“Lalu mengapa kami sering melihatmu berjalan malam-malam dengan membawa lampu?”
“Oo, itu sih agar orang-orang tak menabrakku…”
JERNIH—Sebagaimana Abu Nawas dan Syekh Bahlul di belahan bumi Islam lain, Nasruddin Hoja adalah cendikiawan cerdas, humoris dan ulama terkemuka Turki yang hidup di akhir abad 14. Beliau lahir di Desa Khortu, Sivri-Hisar, Anatolia Tengah, Turki.
Dalam masa pembelajaran, Nasruddin muda pernah belajar pada guru-guru terkemuka seperti Sayyid Mahmud Hairani dan Sayyid Haji Ibrahim. Setelah selesai, ia segera menjadi ulama terkemuka dan diangkat sebagai penasihat Timur Lenk setelah itu.
Suatu hari, ketika sedang duduk di sebuah batu besar di pinggir sungai, Nasruddin melihat 10 orang buta ingin menyeberang. Dia pun menawarkan bantuan kepada mereka dengan bayaran satu sen per orang. Saat disetujui para orang buta itu, Nasruddin pun memulai pekerjaannya.
Sembilan orang telah selamat sampai ke tepi lain sungai. Tetapi orang kesepuluh sepertinya memiliki sedikit sifat nyeleneh. Ketika diberi tahu agar melangkah ke kiri, ia justru melangkah ke kanan. Hal itu membuatnya terpeleset dan dihanyutkan arus.
Merasa ada yang salah, kesembilan orang yang selamat berteriak,” Apa yang terjadi Mullah?”
“Aku kehilangan satu sen!” jawab Nasruddin.
***
Di sebuah warung kopi, suatu hari Nasruddin membual bahwa dirinya bisa melihat di malam gelap sepekat apa pun.
“Kalau begitu, mengapa kami sering melihatmu malam-malam berjalan dengan membawa lampu?”tanya seseorang.
“Oo, itu sih agar orang-orang tak menabrakku saja..” [dsy ]
Dipetik dari “360 Cerita Jenaka Nasruddin Hoja”, Pustaka Hidayah, 2004