CIANJUR-Kisah inspiratif dan mengharukan ini berasal dari Desa Rahong, Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Sepasang suami – istri dengan tekun menabung untuk menyambut kelahiran anak pertamanya.
Riska (27) dan suaminya, warga Kampung Mekarsari RT 005/002, Desa Rahong, Kecamatan Cilaku, mulai menabung sejak dirinya dinyatakan positif hamil. Setiap hari selama sembilan bulan ia tak pernah lupa menabung meski nominal yang dimasukkan celengan tidak menentu. Uang yang ditabung itu, merupakan uang sisa belanja sehingga nominalnya kadang pecahan Rp 1.000 kadang juga Rp 500.
“Uang koin tersebut sengaja dikumpulkan khusus untuk biaya persalinan. Kalau tidak menabung bisa tidak punya biaya untuk lahiran. Tapi, karena pas-pasan jadi nabungnya uang receh, sisa-sisa belanja dapur,”
Mereka memutuskan menabung karena tau biaya persalinan di bidan cukup mahal bagi mereka berdua.
“Suami saya pendapatannya Rp 900.000 per bulan.” Kata Riska lebih lanjut “Sebenarnya (tabungan) yang terkumpul itu ada Rp 800.000,. Jadi, sisanya yang Rp 500.000 itu yang saya pakai untuk bayar biaya lahiran,”.
Dalam rencananya uang dari celengan tersebut akan ditukar dahulu sebelum dibayarkan ke Puskesmas tempat ia melahirkan anak pertamanya.
“Niatnya, uang receh di celengan itu kalau sudah terkumpul mau ditukarkan dulu. Tapi, karena waktu itu kondisinya tidak memungkinkan, jadinya langsung saja dibawa ke puskesmas, Alhamdulilah, mereka mau menerimanya,”.
Sebetulnya Riska ingin melahirkan dengan bidan di kampungnya, namun karena kondisinya drop, oleh bidan di kampungnya, ia dirujuk ke Puskesma Cilaku. Ia melahirkan hari Jumat (10/01/2020). Di Puskesmas itulah suami membayar biaya persalinan dengan uang recehan tersebut.
“Waktu itu harus bayar Rp 1.450.000, namun kami hanya punya uang sejuta, itu pun hasil kukumpul (mengumpulkan). Jadinya, terpaksa bongkar celengan,”
Kordinator Bidan Puskesmas Cilaku, Dida, membenarkan cerita Riska yang membayar ongkos persalinan dengan uang receh.
“Melakukan persalinan normal, Jumat (10/01/2020). Saat bayar di kasir sejutaan lebih, sebagian uangnya ternyata koin, pecahan Rp 1.000 yang dimasukkan ke dalam kresek putih,”
Ia sempat terkejut ketika pasiennya membayar biaya persalinan dengan uang receh yang disimpan dalam tas plastik. Dida bahkan sempat menelisik kondisi ekonomi mereka.
“Kita tanya, ternyata mereka dari keluarga kurang mampu. Salutnya kita, mereka tidak mau disebut miskin, tetap ingin bayar penuh, tak mau digratiskan,”
Dida juga menjelaskan , pada keesokan harinya, pihaknya memutuskan mengembalikan lagi uang koin pecahan Rp 1.000 sebesar Rp 500.000 itu sebagai bentuk apresiasi pihak puskesmas atas kegigihan mereka mengumpulkan uang sebagai persiapan biaya persalinan.
“Kalau uang Rp 200.000 yang kita kasih itu, hanya bentuk kadeudeuh saja,”.
Menurut Dida, pasien yang membayar biaya pelayanan kesehatan dengan uang koin baru kali pertama terjadi di Puskesmas Cilaku.
(tvl)