Site icon Jernih.co

Penghancuran Masjid Babri, Pemeliharaan Ketegangan SARA di India

JAKARTA— Meski sejarah berkali-kali mengajarkan, frasa ‘belajar dari pengalaman’ bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Apa yang terjadi di India, misalnya. Terpecah karena ketegangan urusan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) menjadi dua negara pada Agustus 1947, India-Pakistan, segera setelah Inggris hengkang, tak menjadikan negara itu mau belajar.

Yang fenomenal dan tentu saja monumental—karena terus dikenang Muslim tak hanya di India, adalah penghancuran Masjid Babri di Ayodhya, pada 6 Desember 1992. Kerusuhan yang meledak di berbagai tempat setelah peristiwa itu merenggut nyawa tak kurang dari 1.500 jiwa.

Masjid Babri atau Masjid Babur adalah sebuah masjid tua di Ayodhya, India. Sejak abad 18 kaum Hindu mengklaim bahwa masjid itu berdiri di sebuah situs kelahiran Dewa Rama. Menurut prasasti masjid, masjid tersebut dibangun pada 1528–29 (935 H) oleh Jenderal Mir Baqi, atas perintah Kaisar Mughal, Babur. Orang-orang Hindu menuding Mir Baqi telah menghancurkan sebuah kuil Rama yang sudah ada sebelumnya di lokasi tersebut. Keberadaan kuil itu sendiri masih menjadi kontroversi.

Mulai abad ke-19 terjadi beberapa konflik dan perselisihan di pengadilan antara umat Hindu dan Muslim tentang masjid tersebut. Pada 1949, aktivis sebuah kelompok keagamaan ultrakeras, Mahasabha Hindu, diam-diam menempatkan berhala Rama di dalam masjid. Kuatir berlanjut, pemerintah mengunci bangunan tersebut. Kasus-kasus di pengadilan terus berlanjut, diajukan baik oleh umat Hindu atau pun Muslim. Masing-masing meminta akses.

Berpuluh-puluh tahun persoalan itu menjadi api dalam sekam, memelihara ketegangan antaragama di India dari generasi ke generasi. Puncaknya pada 6 Desember 1992, segerombol besar massa Hindu yang tergabung dalam Vishva Hindu Parishad, Hindu Karsevaks dan organisasi-organisasi sekutunya menghancurkan masjid tersebut. Peristiwa itu memicu kerusuhan di seluruh India, menewaskan sekitar 2.000 orang, terutama kaum Muslim.

Pada tahun 2003, sebuah laporan yang dibuat badan arkeologi India menunjukkan penampakan adanya struktur lama di situs tersebut. Pada September 2010, Pengadilan Tinggi Allahabad menguatkan klaim Hindu bahwa masjid itu dibangun di tempat yang diyakini sebagai tempat kelahiran Rama. Pengadilan memberikan izin kepada umat Hindu untuk membangun sebuah kuil Rama. Sementara kalangan Muslim juga diizinkan untuk menggunakan sepertiga area situs untuk pembangunan masjid.

Selesai? Tidak. Kedua pihak mengajukan banding atas putusan tersebut ke Mahkamah Agung, tempat lima hakim harus duduk mendengarkan gelar gugatan dari Agustus hingga Oktober 2019.

Pada tanggal 9 November 2019 Mahkamah Agung membatalkan putusan pengadilan di bawahnya dan memerintahkan tanah seluas 2,77 hektare itu diserahkan kepada sebuah sekte Hindu untuk membangun kuil Hindu. Namun MA pun memerintahkan mewajibkan pemerintah untuk memberikan tanah 5 acre di lain tempat kepada Dewan Wakaf Sunni India.

Di India, agama adalah masalah. Seperti 2008 lalu, saat segerombolan orang Islam kalap, menembaki dan menyandera sekian banyak orang di sebuah hotel di Mumbay. Filmnya yang dibuat satu dekade kemudian, ‘Hotel Mumbay’ mendapatkan banyak simpati dari publik seluruh dunia.  Dari sejarah kita tahu, soal SARA sangat rentan membawa orang banyak berpulang. Namun dari semua itu hanya sedikit kita mau belajar. [ ]

Exit mobile version