Tiba-tiba, hujan turun dengan derasnya. Angin sempat menyepak atap tenda acara. Rombongan pun tertahan dari rencana langsung kembali ke Hotel Swiss Bell Jayapura.
Oleh : Egy Massadiah
JERNIH– Siang itu, Selasa 7 Juli 2020, tokoh kharismatik Papua, mendiang Theys Hiyo Eluay seolah hidup kembali. Ia seakan hadir di antara tamu-tamu terhormat yang berkunjung ke rumah adatnya di Sentani, Papua.
Theys adalah salah satu representasi wajah Papua dalam sejarah panjang “Menjadi Indonesia”.
Jika dinarasikan dalam kalimat pendek, Theys adalah salah satu tokoh penentang penjajahan Belanda, sekaligus mendukung berkibarnya merah putih di Bumi Cendrawasih.
Syahdan, pada satu tarikan waktu, Theys berseberangan dengan republik Indonesia. Tak heran jika kemudian ia diburu militer. Cerita berakhir tragedi, Theys terbunuh.
Kisah Theys kita penggal dulu sampai di sini. Kembali ke perjalanan Menko PMK Muhadjir Effendy, Menkes Terawan Agus Putranto, Ketua Gugus Tugas Covid-19, sejumlah anggota DPR RI (Komisi 8 dan 9), serta beberapa pejabat kementerian lain ke Papua.
Sebelum sampai ke pulau paling timur, rombongan ini telah menempuh perjalanan panjang sejak berangkat dari Jakarta (5/7). Yang dikunjungi adalah Surabaya, Maluku, Ternate, Manokwari, lalu Jayapura. Sebelum kembali ke Jakarta (8/7), rombongan masih singgah di Merauke.
Kebetulan pula, bumi Papua punya kedekatan emosional dengan para pejabat yang berkunjung. Apalagi Doni Monardo. Baginya, Papua punya tempat khusus di relung hatinya. Doni punya banyak “saudara” di Sentani. Termasuk keluarga besar almarhum Theys Hiyo Eluay.
Doni dan rombongan pun menyempatkan berkunjung ke Sentani. Di Sentani, Doni meninjau perkembangan pemulihan ekonomi pasca musibah banjir tahun lalu. Termasuk melihat langsung manfaat mesin pengolah sagu serta mesin pengasap ikan bantuan Presiden Jokowi.
Di antara penyambut, tampak Yanto Eluay, anak kedua mendiang Theys yang saat ini menggantikan almarhum ayah dan almarhum Boy kakak sulungnya, sebagai Ondofolo (pemimpin adat) masyarakat Sentani. Tiba-tiba, usai kunjungan, hujan turun dengan derasnya. Angin sempat menyepak atap tenda acara. Rombongan pun tertahan dari rencana langsung kembali ke Hotel Swiss Bell Jayapura.
Saat itulah, Yanto Eluay, menyampaikan sesuatu setengah berbisik kepada Doni. Tak lama kemudian saya baru mengetahui, ternyata Yanto meminta izin dan pertimbangan kepada Doni Monardo, atas keinginannnya mengundang Menko PMK dan Menkes Terawan bersama rombongan singgah ke rumah adat keluarga besar Eluay. Seteguk dua teguk kopi, kira kira begitu ucapan Yanto.
Melalui koordinasi singkat, Doni menyampaikan jawaban Menko Muhadjir, yang ternyata berkenan dengan undangan Yanto Eluay.
Doni pun senang. Sebab, baginya, ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk lebih mempererat persaudaraan. Begitulah, membuat perdamaian sulit, tapi lebih sulit lagi memelihara perdamaian itu.
Menkes Terawan pun gembira menyambut ajakan Yanto. Pasalnya, Terawan pribadi punya kenangan langsung dengan keluarga Theys, khususnya Boy.
Saat Boy mulai sakit sakitan, Doni tidak tinggal diam. Seperti laiknya saudara, Boy pun diantarnya ke RSPAD. Kolonel Czi Budi Irawan akmil 91, anjak Wantanas ketika itu kebagian tugas menjadi teman Boy jalan jalan sekaligus mendorong kursi roda Boy.
Atas intervensi Doni, penyakit Boy ditangani langsung Mayjen TNI dr Terawan Agus Putranto, yang saat ini menteri kesehatan. [bersambung]