Site icon Jernih.co

Kepo dan Doyan Ngintip, Masyarakat Indonesia Peringkat Ke-18 Gunakan Stalkerware

Berta Vall Castello mengatakan, kampanye preventif yang menangani masalah kontrol koersif, kecemburuan, dan perselingkuhan akan menjadi alat yang berharga untuk melawan sikap ini.

JERNIH—Koalisi Melawan Stalkerware—aplikasi penguntitan, yang didirikan bersama kaspersky mengungkap masih ada banyak yang menilai stalking diam-diam kepada pasangan sebagai tindakan wajar.

Survei global terhadap lebih dari 21.000 partisipan di 21 negara tentang sikap pengguna terhadap privasi dan penguntitan digital dalam hubungan pribadi. Stalkerware memungkinkan pelaku untuk memantau kehidupan pribadi orang lain secara digital melalui perangkat seluler tanpa persetujuan korban.

Sementara mayoritas responden (70 persen) menganggap bahwa memantau pasangannya tanpa persetujuan adalah hal yang tidak dapat diterima.

Namun, dalam keterangan resminya Selasa (7/12) lalu, sebagian besar (30 persen) beranggapan sebaliknya, apabila itu dihadapkan dengan situasi tertentu. Dari mereka yang membenarkan untuk alasan tertentu, hampir dua pertiga (64 persen) akan melakukannya jika pasangan mereka tidak setia. Kemudian, jika terkait dengan keselamatan mereka (63 persen) atau ketika pasangan mereka terlibat dalam kegiatan kriminal (50 persen).

Dari sudut pandang geografis, terlihat bahwa anggapan yang membenarkan untuk memantau pasangan secara umum berasal dari responden di kawasan Asia-Pasifik (24 persen). Sedangkan di Eropa (10 persen) dan Amerika (8 persen) lebih sedikit orang yang menganggap hal ini dapat diterima.

Selain itu, dalam laporan Digital Stalking in Relationships Kaspersky, yang dilakukan secara online oleh Sapio Research pada September 2021, menunjukkan bahwa 15 persen responden di seluruh dunia telah diminta oleh pasangannya untuk menginstal aplikasi pemantauan.

Sayangnya, 34 persen dari mereka yang menunjukkan jawaban ini juga pernah mengalami pelecehan oleh pasangan dekatnya. “Tidak ada yang membenarkan segala bentuk tindakan untuk melakukan kontrol atas pasangan sehubungan dengan dugaan perselingkuhan,” ujar Berta Vall Castelló, research & Ddevelopment manager, European Network for the Work with Perpetrators of Domestic Violence (WWP EN).

Menurutnya, kampanye preventif yang menangani masalah kontrol koersif, kecemburuan, dan perselingkuhan akan menjadi alat yang berharga untuk melawan sikap ini.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa pemantauan online dapat menjadi cara lain untuk menggunakan kontrol koersif dalam sebuah hubungan. Mengingat bahwa stalkerware adalah perangkat lunak yang tersedia secara komersial yang tersembunyi di perangkat dan menyediakan akses ke berbagai data pribadi.

Mulai dari lokasi perangkat, riwayat browser, pesan teks, atau obrolan media sosial. “Saya mendesak bagi siapa pun yang mengalami penguntitan dan merasa berada dalam bahaya atau tidak aman untuk melawan pelaku kekerasan tersebut, dengan cara menghubungi organisasi kekerasan dalam rumah tangga untuk mendapatkan saran dan dukungan,” kata Karen Bentley, ceo Wesnet, organisasi payung nasional Australia untuk layanan kekerasan dalam rumah tangga.

Kaspersky menganalisis statistik yang mengungkapkan berapa banyak penggunanya yang terpengaruh oleh stalkerware dalam 10 bulan pertama tahun ini, dari Januari hingga Oktober 2021, hampir 28.000 pengguna seluler terpengaruh oleh ancaman ini.

Selama periode yang sama, ada lebih dari 3.100 kasus di UE dan lebih dari 2.300 pengguna di Amerika Utara yang terpengaruh. Selama periode yang sama, sebanyak 305 pengguna yang dihadapkan dengan stalkerware di Indonesia.

Menurut angka Kaspersky, Rusia, Brasil, dan Amerika Serikat (AS) menjadi tiga negara teratas dalam pengguna yang dihadapkan dengan stalkerware secara global sejauh ini. Indonesia menempati peringkat ke-18 tahun ini di secara global. (TechSpot/The Hindu)

Exit mobile version