JAKARTA— Meski tak ada lagi senjata menyalak, bukan berarti Perang Korea yang telah redup hampir 70 tahun lalu itu bukan berarti berakhir. Secara resmi, secara teknis Perang Korea tidak pernah berakhir.
Benar bahwa Perjanjian Gencatan Senjata Korea (Korean Armistice Agreement) yang ditandatangani 27 Juli 1953 itu telah mengakhiri bentrokan senjata yang menewaskan 2,5 juta orang itu. Tetapi hingga kini jelas terlihat, gencatan senjata tidak pernah memberikan jalan bagi perjanjian damai. Saat itu Presiden Korea Selatan menolak untuk menerima pemisahan Korea.
Pembicaran damai kedua Korea terhambat persoalan besar: tawanan perang. Menurut History.com, pada pertemuan 1953, tawanan perang menjadi titik paling pelik untuk diselesaikan kedua belah pihak. Sementara akhir perang bergantung pada keberhasilan dalam menegosiasikan nasib tawanan perang di kedua belah pihak.
Pertukaran tawanan itu pernah terjadi dalam dua gelombang—Operation Little Switch, dan Operation Big Switch.
Perang Korea adalah bencana militer dan diplomatik sejak awal. Perang itu secara teknis adalah perang antara Korea Utara dan Korea Selatan, tetapi sejatinya perang nyata dari Perang Dingin yang terjadi antara pihak AS dan kelompok Komunis.
Korea Utara dipersenjatai dan dilatih oleh Uni Soviet. Belakangan Cina membantu langsung dengan lebih dari dua juta tentara. Korban juga menumpuk laiknya piramid. History.com menulis, hampir 37.000 orang Amerika terbunuh selama perang. Setidaknya satu juta warga sipil Korea Selatan terbunuh, dengan 7.000 personel militer tewas. Di pihak Utara, 406 ribu tentara tewas, 600 ribu warga sipil mati. Tercatat 600 ribu personel militer Cina juga tewas di luar kampung.
Tawanan perang menjadi persoalan karena selama perang, AS dan sekutunya menangkap puluhan ribu tentara Komunis. Banyak dari tawanan perang itu mengklaim bahwa mereka dipaksa untuk berperang dan tak mau kembali ke negara asal mereka begitu mereka ditukar. Ini menjadi masalah: Korea Utara dan Cina ngotot agar tawanan perang mereka dipulangkan, sementara AS dan Korsel dengan alasan kemanusiaan, menolak.
Pada saat Operation Big Switch, lebih dari 75 ribu tahanan Komunis dikembalikan ke Korea Utara dan Cina. Utara membakas dengan menyerahkan 12.722 tahanan. Lebih dari 22 ribu tentara Komunis memutuskan untuk mencari suaka daripada kembali ke negara asal mereka; 88 membelot ke India.
Ada pula tawanan perang yang tidak dikembalikan sama sekali. Sekitar 80 ribu warga Korea Selatan berada di Korea Utara ketika terjadi gencatan senjata. Sebagian besar dianggap telah dipekerjakan sebagai buruh, “dididik ulang”, dan diintegrasikan ke dalam masyarakat Korea Utara.
Pada 2010, Korea Selatan memperkirakan 560 tawanan perangnya masih hidup. Cobaan mereka selama hidup di Korea Utara yang represif tidak diketahui, sampai sekelompok kecil mereka berhasil lolos dan bercerita. [sumber: history.com, matamatapolitik]