Site icon Jernih.co

Sejarah Panjang Hari Libur Imlek. Ingat Imlek Ingat Gusdur

Umat Konghucu sangat menghargai kebijakan Gus Dur tersebut dan pada 10 Maret 2004, warga Tionghoa memberi julukan Gus Dur Bapak Tionghoa.

JERNIH-Tahun ini umat Konghucu merayakan Tahun Baru Cina atau Imlek pada 1 Februari 2022. Pemerintah menetapkan waktu tahun baru Imlek bersamaan dengan hari libur nasional lainnya, termasuk hari raya umat beragama lainnya.

Tahun ini tepat 20 tahun umat Khonghucu memiliki hari raya yang diakui oleh negara dan dimasukkan dalam agenda hari libur nasional.

Pada 9 April 2001 Presiden Abdurrahman Wahid menetapkan Imlek sebagai salah satu hari libur nasional di Indonesia.

Keputusan menetapkan tahun baru Imlek sebagai hari libur oleh Presiden Abdurrahman Wahid atau yang dikenal dengan panggilan Gusdur, memiliki kisah panjang. Sebab keputusan itu merupakan sebuah keputusan ekstrim dan revolusioner.

Hal tersebut berlawanan dengan kebijakan pemerintahan sebelumnya, yakni masa Orde Baru. Pada masa itu, ada larangan merayakan Imlek di tempat-tempat umum dilarang. Ketetapan ini dituangkan dalam Instruksi Presiden atau Inpres Nomor 14 tahun 1967.

Sehingga selama lebih dari 30 tahun, yakni 1968-1999, umat Konghucu Indonesia melaksanakan perayaan Tahun Baru Cina tidak secara terbuka.

Di era kepemimpinan Gusdu5, Inpres tersebut dicabut, kemudian diterbitkan Ketetapan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000. Dengan hadirnya Keppres tersebut, umat Konghucu di Indonesia bisa memeroleh kebebasan untuk menganut agama, kepercayaan, serta adat istiadat mereka, termasuk upacara keagamaan seperti Imlek secara terbuka.

Tak Cuma sampai disitu, Gusdur bahkan menerbitkan Keputusan Nomor 13 tahun 2001 tentang penetapan Hari Raya Imlek sebagai Hari Libur Nasional Fakultatif. Artinya hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya.

Pada 2003, Presiden Megawati, membuat keputusan menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional.

Umat Konghucu sangat menghargai kebijakan Gus Dur tersebut dan pada 10 Maret 2004, warga Tionghoa memberi julukan Gus Dur Bapak Tionghoa. Predikat ini diberikan oleh masyarakat Tionghoa di Semarang pada saat perayaan hari Cap Go Meh di Klenteng Tay Kek Sie.

Bagi warga Tionghoa terutama pemeluk agama Khonghucu, perayaan tahun baru Cina atau hari raya Imlek sangat dinanti-nanti. Mereka akan melakukan berbagai acara dan ritual, seperti membersihkan rumah, memberikan angpao, dan tak lupa mereka mengenakan berbagai atribut berwarna merah merah. (tvl)

Exit mobile version