Penampilannya spesies terbesar dari keluarga lumba-lumba ini tampak lucu. Ikan ini dikabarkan bersahabat dengan manusia. Di sisi lain, ternyata menjadi momok menakutkan bagi hiu si predator paling buas di samudra.
Jernih — Generasi tahun 90-an pasti tidak asing dengan film Free Willy, sebuah film yang mengisahkan persahabatan seorang anak laki-laki bernama Jesse dengan seekor orca (Orcanicus orca). Hewan yang diklasifikasikan dalam family Delphinidae atau keluarga lumba-lumba ini dikenal juga sebagai paus pembunuh.
Dinukil dari uzone.id, dalam film tersebut, Willy, nama orca “tokoh utama” film tersebut, dikisahkan berada di sebuah akuarium raksasa milik seorang pengusaha. Sebagaimana hewan-hewan di pusat hiburan satwa, Willy dilatih untuk menghibur pengunjung dengan berbagai atraksi yang diharap mengundang decak kagum penonton.
Suatu ketika, kaca akuarium Willy pecah. Nahas, bukannya ditolong oleh para petugas, ia malah dibiarkan tergeletak tanpa air. Hal itu disengaja sang pengusaha demi mendapat uang asuransi sebesar US$1 milyar jika Willy mati.
Jesse dan keluarganya yang sedang berada di sana tak tega melihat kejadian itu. Mereka berusaha menyelamatkan paus pembunuh itu dengan cara membawanya ke laut lepas dengan sebuah truk. Petualangan Jesse inilah yang menyuguhkan plot yang menegangkan sekaligus mengharukan karena mengisahkan bagaimana eratnya persahabatan manusia dengan seekor orca.
Film ini sukses menjadi sorotan dunia. Keiko, nama orca yang memerankan Willy, seturut dengan film, akhirnya dilepaskan ke laut lepas.
Menilik “kisah” sebenarnya di habitat aslinya, orca yang nampak lucu dan menggemaskan itu ternyata disebut-sebut sebagai predator nomor satu di lautan dan menempati puncak tertinggi rantai makanan. Predikat ini disematkan setelah sejumlah ilmuwan menemukan fakta bahwa hiu putih (Charcarodon carcarias), yang selama ini diyakini sebagai hewan pemangsa nomor wahid di semesta samudra, ternyata “takut” pada orca.
Dilaprorkan Mongabay.co, sebuah tim yang beranggotakan beberapa ilmuwan laut dari berbagai lembaga penelitian pada tahun 2019 melakukan studi mengenai pergerakan hiu putih. Mereka mengolah dua data mengenai hiu putih, orca, dan anjing laut gajah (Mirounga angustirostrous).
Satu data berisi pergerakan 165 hiu putih, yang dipasangi alat pelacak di tubuh mereka, selama tujuh tahun (2006-2013). Satu lagi adalah data populasi hiu putih, orca, dan anjing laut dalam kurun waktu 27 tahun yang dikumpulkan oleh Point Blue Conservation Science di sekitar Pulau Farallon sebelah tenggara di lepas pantai San Francisco, Amerika Serikat.
Selain itu, tim ilmuwan ini juga mempelajari data hasil dokumentasi empat titik perjumpaan antara hiu putih dan paus pembunuh di Greater Farallones National Marine Sanctuary di California.
Data-data tersebut menunjukan, hiu putih cenderung akan mengindar atau menjauh tiap kali orca muncul. Hiu-hiu itu bahkan tidak akan berada lokasi itu untuk waktu yang lama. Namun, mereka tak berpindah seberapa jauh, melainkan hanya memastikan mereka aman dari jangkauan orca.
“Ketika berhadapan dengan orca, hiu putih akan segera meninggalkan tempat perburuan pilihan mereka dan tidak akan kembali hingga satu tahun, meski orca sebenarnya hanya lewat,” ungkap ahli geologi kelautan dari Monterey Bay Aquarium, Salvador Jorgensen.
“Ketakutan” hiu putih, ikan yang bisa tumbuh sampai panjang enam meter, ini diperkuat dengan data bahwa orca ternyata sering kali memangsa hiu putih, khususnya bagian hati yang mengandung banyak kalori.
Beberapa temuan bangkai hiu putih yang terdampar di pantai menunjukan tubuhnya dikoyak dan hanya diambil hatinya saja. Tahun 1997, para ilmuwa menyaksikan sepasang orca membunuh hiu putih di lepas pantai San Francisco, tepatnya disekita Pulau Farallon. Tak hanya mengincar hiu itu, mereka juga mencoba mengincar singa laut (keluarga Otariidae) yang notabena merupakan mangsa hiu laut.
Temuan lain yang dengan jelas menunjukan keganasan lumba-lumba lucu itu adalah ditemukannya lima bangkai hiu putih di pantai di Afrika Selatan. Hati dari kelimanya hilang, dan ini diketahui kemudian dilakukan oleh orca.
Temuan lain yang terkait dengan simpulan orca sebagai predator nomor satu di lautan adalah tingkat “pembunuhan” anjing laut gajah oleh hiu putih menurun manakala orca ada di lokasi yang biasa dijadi tempat hiu-hiu itu menyantap anjing laut gajah.
Jorgensen menambahkan, dari studi yang dilakukan ia bersama timnya, mereka mendapati bahwa ternyata ketakutan yang mendorong sikap menghindar turut serta membangun ekosistem laut. Hal ini tak hanya berlaku bagi spesies-spesies kecil yang kerap jadi mangsa, namun juga berlaku bagi “mantan raja lautan”, hiu putih. [ ]