Sebab itu, timbul dugaan dalam benak Dzunnun bahwa turunnya serratus macam rezeki itu karena amal shalat dan puasa yang telah dilakukannya.
JERNIH—Sebelum dirinya menjadi seorang wali sufi, Dzunnun Al-Misri bersama putranya yang masih belia berangkat menjala ikan di laut. Begitu tiba di pantai, keduanya segera menebar jala. Tak lama kemudian seekor ikan tertangkap jala mereka.
Tetapi ketika Dzunnun hendak mengambilnya, si anak yang berhasil mendahuluinya melemparkan kembali ikan itu ke laut.
“Mengapa kau sia-siakan usaha kita” kata Dzunnun dengan kesal.
“Relakah ayah jika kita harus memakan makhluk yang selalu menyebut-nyebut nama Allah?” kata putra Dzunnun. Tampaknya ia terpesona melihat mulut ikan yang baru terjaring itu senantiasa bergerak-gerak.
“Lalu kita makan apa?” teriak Dzunnun kesal.
“Kita bertawakal saja kepada Allah,” kata putranya,” pasti Allah akan memberikan rezeki yang tepat untuk kita.”
Akhirnya keduanya pergi ke suatu tempat untuk menanti nasib. Hingga matahari terbenam mereka tak punya apa-apa untuk dimakan. Namun menjelang Isya, Allah menurunkan serratus macam rezeki buat mereka. Hal itu berlangsung hingga 12 malam.
Sebab itu, timbul dugaan dalam benak Dzunnun bahwa turunnya serratus macam rezeki itu karena amal shalat dan puasa yang telah dilakukannya. Tapi sangkaan itu terbantah saat rezeki itu tak pernah turun lagi, sejak kematian anaknya. [ ]
Dari “An Nawadir” Syekh Shihabuddin Al-Qalyubi. Pustaka Misbah, 2004.