Site icon Jernih.co

Selamat Jalan Lupus

Dan siapa sangka, melalui kelihaian jemarinya di atas tuts mesin tik dalam menumpahkan imajinasi liarnya, Hilman yang introvert, pemalu dan selalu grogi ketika berada di keramaian, mampu memegang kendali atas tren di kalangan anak muda era 1980-an.

JERNIH-Pemuda centil berseragam putih abu-abu itu, memang benar-benar jahil. Meski begitu, pelajar SMA Merah Putih yang doyan sekali mengunyah permen karet ini, sudah aktif menulis sebagai wartawan di sebuah majalah.

Ya, dia cuek dan jahil, namun kejahilannya lebih bernada humor ketimbang menyakiti orang lain apalagi dengan maksud jahat. Semua yang mengenalnya tahu, ada maksud baik dalam candanya itu. Orang-orang mengenalnya dengan nama Lupus yang menjalin asmara khas anak muda era 1980-an dengan Poppy. Namun karena kesibukkannya, entah sebenarnya tali cinta itu masih disambung atau tidak.

Suatu hari, dia kebagian penugasan mewawancarai artis pendatang baru bernama Evita Fanny. Poppy yang sudah sering kebakar lantaran tak pernah diberi waktu cukup, makin hangus lagi sebab foto-foto antara Lupus dan selebritis itu beredar luas.

Betul, dalam penceritaan soal Lupus yang populer melalui novel kemudian diangkat ke dalam film, tak ada jalur lurus. Kisahnya, berjalan ke sana-ke mari bersama Boim, Gusur, Anto, Aji, Fifi Alone, Adi Darwis dan Gito.

Lupus punya adik perempuan bernama Lulu dan mereka tinggal bersama Mami Anita. Sedang Papinya, Mulyadi, sudah meninggal ketika Lupus kelas 1 SMA.

Kisah Lupus, berangkat dari cerpen karya Hilman Hariwijaya di majalah Hai dan dibukukan menjadi sebuah novel best seller di era 1980-an. Karena laku keras, novel itu pun dibuatkan film dengan almarhum Ryan Hidayat yang memerankan tokoh Lupus. Bahkan di awal 1980-an, stasiun Tv swasta Indosiar mengangkatnya dalam bentuk serial dengan Oka Sugawa sebagai bintangnya, melalui proses audisi terbuka.

Meski dalam penokohan Lupus dalam bentuk film sering gonta-ganti pemeran, Ryan Hidayat dianggap sebagai pemeran ikonisnya. Dia, berperan sebagai pemuda jahil dalam judul Tangkaplah Daku Kau Kujitak (1987), Makhluk Manis Dalam Bis (1987), Anak Mami Sudah Besar (1990) dan Iih .. Syerem! (1991).

Kalau ditanya faktor apa yang membuat beberapa judul film ini meraih sukses besar, jawabannya ada pada sang aktor dan sutradara yang saling melengkapi. Dan tak lupa, peran Hilman Hariwijaya sebagai pihak yang mengkonstruksi tokoh Lupus sebagai ikon anak muda saat itu.

Dengan detil, Hilman memberi gambaran secara tertulis terkait sosok Lupus mulai dari penampilan, kesukaan terhadap permen karet, jahil dan kelucuan yang mewarnai jalan ceritanya. Model rambut jambul khas John Taylor, pemain bass Duran-Duran yang jadi tren anak muda saat itu pun, menjadi ciri spesifik Lupus.

Setidaknya, ada 30 judul novel Lupus yang ludes di pasaran hingga menyentuh angka 3,8 juta eksemplar. Dan siapa sangka, melalui kelihaian jemarinya di atas tuts mesin tik dalam menumpahkan imajinasi liarnya, Hilman yang introvert, pemalu dan selalu grogi ketika berada di keramaian, mampu memegang kendali atas tren di kalangan anak muda era 1980-an.

Wening Udasmoro melalui penelitian berjudul When The Teens Narrate The Selves In Indonesian Literature: Gender, Subject, And Power mengatakan, identitas Lupus adalah identitas penulis atau lebih khusus lagi, Hilman menciptakan sosok itu sebagai potretnya sendiri.

“Dalam praktik sosial, novel ini menginspirasi anak laki-laki untuk mengikuti tren mode yang dipromosikan oleh Lupus dalam novel,” kata Wening.

Memang, tema besar yang diangkat novel dan film Lupus berputar pada gaya hidup yang dilakukan kebanyakan remaja kota besar. Dan Hilman, membungkusnya dalam balutan kehidupan keluarga yang terlihat kompak dan lucu.

Kebiasaan remaja pada waktu itu yang menjadi sorotan, adalah fase jatuh cinta kawula muda, dan tak cuma perubahan psikologis akibat perkembangan usia tokoh Lupus dan Lulu yang difokuskan.

Tokoh lain yang berhubungan dengan Lupus sebagai bahan deskripsi perilaku remaja pada umumnya juga diangkat di dalamnya. Latar belakang yang digambarkan, menjelaskan soal masa pubertas Lupus dan kawan-kawannya.

Rabu (9/3) pagi tadi, sekitar pukul 08:02 WIB, Lupus dikabarkan meninggal dunia setelah sempat dikabarkan terkena penyakit tekanan darah tinggi hingga stroke.

Hilman Lupus yang lahir pada 25 Agustus 1964, sempat membagikan foto terakhir melalui akun Instagram pribadinya. Meski dikabarkan menderita stroke, candanya tak juga hilang dengan tetap memamerkan keceriaan dengan berpose sebagai Spider Man bersama cucu laki-lakinya.

“Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, ampunilah kesalahannya, muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburnya,” begitu bunyi pesan duka yang beredar melalui banyak Whatsapp Group.

Noorca M Masardi dan Gunawan Wibisono, rekan Hilman mengkonfirmasi kabar meninggalnya Lupus pagi tadi.

“Iya, dari semua grup WA sudah confirm,” kata Noorca.

“Lupus-mu akan abadi di hati pembaca. Ah, sulit mengungkapkan perasaan saya sekarang mengingat kebaikanmu yang tulus sederhana,” kata Gunawan Wibosono.[]

Exit mobile version