JAKARTA— Tak punya banyak pesaing tangguh dari negeri lain, Rusia menciptakan sendiri pesaing senapan serbu paling legendaris buatannya sendiri: seri Avtomat Khalasnikov alias AK. Yang menarik, perusahaan Rusia itu mengambil senjata asal AS, AR-15.
Menurut laman Rusia, Russia Beyond the Headlines (RBTH) (lihat: https://www.rbth.com/science-and-tech/331543-first-ever-russian-ar-15), senapan serbu baru yang tangguh dan efisien itu diciptakan untuk menaklukkan pasar senjata Afrika dan Timur Tengah, yang tidak disentuh oleh senapan buatan Amerika Serikat (AS). Perusahaan Rusia, Fort, merilis versi berlisensi dari AR-15 pertama mereka pada akhir 2019, dan mengklaimnya sebagai saingan terbesar AK di dunia.
Menurut RBTH, AR-15 merupakan saingan terbesar AK Rusia dalam hal efisiensi, harga, dan berbagai penambahan aksesori serta peningkatan kualitas senjata.
Secara tidak resmi, AR-15 adalah salah satu pilihan utama dari pasukan elit khusus Rusia yang dipakai di dalam negeri dan tugas-tugas khusus mereka di Timur Tengah. Namun, setelah AS menerapkan sanksi pada 2014, pasar Rusia kehilangan senapan tersebut bersama dengan suku cadang dan aksesorinya.
Itulah yang membuat pabrikan senjata Rusia memutuskan untuk membeli lisensi AR-15 dan mulai membuat senjata tersebut dengan versi mereka sendiri.
Secara bobot, senapan tersebut disebut-sebut lebih ringan daripada perkiraan. Semua pengontrol berada tepat di jemari sehingga sangat mudah dioperasikan. Penggunanya dengan mudah memegangnya dari satu posisi ke posisi lain, menembakkannya dengan tangan kanan atau tangan kiri, dengan hampir tidak ada rekoil (tolak balik tembakan).
Pemicu senapan sangat pendek dan berbeda drastis dari pemicu AK. Hal itulah yang membuat penambaknya mampu menembak lebih cepat dan mendaratkan proyektil lebi tepat di tempat yang sama berulang kali.
Akurasi juga menjadi salah satu keunggulan R-15. Selain itu pengguna bisa lebih nyaman karena dapat menginstal hampir semua aksesori yang diinginkan pada senapan ini, seperti teleskop pembidik, optik, senter, pembidik infra merah dan sebagainya.
Tetapi tentu saja taka da gading yang tak retak. AR-15 disebut-sebut sensitive, dan tak sebagaimana AK yang penuh toleransi untuk segala medan dan cuaca, ia lebih rentan. Konon, para prajurit pasukan khusus Rusia ketika dulu ditugaskan dalam misi ke Suriah, lebih memilih membawa AK daripada AR. Pasalnya, AK jauh lebih tahan terhadap pasir dan debu di gurun pasir Timur Tengah. Hanya tentu, di zoina nyaman perang kota, AR-15 lebih patut dipilih.
Kelemahan terbesar AR-15 lainnya adalah harga. Harga jual versi standard senapan ini adalah 1.800 dolar AS, hampir 1.000 dolar AS lebih mahal daripada versi ARs standar buatan AS. Perwakilan Fort menjelaskan, hal itu disebabkan kompleksitas produksi senjata itu di Rusia, pajak yang tinggi, dan sebagainya. Namun semua apologi itu tak akan membuat satu fakta luruh: AR Rusia sangat mahal!
Meskipun demikian, Fort memiliki ambisi dan rencana besar untuk menaklukkan pasar senjata Afrika dan Timur Tengah di masa depan. Itu sudah disetujui pemerintah AS. Sederhananya, pasar-pasar yang tidak memiliki aliran masuk senjata AS, tetapi masih memiliki permintaan untuk itu, akan dipasok Rusia.
Fort juga mempertimbangkan untuk membuat versi AR-15 yang dilengkapi dengan peluru 7,62×39 mm AK, peluru paling standard di pasaran. [ ]