Jernih — Selama pandemi Covid-19 melanda dunia, pertemuan dengan menggunakan aplikasi Zoom menjadi tren. Hal itu sebagai media alternatif dari berbagai pertemuan yang tidak mungkin dilakukan secara langsung, seperti bekerja, belajar, rapat, seminar, workshop dan lainnya.
Awalnya barangkali tubuh akan terbiasa dengan kebiasaan baru tersebut. Namun psikiater dari Rumah Sakit Gleneagles Singapura, Dr Lim Boon Leng mengatakan kepada CNA bahwa terjadi ‘perubahan otak’ yang berkaitan dengan aktivitas listrik di neokorteks otak serta transmisi saraf dopaminergik dan kolinergik pada kegiatan baru tersebut.
“Tubuh dan otak selalu berupaya menjaga keseimbangan atau homeostasis,” jelasnya. “Ketika pertemuan Zoom menjadi membosankan terlebih ketika dilakukan terus menerus dan dalam jangka watu yang lama, tingkat dopamin cenderung turun dan fokus perlahan menghilang.”
Dr Lim menggambarkan bagaimana konsentrasi berjalan selama rapat online. Pada sepuluh menit pertama konsentrasi dapat dipertahankkan, namun bila kehilangan fokus, dengan cepat dalam hitungan detik akan kembali normal.
Sepuluh menit selanjutnya, akan membutuhkan waktu lebih lama dan mulai sulit untuk kembali memfokuskan perhatian pada zoom meeting. Memasuki 30 menit, tubuh mulai merasakan sensasi seperti lapar dan lelah.
Selanjutnya tubuh mulai gelisah, sering menggeliat di kursi atau memainkan alat tulis, membaca pesan Whatsapp, membaca email dan lainnya. Dan pada menit ke 45 hingga 50, minat pada pertemuan menjadi hilang dan rapat tidak lagi didengarkan.
Selain itu, menatap layar monitor dengan jarak dekat dan menggunakan earphone terlalu lama juga menyebabkan kelelahan pada mata dan telinga. Apalagi jika postur tubuh selama pertemuan tidak dalam posisi baik, akan membuat pantat dan punggung mengalami cedera, seperti sakit punggung, leher, bahu, carpal tunnel syndrome atau bahkan trombosis vena dalam.
Selain reaksi kimiawi otak, ada faktor eksternal yang dapat membuat sulit untuk fokus dan lelah, misalnya ketika di rumah ada anak-anak yang menuntut perhatian, tanaman hias yang perlu dirawat, binatang peliharaan yang berisik atau kebisingan dari luar rumah.
Kualitas suara yang buruk saat zoom meeting berlangsung, atau koneksi WiFi yang lambat sehingga membuat singkronisasi isyarat verbal non verbal ketika berkomunikasi tidak tepat, jelas sangat mengganggu jalannya ‘pertemuan’.
Hal-hal tersebut membuat otak bekerja ‘lembur’, yang menyebabkan kelelahan akibat pengerahan tenaga mental, dan meningkatkan perasaan frustrasi serta ketidakpuasan karena ketidakmampuan untuk mencapainya. Layar multi-orang semakin membebani otak dari kebutuhan untuk memproses dan memecahkan kode begitu banyak informasi sekaligus.
Dr Lim juga menerangkan cukup sulit untuk membaca dan memastikan bahassa tubuh dan ekspresi wajah orang secara online. Misalnya ketika rapat sedang berlanngsung sulit untuk memastikan apakah audien mendengar dan menangkap pembicaraan dengan baik.
Apa yang Harus Dilakukan ?
Profesor Colin West, seorang dokter penyakit dalam umum di Mayo Clinic, AS, yang meneliti tentang kelelahan, menyarankan untuk membatasi pertemuan online menjadi ‘tidak lebih dari dua jam. Selama itu disarankan melakukan peregangan yang lebih pendek dengan beberapa istirahat singkat’.
“Ini mungkin tidak jauh berbeda dari jadwal pertemuan fisik. Tetapi kadang-kadang, jeda yang biasanya dibangun di antara pertemuan fisik diabaikan saat membuat jadwal pertemuan Zoom,” katanya.
“Peserta harus diizinkan untuk mengalihkan pandangan dari layar setiap 10 hingga 15 menit untuk memungkinkan mata mereka beristirahat,” saran Dr Lim.
“Mungkin berguna bagi beberapa orang untuk membuat catatan atau bahkan merekam sesi untuk diputar ulang jika mereka merasa sulit untuk mengikuti atau memiliki kecenderungan untuk mengasingkan diri selama pertemuan,” katanya.
Setelah melakukan Zoom meeting, berdiri, melakukan peregangan berjalan-jalan, atau minum dapat ‘menghidupkan kembali’ rentang perhatian. Melakukan ‘liburan singkat’ dengan berimajinasi atau mengingat kenangan indah juga dapat membantu mengatur ulang pikiran.
Kapan Merencanakan Rapat ?
Dr Lim menerangkan setiap orang memiliki stamina yang berbeda untuk pertemuan Zoom. Daripada membatasi jumlah pertemuan, akan lebih praktis untuk membuat pertemuan singkat dan manis, memberikan waktu istirahat yang cukup selama dan di antara pertemuan, dan menghindari pertemuan pada jam-jam yang tidak wajar.
Prof. West menyarankan untuk menguraikan tujuan pertemuan di awal dan menekankan beberapa aturan dasar seperti mengizinkan peserta untuk menyesap minuman atau informalitas lain yang sesuai.
“Pertimbangkan untuk menggunakan bentuk komunikasi alternatif lainnya seperti panggilan telepon atau matikan interaksi video selama beberapa saat untuk istirahat dan biarkan otak memiliki kesempatan beristrirahat sejenak di antara rapat.”