Site icon Jernih.co

Pedagang dari Tabriz dan Seorang Darwis Kristen

“Engkau telah banyak menemui kesulitan karena suatu hari, jauh di bagian barat wilayah Kristen, engkau melihat seorang darwis Kristen yang sedang tergeletak di jalanan. Engkau bertengkar dengannya.”

JERNIH—Seorang pedagang kaya dari Tabriz berkunjung ke Konya, untuk mencari seseorang yang paling bijak. Setelah mencoba meminta nasihat dari pemimpin agama, ahli hukum, dan lain sebagainya, dia mendengar nama Maulana Jalaluddin Rumi, dan kemudian dia pun meminta nasihat kepadanya.

Dia membawa lima puluh keping emas sebagai sebuah imbalan. Ketika dia melihat Maulana dalam ruang audisi, dia dikuasai oleh rasa emosi kekaguman. Maulana Rumi berkata kepadanya:

“Uang emasmu sebanyak 50 keping diterima. Tetapi engkau baru saja kehilangan 200 keping, dan itulah mengapa engkau datang ke sini? Tuhan menghukum engkau dan menunjukkan sesuatu kepadamu. Sekarang semuanya akan baik-baik saja.”

Pedagang itu terkejut dengan apa yang Maulana Rumi ketahui. Rumi melanjutkan.

“Engkau telah banyak menemui kesulitan karena suatu hari, jauh di bagian barat wilayah Kristen, engkau melihat seorang darwis Kristen yang sedang tergeletak di jalanan. Engkau bertengkar dengannya. Temuilah dia dan mintalah maaf kepadanya, dan sampaikan salam kami.”

Ketika pedagang tersebut berdiri ketakutan karena Maulana Rumi bisa membaca pikirannya, Rumi berkata,”Haruskah aku tunjukkan kepadamu orang itu sekarang juga?” Dia meyentuh dinding ruangan, dan pedagang itu melihat pemandangan Maulana sedang berada di suatu tempat di Eropa. Dia lalu buru-buru meninggalkan Maulana Rumi dengan perasaan yang benar-benar tercengang.

Dia pergi secepat mungkin untuk menemui orang bijak Kristen tersebut, dia menemukannya sedang berbaring tak berdaya di atas tanah. Ketika pedagang itu mendekatinya, darwis Kristen tersebut berkata,”Guru Jalal telah bercakap-cakap denganku.”

Pedagang itu menoleh ke arah yang ditunjukkan darwis dan melihat, seperti dalam sebuah gambar, Maulana sedang mengucapkan kata-kata ini,”Apakah batu delima atau batu kerikil, di sana terdapat sebuah tempat di bukit-Nya, terdapat tempat untuk semua…”

Pedagang itu menyampaikan kembali salam dari wali Eropa ini kepada Maulana Rumi, dan seterusnya ia menetap di tengah-tengah para darwis Konya.

*

Luasnya pengaruh Jalaluddin Rumi ke dalam pemikiran dan literature barat saat ini lambat laun menjadi nyata melalui riset akademik. Tidak diragukan lagi bahwa ia memiliki banyak murid dari Barat, dan ceritanya muncul dalam hikayat Hans Christian Andersen, dalam “Gesta Romanorum” tahun 1324, bahkan dalam beberapa tulisan Shakespeare.

Di Timur terdapat keyakinan adanya hubungan dekat Rumi dengan para mistikus dan pemiki Barat. Versi “Pedagang dan Darwis Kristen” ini diterjemahkan dari “Manaqib al-Arifin” karya Aflaki, kehidupan para darwis Maulawi awal, yang selesai pada 1353. [dsy]

Dari “Tales of the Dervishes”, Idries Shah, terjemahan Penerbit Imperium, 2012

Exit mobile version