Mereka khawatir akan terulang kejadian pada tahun 2014, dimana sebuah pesawat Malaysia Airlines, MH17 jatuh ditembak rudal dari wilayah yang dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia.
JERNIH-Khawatir akan keselamatan penumpang, maskapai penerbangan dari negara-negara Eropa berusaha menghindari langit Ukraina bahkan sepakat membatalkan penerbangan ke Ukraina, menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Maskapai Belanda KLM merupakan maskapai pertama yang mengumumkan menangguhkan penerbangan demi keselamatan penumpang serta awak penerbangan.
“Karena situasi saat ini di Ukraina, maskapai Lufthansa Group menangguhkan penerbangan reguler mereka ke Kiev dan Odessa,” bunyi pernyataan maskapai itu.
Berikutnya Scandinavian Airlines, yang dikenal sebagai SAS, juga memilih membatalkan penerbangan mingguannya dari Oslo ke Kiev. Penerbangan itu seharusnya berlangsung hari Selasa.
Juru bicara maskapai SAS, John Eckhoff menyebut pihaknya akan mengevaluasi perkembangan situasi sebelum memutuskan untuk melanjutkan penerbangan pada minggu depan.
Maskapai penerbangan terpaksa menangguhkan karena khawatiran akan terulang kejadian pada tahun 2014, dimana sebuah pesawat Malaysia Airlines, MH17 jatuh ditembak rudal dari wilayah yang dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia. Kejadian itu menewaskan 298 orang penumpang dan crew pesawat.
Air France dan Lufthansa baru beberapa hari ini mengumumkan penangguhan penerbangan ke dan dari ibu kota Kiev. Mereka juga berdalih penangguhan sebagai tindakan pencegahan.
“Air France akan secara teratur menilai kembali situasi dan mengingatkan bahwa keselamatan dan keamanan penerbangan, penumpang, dan awaknya adalah keharusan mutlak,” ujar pihak Air France dalam sebuah pernyataan.
Sementara Lufthansa mengumumkan pada Sabtu. Maskapai Jerman ini bahkan menangguhkan penerbangan ke dan dari ibu kota dan juga Odessa hingga setidaknya akhir Februari.
Kedua maskapai itu bergabung dengan Swiss International Air Lines, Eurowings dan Austrian Airlines, yang semuanya mengumumkan pada awal Februari bahwa mereka akan menangguhkan penerbangan ke Ukraina hingga setidaknya akhir bulan.
Dilansir The New York Times, pihak berwenang Ukraina menekankan wilayah udara negara itu tetap terbuka, dan bergegas untuk meyakinkan industry penerbangan.
Untuk menarik penerbangan tersebut tetap beroperasi ke Ukraina, Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal mengumumkan pada 13 Februari telah membentuk dana USD820 atau sekitar Rp11 miliar untuk menutupi asuransi sehingga penerbangan dapat dilanjutkan melalui wilayah udara Ukraina.
Sebagai tanggapan, Ukraine International Airlines berjanji akan tetap mengoperasikan penerbangan secara normal. (tvl)