Site icon Jernih.co

Ibrahim bin Adham dan Upahnya Melepaskan Tahta Kerajaan Balkh

“Untuk apa kamu menanyakan ahli bid’ah itu?” Ibrahim balik bertanya. Mendapat jawaban yang tidak sopan seperti itu, orang tersebut lantas memukul Ibrahim, dan menyeretnya menghadap pemimpin Mekkah.

JERNIH—Suatu ketika Ibrahim bin Adham berada di tengah padang, manakala seorang serdadu tiba-tiba menghampirinya. “Di mana kampung paling ramai?”tanya serdadu itu setengah membentak.

Ibrahim, wali sufi yang pernah menjadi raja, mengarahkan telunjuknya ke pekuburan. Serdadu itu marah dan meninju kepalanya. Awalnya ia akan membawa Ibrahim ke markasnya, sebagaimana kebiasaan serdadu, namun dilepasnya. Saat itu datang seseorang yang kontan terkejut dengan kelakuan serdadu itu.

“Hai, tahukah yang kau hajar ini Ibrahim bin Adham, Guru sufi dari dari Khurasan?”

Serdadu itu terkejut, takut, dan meminta maaf meski tak perlu susah payah mencari materai seharga enam ribuan.

“Ketika pukulanmu mendarat di kepalaku,”kata Ibrahim,”Aku berdoa agar Allah Ta’ala memasukanmu ke surga.”

“Mengapa Guru?” tanya Si Serdadu.

“Karena aku tahu, aku bakal dapat pahala lantaran pukulan pukulanmu. Aku tidak ingin nasibku menjadi  baik karena kerugianmu, atau perhitungan amalmu menjadi buruk karena diriku.”

                                                **

Suatu ketika Ibrahim bin Adham ditanya apakah yang paling membuatnya senang selama hidup? Ibrahim menjawab, dua kali setidaknya ia pernah merasakan hal yang membuatnya sangat senang.

“Yang pertama,” kata dia,”Sewaktu aku tengah duduk-duduk, tiba-tiab datang seorang laki-laki yang langsung mengencingiku. Yang kedua, juga ketika aku tengah enak-enaknya duduk, datang seorang laki-laki lain yang entah mengapa langsung menempelengku.”

                                                **

Saat beredar kabar bahwa Ibrahim bin Adham tengah dalam perjalanan menuju Mekkah guna melakukan ibadah haji, orang-orang Mekkah—para pemimpin, ulama dan rakyat banyak, bersama-sama berkumpul di pinggir jalan untuk menunggunya. Sayang, tak satu pun di antara mereka yang tahu wajahnya.

Ketika kafilah yang diikutinya memasuki gerbang Kota Mekkah, seorang yang diutus menjemputnya bertanya kepada Ibrahim, “Apakah kamu mengenal Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang terkenal itu?”

“Untuk apa kamu menanyakan si ahli bid’ah itu?” Ibrahim balik bertanya.

Mendapat jawaban yang tidak sopan seperti itu, orang tersebut lantas memukul Ibrahim, dan menyeretnya menghadap pemimpin Mekkah.

Saat diinterogasi, jawaban yang keluar dari mulut Ibrahim tetap sama, “Untuk apa kalian menanyakan ahli bid’ah itu?”

Ibrahim pun disiksa karena dia dianggap menghina seorang ulama agung. Padahal dia sendiri ulama yang dianggap agung itu. Namun dalam hatinya Ibrahim bersyukur diperlakukan demikian. Katanya dalam hati,”Ibrahim, dulu waktu berkuasa kamu memperlakukan orang seperti ini. Sekarang, rasakanlah olehmu tangan-tangan penguasa ini.”

                                                          **

Saat tengah menjahit jubahnya yang lusuh di tepi sebuah sungai, tiba-tiba saja jarum yang dipergunakan wali sufi Ibrahim bin Adham jatuh ke dalam sungai tersebut. Tak lama—belum kunjung satu menit, seseorang menghampiri Ibrahim dan bertanya,”Untuk menjadi orang baik, engkau telah meninggalkan sebuah kerajaan yang megah di Balkh, sekarang apakah yang engkau peroleh sebagai imbalannya?”

Ibrahim tersenyum mendengar pertanyaan yang menyindirnya tersebut. Ia mengarahkan telunjuknya ke dalam sungai tempat jarum jahitnya tenggelam.

Ibrahim berseru, “Tolong kembalikan jarumku.” Tak berapa lama tiba segerombolan besar ikan pun mendongakkan kepala ke permukaan air. Setiap ikan ikan membawa sebuah jarum emas di mulutnya.

Melihat kejadian tersebut, orang yang baru datang itu pun terheran-heran.

“Yang aku inginkan adalah jarumku yang tadi,”seru Ibrahim. Datanglah seekor ikan kecil mengantarkan jarum jahit Ibrahim yang jatuh.

“Jarum ini adalah salah satu di antara imbalan-imbalan yang aku terima karena meninggalkan Kerajaan Balkh. Yang lainnya, tak perlu kau ketahui,” kata Ibrahim [ ]

Exit mobile version