Site icon Jernih.co

Mengenal Ata Modo, ‘Saudara Kandung’ Komodo

Jernih — Sejak bergulirnya wacana pembangunan dan penataan Pulau Komodo pada tahun 2019 demi menjadi tujuan pariwisata tingkat dunia, pulau itu dan segala tentangnya menjadi buah bibir.

Pro kontra menyambut ambisi pemerintah itu. Pihak yang mendukung berdalih demi kemajuan pariwisata, khususnya di wilayah Nusa Tenggara Timur. Pesatnya kunjungan wisatawan ditaksir akan berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Pihak yang kontra, mengkhawatirkan rusaknya habitat komodo di Taman Nasional Pulau Komodo akibat pembangunan kawasan tersebut. Hal lain yang dikhawatirkan terusik adalah kebudayaan Ata Modo, penduduk lokal yang diyakini telah hidup bersama komodo sejak ratusan tahun silam. 

Ata Modo adalah istilah untuk menyebut orang-orang yang pertama kali menghuni Pulau Komodo. Tidak ada keterangan pasti kapan mereka mulai mendiami pulau yang disebut Tana Modo itu.

Namun, temuan keramik Tiongkok yang diperkirakan berasal dari abad ke-13 merekam keberadaan Ata Modo. Sumber yang paling jelas mengisahkan mereka adalah sumber-sumber yang berasal dari abad ke-14 yang berasal dari Kesultanan Bima, kerajaan yang pernah mengusai wilayah Pulau Komodo dan sekitarnya.

Dalam keterangan-keterangan yang ada dari masa itu, Ata Modo digambarkan sebagai nelayan yang ulung yang pandai membuat sampan. Mereka juga akrab dengan pertanian yang disebut lingko (lingkaran) dan perkebuanan. Makanan utama mereka sagu, beras, dan jagung.

Lebih jauh lagi, pada tahun 1977, seorang ilmuwan Indonesia bernama A.A. Sukadana berhasil menemukan tengkorak manusia prasejarah di Pulau Komodo yang memiliki kemiripan dengan tengkorak yang ditemukan di Puger Jawa Timur, Gua Alo Flores, Gilimanuk Bali dan Anyer Banten.

Dari temuan tersebut, muncul interpretasi bahwa mungkin para Ata Moda purba itu kemudian menyebrang ke Pulau Rinca, Donggo, dan Warloka sebab di pulau-pulau tersebut ditemukan tinggalan zaman megalitikum, zaman batu besar yang secara usia lebih muda temuan tengkorak tersebut.

Dengan ditemukannya tengkorak ini juga, diyakini bahwa Ata Modo telah mendiami Pulau Komodo sejak zaman prasejarah. Dan sejak saat itu mereka tinggal bersama komodo yang telah mereka anggap saudara.

Keintiman Ata Modo dan kadal purba itu diabadikan oleh para leluhur dalam mitologi setempat yang dituturkan dalam sastra lisan.

Alkisah di zaman dahulu kala, hiduplah seorang perempuan bernama Umpu Najo. Diceritakan, perempuan ini tinggal di gunung bersama anak laki-lakinya yang lantas menikah dengan perempuan bernama Epa.

Dari pernikahan itu, mereka mempunyai dua orang anak dengan dua wujud yang berbeda. Satu anak berupa manusia, sementara satunya lagi berupa ora (komodo).

Ayah mereka hanya mengurus anak yang berwujud manusia saja yang lantas disebut Ata Modo. Sementara, anak satunay lagi, ora, lari ke hutan dan tinggal di sana. Jadi, sampai saat ini, Ata Modo masih percaya bahwa mereka adalah saudara kandung komodo. Oleh sebab  itu pula, mereka yakin bahwa komodo tidak akan memakan atau menyakiti mereka, karena mereka saudara.  

Exit mobile version