JAKARTA— Peperangan panjang selalu meniscayakan kalah dan menang. Di dalamnya, yang paling merugi selalu saja rakyat, alias warga kebanyakan.
Dengan semangat reqonquista di sisi pasukan Kristen untuk membalas invasi Muslim ke Semenanjung Iberia di satu sisi, serta tekad jihad fi sabilillah di sisi pasukan Muslim, wajar bila peperangan kunjung pergi dari wilayah Iberia saat itu.
Awalnya, menjelang akhir 1361 pasukan Muslim dari Imarah Granada menyerbu Jaen. Tak hanya menjarah daerah Adelantamiento de Cazorla dan membakar Kota Peal de Becerro, pasukan Muslim yang terdiri dari sekitar 600 kavaleri dan dua ribu prajurit itu juga menawan banyak warga. Mereka banyak mengumpulkan sejumlah besar rampasan perang.
Serangan itu membuat murka Diego García de Padilla, imam besar Calatrava. Ia kemudian mengumpulkan pasukan dan bertekad membalas. Tak hanya berhasil mengumpulkan kembali sisa-sisa orang-orang Jaen yang terpencar setelah kekalahan, de Padilla juga berhasil merebut dukungan Kerajaan Castilia untuk membantu. Saat itu pasukan gabungan Castilian-Jaen dipimpin langsung tiga komandan, Diego García de Padilla; grand master Ordo Calatrava, Enrique Enríquez ‘el Mozo’; walikota Adelantado, dan Rodríguez de Biedma, kepala sekte Caudillo dari Keuskupan Jaén.
Pasukan Castilia segera berkumpul di tepi sungai di Guadiana Menor, tempat yang harus diseberangi pasukan Muslim untuk pulang ke Granada. Saat pasukan Muslim menyeberang di celah kecil, ketika itulah pasukan Castilia menyerang. Kronik Raja Peter I dari Castilia bertahun kemudian menceritakan, di desa kecil bernama Linuesa itu pasukan Muslim dibantai hampir tak tersisa.
Ketika Raja Peter I dari Castilia mendengar berita pasukannya telah mengusir pasukan Muslim, ia mengeluarkan perintah agar harta-harta yang berhasil dirampas pasukan yang dikepalai tiga komandan itu diserahkan kepadanya. Peter I yang dikenal sebagai Pedro el Cruel atau ‘Peter the Cruel’, menjanjikan untuk memberi imbalan kepada ketiga komandan itu masing-masing 300 maravedies.
Sayangnya, begitu harta rampasan diserahkan, Peter pun ingkar. Tentu saja Diego García de Padilla, Enrique Enríquez ‘el Mozo’ dan Men Rodríguez de Biedma marah besar. Inilah yang tampaknya membuat pasukan Muslim bisa balas membantai pasukan tersebut pada Pertempuran Guadix, di musim dingin 1362. [ ]