Di masa Pleistosen, sekitar 1,8 juta tahun lalu, Laut Jawa dan Laut Cina membentuk jembatan daratan luas di paparan Sunda sehingga memungkinkan terjadinya proses migrasi fauna dan manusia purba dari daratan Asia ke pulau Jawa dan kemudian menyebar ke pulau-pulau lainnya.
Maka manusia yang datang ke pulau Jawa diantaranya kemungkinan ada yang singgah dan bermukim di Tambaksari, Kabupaten Ciamis.
Indikasi tersebut tersebut terbukti saat ditemukannya fosil gigi manusia purba (Homo Erectus) pada 8 Juli 1999 di kedalaman 333 cm dibawah permukaan tanah, yaitu di lapisan batu pasir kebiru-biruan. Peristiwa yang menggemparkan dalam dunia arkeologi tersebut menjadi bukti awal adanya Homo Erectus pertama yang ditemukan di Jawa Barat.
Temuan fosil tersebut merupakan hasil penelitian bersama Indonesia – Amerika Serikat. Tim dari Indonesia merupakan gabungan dari Balai Arkeologi Bandung, STTNas Yogyakarta dan Laboratorium Geologi Kuarter-P3G Bandung. Sedangkan dari Amerika berasal dari University of Tennesse dan Auburn University.
Tentang puncak penemuan ini, Andrew Kramer Ketua Tim Penelitian Tambaksari dari department of anthropology, University of Tennesse, AS menulis dalam artikelnya yang berjudul The First Hominid Fossil Recovered From West Java, Indonesia, bahwa walau cuma sebutir gigi seri, namun cukup dijadikan teori awal tentang keberadaan manusia pertama di Jawa Barat.
Fosil gigi tersebut diberi nama Rancah Hominid 1, untuk mengingatkan bahwa fosil gigi tersebut merupakan temuan fosil gigi manusia yang pertama kalinya di Tambaksari (Rancah).
Dari analisa pertanggalan absolut yang dilakukan di Universitas Tennessee dan Universitas Auburn di Amerika Serikat menggunakan penghitungan terhadap kalium argon terhadap batuan tufa dari penggalian sungai Cipasang didapatkan angka sekitar 5 juta tahun yang lalu.
Sedangkan di Cisanca karena tidak ditemukan lapisan tuva maka digunakan metoda Electron Paramagnetic Resonance (EPR) dari fosil gigi bovid (kerbau) yang ditemukan 1 m dibawah fosil gigi seri mausia purba maka menghasilkan angka 800.000 tahun yang lalu.
Dari hasil analisis dua pertanggalan tersebut terdapat selisih umur fosil yang cukup jauh sehingga menimbulkan sedikit keraguan untuk memastikan berapa umur fosil gigi Homo Erectus tersebut.
Jika mengacu pada usia sekitar 5 juta tahun yang lalu, fosil gigi seri tersebut tentu akan menjadi fosil tertua di Pulau Jawa dan bukan termasuk homo erectus, namun lebih tua dari Meganthropus paleojavanicus, 2 juta tahun yang lampau yang ditemukan Von Koenigswald di daerah Sangiran.
Di beberapa artikel yang menulis tentang Fosil gigi seri manusia purba Tambaksari umumnya mencantumkan angka 5 juta tahun sebagai umur fosil tersebut.
Untuk menuntaskan kesimpangsiuran tersebut, Nanang Saptono, Arkeolog dari Balai Arkeologi Bandung menyatakan bahwa berdasarkan rujukan dari artikel Andrew Kramer fosil gigi seri tersebut berusia 516.000 – 606.000 tahun yang lalu.
“Di bagian conclusion disebutkan bahwa morfologi fosil gigi tersebut mendekati gigi homo sapiens, maka setelah dikalibrasi hasilnya pada angka 516.000 – 606.000” papar pria yang akrab dipanggil Mang Nanang ini.
Usia gigi manusia Tambaksari lebih tua dari rangka-rangka manusia prasejarah di Gua Pawon yang berkisar usianya antara 5.600 hingga 9.500 tahun.
Temuan lain dan catatan Wangsakerta
Jejak aktivitas manusia purba juga didapatkan pada temuan artefak berupa alat batu dari masa berburu dan mengumpulkan makanan (paleolitik-epipaleolitik), serta alat-alat batu dari masa bercocok tanam (neolitik).
Alat-alat batu tersebut berupa kapak perimbas dan kapak penetak. Temuan alat-alat batu yang telah diupam/dihaluskan atau diasah diantaranya beliung persegi, gelang batu, alat gurdi dan batu pengasah.
Pada temuan gigi taring Kuda Nil terdapat bagian yang telah mengalami penajaman dengan sengaja. Hal ini menimbulkan asumsi bahwa gigi tersebut dulunya berfungsi atau digunakan sebagai perkakas manusia purba.
Sebagai pembanding, keadaan di Jaman Pleistosen Bawah (700.00 tahun lalu) dapat dilihat dalam catatan dalam Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara yang selesai ditulis tahun 1677 Masehi di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Dalam parwa 1 sarga 1 di naskah itu disebutkan tentang munculnya manusia purba. Berjuta-juta tahun yang lampau telah muncul makhluk hidup berwujud manusia tingkatan rendah dan belum sempurna.
Mereka adalah manusia purba, manusia-hewan, yang seterusnya setelah beribu-ribu tahun kemudian berwujud separuh hewan separuh manusia. Lama setelah itu barulah muncul makhluk yang berupa manusia, lalu manusia tingkat rendah dan akhirnya muncullah jenis manusia sempurna.
Naskah ini juga menyebutkan bahwa antara 750.000 sampai 300.000 tahun yang silam diderah Pulau Jawa telah hidup manusia yang berjalan tegak. Kulitnya berwarna gelap dan lebih cerdas dari manusia yang berjalan seperti hewan.
Mereka mampu membuat senjata dari bahan tulang dan batu yang dipergunakan untuk berburu dan mempertahankan diri dari serangan manusia purba yang berjalan seperti hewan. Naskah ini menyebut jenis manusia purba seperti itu dengan nama manusia raksasa (bhutapurusa) yang mendiami gua-gua di lereng gunung.
600.000 tahun yang silam manusia purba jenis ini mulai terdesak dibunuh sejak kedatangan manusia pendatang dari benua utara terutama dari yawana kemudian menyebar ke semenanjung Malaysia, Sumatera dan Jawa. bhutapurusa ini punah kira-kira 250.000 tahun yang lalu.
Dan oleh mahakawi masa pergantian tersebut dinamakan masa purba yang pertama atau prathama purwayuga. Pendatang baru tersebut adalah kelompok manusia sempurna) yang terus menyebar ke Sumatera, Jawa dan Nusantara bagian timur lainnya.
Secara geografis, Kecamatan Tambaksari berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Sungai Cijolang menjadi tapal batasnya. Bantaran bagian barat masuk masuk wilayah Kecamatan Tambaksari, Jawa Barat. Sedangkan sisi yang lainnya masuk wilayah Cilacap, Jawa Tengah. [*]