolusioner dan lebih lengkap dari studi taksonomi sebelumnya.

Dalam jurnalnya, Wilting dkk menggabungkan tiga aspek utama, yakni morfologi, genetika, dan ekologi sebagai karakter kunci dari harimau.

Hal tersebut berbeda dengan penelitian taksonomi sebelumnya yang hanya bertumpu pada ciri bentuk tubuh atau morfologinya saja. Walau demikian, di tingkat global, taksonomi hasil studi Wilting dkk itu masih dikaji ulang International Commission on Zoological Nomenclature, termasuk oleh otoritas keilmuan di Indonesia, yakni Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Lantas apa yang membedakan Harimau Sunda dan Harimau Kontinental? Wilting dkk menjelaskan bahwa Harimau Sunda hanya dapat ditemukan di Indonesia atau merupakan harimau endemik Indonesia.  Sedangkan Harimau Kontinental dapat ditemukan tersebar di berbagai negara.

Walau Harimau Jawa dan Bali telah punah, namun masih terwakili dengan Harimau Sumatera yang juga terancam punah. Sedangkan Harimau Koninental yang diyakini punah di alam liar yaitu harimau Kaspia dan Harimau China Selatan.

Walau Harimau Sunda di Pulau Jawa telah dianggap punah, namun bagi urang Sunda, Harimau telah menjadi bagian dari simbol budaya sunda. Harimau dalam Bahasa Sunda disebut maung atau lodaya.

Maung di Sunda termasuk binatang yang disakralkan. Sehingga natrat dalam istilah Maung Siliwangi atau Maung Pajajaran. Bahkan, Persib Bandung pun berjuluk Maung Bandung, seolah maung dalam budaya Sunda telah menjadi kemelekatan.

Harimau Sunda yang menurut red list International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) mengacu pada studi P. Jackson & K Nowell  tahun 2008  berjudul Panthera tigris ssp. Sondaica, sebelumnya disebut Harimau Jawa yang kemungkinan besar punah pada pertengahan 1970-an

Menurut Word Wildlife Fund (WWF) jumlah harimau di dunia kini meningkat menjadi 3.900 ekor. Hal tersebut salah satunya berkat andil program Tx2 Tiger Conservation Landscapes (Tx2 TCLs) yang diluncurkan pada 2010 sebagai upaya  menggandakan populasi harimau liar hingga tahun 2020.

Upaya tersebut menurut Global Forest Watch dipicu bahwa tahun 1900 populasi harimau di dunia yang berjumlah 100.000 ekor dan menurun drastis menjadi 3500 ekor di tahun 2010. Penurunan secara luas tersebut umumnya disebabkan oleh perburuan.

Exit mobile version