Ketika Muslim meninggal di New York City, kemungkinan besar mereka akan dimakamkan di Washington Memorial Park Cemetery atau dibawa ke New Jersey, yang memiliki dua kuburan khusus Muslim. Pilihannya adalah antara kuburan mahal yang memakan waktu sekitar 1,5 jam dari Brooklyn ke Long Island, atau berkendara ke negara bagian tetangga, membayar tol berkali-kali.
JERNIH–Ketika ayah Mohammad Abdullah sakit tahun lalu, dia hanya menyampaikan satu keinginan. Dia tidak ingin jenazahnya diterbangkan ke Pakistan untuk dimakamkan. Dia ingin berbaring di New York, di mana istri dan anak-anak yang ditinggalkannya dapat mengunjunginya dengan mudah. Maka ketika dia meninggal sebulan kemudian, Abdullah bersiap untuk memenuhi keinginan terakhir ayahnya itu.
Ternyata, itu tidaklah mudah.
New York memiliki lebih dari satu juta Muslim, tetapi tidak ada pemakaman khusus untuk komunitas Muslim. Ada kuburan yang menyediakan petak bagi umat Islam. Namun setelah pandemi Covid-19, harga tanah kuburan meroket dan masjid tidak lagi ditawari kesempatan untuk membeli tanah kuburan massal dengan harga lebih murah.
Pemakaman The Washington Memorial Park Cemetery adalah salah satu kuburan terbesar di New York yang memiliki porsi untuk umat Islam. Menurut seorang petugasnya, lubang kuburan saat ini berharga sekitar 9.500 dolar AS atau sekitar Rp 147,25 juta. ‘Konsumen’ memiliki pilihan untuk membayar uang muka sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh persen dan membayarnya kembali dalam 84 bulan. Petugas itu memberi tahu Middle East Eye bahwa harga akan segera naik, dan itulah yang dikhawatirkan umat Islam di New York.
Ketika Muslim meninggal di New York City, kemungkinan besar mereka akan dimakamkan di Washington Memorial Park Cemetery atau dibawa ke New Jersey, yang memiliki dua kuburan khusus Muslim. Pilihannya adalah antara kuburan mahal yang memakan waktu sekitar 1,5 jam dari Brooklyn ke Long Island, atau berkendara ke negara bagian tetangga, membayar tol berkali-kali.
Karena Abdullah tinggal di Queens, dia memutuskan bahwa mengemudi ke Long Island dari waktu ke waktu untuk berdoa di makam ayahnya. Itu jauh lebih nyaman daripada mengemudi ke New Jersey.
“Mungkin terdengar tidak wajar ketika saya menggunakan kata ‘kenyamanan’ dalam hal menguburkan orang mati, tapi itu benar,” katanya.
“Saya ingin mengunjungi makamnya selama saya masih hidup. Saya ingin anak-anak saya berkunjung dan juga cucu-cucu saya suatu hari nanti. Biayanya sangat besar. Tapi dia adalah ayahku dan aku akan melakukan apa saja untuknya.”
Akan lebih banyak orang sekarat
Khurshid Anwar adalah presiden Asosiasi Islam Long Island, yang terletak di Seldon yang berjarak sekitar 105 kilometer sebelah timur Kota New York. Dia memberi tahu MEE: “Kami punya masalah.”
“Populasi kami telah meningkat sekitar sepuluh kali lipat dalam 10, 20 tahun terakhir. Artinya, semakin banyak orang yang meninggal,” kata Khurshid.
Dia mengatakan, masjidnya, bersama dengan masjid lainnya, membeli ratusan bidang tanah pemakaman di New York. Jadi, ketika seseorang di komunitas mereka meninggal, itu akan jauh lebih murah daripada jika seseorang pergi ke pemakaman itu sendiri untuk membeli sebidang tanah. Namun setelah pandemi dan tingginya angka kematian pada masa itu, pemakaman tersebut kini hanya menyediakan kavling untuk perorangan. Biaya satu kuburan pra-Covid adalah sekitar 4.000 dolar AS. Sekarang sudah lebih dari dua kali lipat.
“Akibatnya, kami berhenti memberikan kuburan kepada orang yang masih hidup. Dulu, orang membuat reservasi untuk dimakamkan di samping orang yang mereka cintai. Tapi kami mencegah orang melakukan itu sekarang, ”katanya.
Masjidnya malah mendorong orang untuk menguburkan orang yang mereka cintai di New Jersey. Tapi itu menimbulkan masalah bagi mereka yang sudah memiliki anggota keluarga yang dimakamkan di New York, karena mereka berkeras memilih pemakaman itu.
Mengapa masalahnya muncul sekarang? Itu karena sekarang umat Islam telah mengakar kuat.
Dia menjelaskan bahwa ketika Muslim pertama kali datang ke New York, mereka tidak berpikir untuk membangun pemakaman karena mereka tidak berharap untuk tinggal, beranak pinak dan membesarkan anak-anak mereka. Tapi sekarang, semua berubah dengan munculnya generasi baru.
“Sekarang orang-orang itu semakin tua, kami melihat lebih banyak kematian. Orang-orang ini tidak ingin dimakamkan di rumah. Ini adalah tanah kami. Anggota keluarga ingin orang tua mereka dimakamkan di tempat mereka tinggal sekarang.
Orang tak ingin dekat area kuburan
Tidak mudah membuka pemakaman baru di negara bagian New York, terutama di New York City. Ada beberapa organisasi dan individu yang telah mencoba selama bertahun-tahun. Menurut Scott Nimmo dari Islamic Burial and Shipping Service di New York, masalah utama pembukaan kuburan adalah tidak ada komunitas yang menginginkannya.
“Tidak ada yang menginginkan kuburan di halaman belakang mereka. Tidak ada kota yang menginginkannya,”katanya kepada MEE.
Dia menjelaskan bahwa hal ini menyebabkan rumah duka di New York terkena dampak yang sangat besar. Orang tidak mampu membayar pemakaman. Rumah duka memungut biaya sangat sedikit, katanya, sementara pemakaman akan mengenakan biaya tiga hingga empat kali lipat dengan biaya pemakaman.
“Dulu ada 50 rumah duka di kota ini dan sekarang jumlahnya kurang dari 20,” katanya.
Dia mengatakan negara bagian New York mengizinkan kuburan menaikkan harga mereka, dan “Hal itu konyol.” Karena itu, semakin sulit bagi orang untuk menguburkan anggota keluarga yang mereka cintai. Kesulitan lain untuk membuka pemakaman baru adalah adanya undang-undang zonasi. Jadi apa solusinya? “Muslim New York harus pergi ke New Jersey,”katanya. “Tapi banyak orang yang tidak mau melakukan itu. Jadi, tidak ada solusi.”
Semuanya bermuara pada satu pertanyaan: Apakah Anda bersedia membayar 10.000 dolar untuk menguburkan orang yang Anda cintai di New York?
Sementara jawaban untuk Abdullah adalah ya, bagi Osman Hassan dari Islamic International Funeral Services, jawabannya adalah tidak.
“Pada akhirnya, tidak ada yang akan membantumu dimakamkan kecuali perbuatanmu. Apa lagi yang kamu bawa?” kata dia.
Dia mengatakan ada banyak pembicaraan untuk memperluas dan membuat bagian Muslim di berbagai kuburan non-Muslim di seluruh kota dan negara bagian. Baru bulan lalu, dia menerima telepon dari pemakaman di Staten Island, memberi tahu dia bahwa mereka tidak keberatan dengan bagian Muslim. Namun mereka perlu mencari uang untuk diinvestasikan dalam upaya kebersihan, konstruksi, dan penguburan.
Pemakaman Muslim lebih murah daripada pemakaman Kristen, misalnya. Menurut Hassan, untuk penguburan Kristen, orang membutuhkan peti mati–kotak untuk penguburan yang terbuat dari logam, kayu atau fiberglass–yang menghabiskan banyak uang. Belum lagi batu nisan, pembalseman, dan pemeriksaan jenazah.
Ketika Samuel Kingston menguburkan saudaranya di New York City, dia mengatakan biayanya berpotensi naik hingga 12.000 dolar AS atau Rp 186 juta. Dia menjelaskan, semakin rumit peti matinya, semakin mahal harganya. Hal yang sama berlaku untuk nisan. Dia memberi tahu MEE bahwa itu salah satu alasan mengapa orang memutuskan untuk mengambil cara kremasi (dibakar) karena pada akhirnya bisa menghemat ribuan dolar. Untuk pemakaman saudara laki-lakinya, keluarganya menghabiskan sekitar 9.000 dolar AS.
“Berbicara tentang kematian dengan cara seperti ini memang menyakitkan. Tapi inilah kenyataannya. Ketika anggota keluarga kita meninggal, tentu kita akan menanggung biayanya dan melakukan apapun yang kita bisa untuk memastikan mereka siap untuk akhirat. Tapi manusia itu sulit,”kata dia.
“Itu sebenarnya salah satu alasan mengapa para tetua kita mulai menabung untuk pemakaman mereka ketika mereka masih hidup. Tapi ketika kematian itu datang kepada seseorang yang masih muda seperti saudara laki-lakiku, bukankah kematiam memang tak terduga?”
Proses penguburan seseorang juga berbeda sesuai agama, dan Islam menawarkan proses yang paling sederhana. Inilah mengapa dari perspektif bisnis, yang pada akhirnya adalah pemakaman yang sebenarnya, mereka tidak menghasilkan banyak uang dari pemakaman Muslim. Itulah sebabnya mereka mengenakan biaya berlebihan, kata beberapa direktur lembaga pemakaman kepada MEE.
“Saya pikir solusinya adalah komunitas Muslim perlu berkumpul dan melakukan penggalangan dana. Mengumpulkan banyak uang agar kita bisa membuka pemakaman Muslim yang terjangkau,” ujarnya. “Ini tidak mudah. Dan itu membutuhkan banyak uang, juga persetujuan dari negara dan melibatkan politisi. Tapi bila berhasil, itu akan sangat berharga.” [middle east eye]