CIAMIS – Sejarah Ciamis di abad 17-19 Msehi meninggalkan sisi menarik yang belum begitu terungkap luas. Perubahan-perubahan kekuasaan yang berkaitan dengan situasi politik ketika Mataram Islam mulai menancapkan pengaruhnya di Tatar Galuh sampai kemudian terbentuknya Kabupaten Ciamis banyak meninggalkan penggalan kisah yang tercecer. Salah satunya adalah urutan para penguasa Kabupaten Ciamis yang masih menyisakan celah sejarah yang menarik untuk diteliti.
Pada tanggal 17 Mei 1972, saat Bupati Ciamis dijabat Kolonel Abu Bakar (1966-1973) terjadi perumusan Hari Jadi Kabupaten Ciamis. Saat itu DPRD Kabupaten/Daerah tingkat II Ciamis memutuskan tanggal 12 Juni 1642 sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis. Penetapan tersebut diambil ketika Raden Panji Aria Jayanagara secara bertahap memindahkan ibukota Kabupaten Gara Tengah ke tiga tempat , yaitu dari Gara Tengah pindah ke Calingcing lalu ke Panyingkiran dan terakhir ke Barunay.
Saat pindah ke Barunay terjadi pada 14 Mulud tahun He. Berdasarkan perhitungan Rd. Rg.Kusumasembada dan R. Rahmat, penanggalan Mataram itu jatuh pada 12 Juni 1642. Atas saran Sultan Agung Mataram, Kabupaten Gara Tengah kemudian diganti menjadi Kabupaten Imbanagara.
Penggunaan nama Imbanagara merupakan bentuk pengormatan Sultan Agung kepada ayah Jayanagara, yaitu Mas Dipati Imbanagara yang meninggal akibat kesalahan Sultan Agung menghukum mati Mas Dipati Imbanagara. Hal itu terjadi akibat fitnah Patih Wiranangga yang berambisi menjadi Bupati Gara Tengah.
Maka Kabupaten Gara Tengah kemudian berganti nama menjadi Kabupaten Imbanagara. Selain Kabupaten Imbanagara, saat itu di Tatar Galuh telah ada beberapa kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Ciancang Utama, Bojonglopang, Kawasen dan Ciamis.
Garis silsilah para penguasa empat kabupaten tersebut secara garis besar memiliki leluhur yang sama, yaitu Prabu Haur Kuning yang merupakan keturunan Rangga Mantri Penguasa Talaga.
Menurut sejarawan senior dan ahli genealogi Ciamis, R.H. Gun Gun Gurnadi, Kabupaten Bojonglopang merupakan turunan dari Kerajaan Galuh Kertabumi yang berdiri tahun 1585 M yaitu saat Rangga Permana, putra Geusan Ulun menikah dengan Tanduran Ageung putri dari Maharaja Sanghyang Cipta di Gara Tengah. Sedangkan Kabupaten Ciancang Utama didirikan oleh putra kedua Dalem Jangpati yaitu Demang Sutabaya yang berjuluk Adipati Ciancang di Utama.
Tahun 1641 Sultan Agung membuat kebijakan dalam pembagian wilayah di Galuh yang menjadi 5 kabupaten, yaitu Utama dibawah Sutamanggala, Bojonglopang di bawah Dipati Kertabumi, Imbanagara dibawah R,P.A.A Jayanagara, Kawasen oleh Bagus Sutapura, dan Banyumas. Tak lama kemudian Kabupaten Utama digabung ke Bojonglopang saat di pimpin Angganaya.
Bojonglopang dan Ciancang memiliki kekerabatan karena adik kandung Demang Sutabaya yaitu Nyai Ajeng Asrinagara dinikahi Singaperbangsa III, penguasa Bojonglopang. Selanjutnya Ciancang dan Bojonglopang disatukan dan dipimpin oleh Jiwanagara. Setelah periode Jiwanagara kekuasaan Bojonglopang ataupun kertabumi berahir.
Kabupaten Ciamis awalnya adalah sebuah desa yang menginduk ke Kawasen, kemudian berkembang menjadi Kabupaten di tahun 1668.
“Pusat pemerintahannya sering disebut Cibatu dan memiliki nama resminya Ciamis. Dalam berbagai sumber sejarah, Ciamis yg semula sebuah desa dibangun oleh tokoh bernama Dalem Jangpati Jangbaya, putra Bupati Sukakerta yaitu Dalem Wangsabaya alias Santowaan Kolelet.” Papar RH. Gun Gun Gurnadi kepada Jernih.
Ciamis ahirnya berkembang menjadi kabupaten. Bupati pertamanya adalah putra sulung Dalem Jangpati Jangbaya yang bernama Raden Tumenggung Wirajayengpati alias Djangpati I. Dalem Jangpati Jangbaya sebagai kuwu Ciamis berkuasa sampai tahun 1668 di Pabaton.
Ternyata Nama Ciamis dan sosok Dalem Jangpati Jangbaya tercantum dalam arsip VOC tahun 1686 yang isinya merupakan daftar arsip paling awal tentang data penduduk, lahan garapan, hasil pertanian dan tentang pajak yang mesti dibayar ke VOC di kawasan Priangan Jawa Barat.
Daftar tersebut dibuat oleh dua pegawai VOC bernama Claes Hendriksz dan Jan Cartstenz dan mencatatkan nama Desa Tjiamis yang masuk ke wilayah distrik Cawassin (Kawasen) dengan kepala desanya bernama Jangpatty.
Keterangan itu sesuai dengan keputusan Sultan Agung diatas. Di tahun 1668 Dalem Jangpati Djangbaya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Wirajayengpati yang kemudian mengembangkan Desa Ciamis menjadi Kabupaten. Wirajayengpati berkuasa tahun 1668-1700 dan pusat kekuasaannya berada di Cibatu (Pabaton).
Lihat juga : Situs Makam Bupati Kawali dari abad 18 Masehi Terancam Longsor
Dalam Babad Galuh Imbanagara juga disebutkan bahwa :Maharadja Oepama, makamna di Gunung Krikil (Tjineam) district Manondjaja noe toeroen-toemoeroen ka Dalem Djangpati Boepati ti Tjiamis.
Dari keterangan babad tersebut semakin meneguhkan bahwa Dalem Djangpati I adalah Bupati Ciamis pertama yang mengembangkan Ciamis dari setingkat desa kemudian menjadi kabupaten yang lepas dari Kawasen.
Tercatatnya nama Ciamis sejak tahun 1668 membantah stigma buruk yang ditulis oleh sejarawan Dr.Sobana Hardjadisaputra dalam artikel Ajen Galuh Jeung Ciamis Dina Sajarah yang menuduh nama Ciamis berasal dari kata cai amis yang berkonotasi air yang bau amis (anyir) akibat peristiwa Bedah Ciancang tahun 1739.
Menurut Sobana, di tahun itu Ciancang diserbu oleh ribuan berandal dari Banyumas sehingga menyebabkan banjir darah akibat banyaknya prajurit yang tewas. Tercantumnya nama Ciamis tahun 1668 juga membantah anggapan keliru lainnya yang menyebutkan bahwa Ciamis pemberian Belanda tahun 1915.
“Dari eksistensi Ciamis di tahun 1668, terdapat kerancuan dalam Sejarah Kabupaten Ciamis yang berkembang saat ini. Karena pada perumusan hari jadi kabupaten Ciamis, disepakati nama kabupatenya adalah Ciamis akan tetapi susunan bupatinya bukan dimulai dari bupati Ciamis tapi malah dimulai dari Bupati Imbanagara.” Ujar RH. Gun Gun Gurnadi.
Padahal pada saat Jayanagara memindahkan kekuasan ke Barunay tahun 1642, Desa Ciamis sudah eksis di bawah Kawasen dan 1668 berkembang menjadi Kabupaten yang mandiri, tidak dibawah kekuasan Kawasen maupun Imbanagara. Dan itu berlangsung sampai tahun 1805.
“Bahkan ketika kabupaten Galuh terbentuk tahun 1805 yang merupakan penggabungan tiga kabupaten yaitu Ciamis, Utama dan Imbanagara, bupati pertamanya adalah Bupati Ciamis yang bernama Kartanagara alias Jayengpati VI.” Imbuh RH. Gun Gun.
Dari data –data sejarah tersebut maka sudah selayaknya nama-nama Bupati Ciamis di abad 16-19, yang dimulai dari Jayengpati I sampai Jayengpati IV juga dicantumkan sebagai bupati-bupati Kabupaten Ciamis dalam sejarah Kabupaten Ciamis saat ini.
“Bila tidak tercantum, maka penggalan sejarah Ciamis ada yang hilang dan janggal. Karena wilayah kekuasan mereka, yaitu Ciamis digunakan sebagai nama kabupaten Ciamis saat ini, namun bupati-bupati terdahulunya tidak dicantumkan. “ Pungkas RH. Gun Gun. (PaR)