Bahkan, sempat ada seekor sapi dewasa terjangkit LSD hanya dibeli Rp400 ribu per ekor. “Harga sapi merosot, kemarin ada yang laku cuma Rp 400 ribu, karena kena LSD. Penurunan harga rata-rata bisa sampai 50 persen,”kata dia.
JERNIH–Merebaknya kembali serangan penyakit ternak Lumpy Skin Disease (LSD) atau biasa disebut peternak sebagai penyakit Lato-lato, menghancurkan harapan para peternak hewan, terutama kerbau dan sapi. Hari Raya Idhul Adha yang biasanya menjadi harapan panen tahunan para peternak, tahun ini kemungkinan hanya membuat peternak gigit jari.
Di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, misalnya. Akibat serangan yang seakan telah menjadi wabah, sirkulasi sapi yang masuk Pasar Hewan di Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, merosot tajam. Sapi luar daerah yang biasanya membanjiri area pasar, kini menghilang dengan adanya penyekatan di sejumlah titik perbatasan. Menurut Kepala Pasar Hewan Tuban, Agung Subekti, biasanya sapi masuk Pasar Hewan Tuban mencapai 800 ekor per hari. Namun sejak adanya wabah penyakit LSD, jumlahnya menurun drastis mencapai 200 sampai 400 ekor per hari.
“Sempat ada pembatasan sapi dari luar kota oleh dinas terkait. Kini yang datang kebanyakan sapi dari lokal dan Bojonegoro, itu pun sapi kecil,” ujar Agung kepada wartawan di Tuban. Tidak hanya membuat anjlok sirkulasi, LSD juga membuat harga sapi anjlok 50 persen dibanding biasanya. Bahkan, sempat ada seekor sapi dewasa terjangkit LSD hanya dibeli Rp400 ribu per ekor. “Harga sapi merosot, kemarin ada yang laku cuma Rp 400 ribu, karena kena LSD. Penurunan harga rata-rata bisa sampai 50 persen,”kata dia.
Salah satu pembeli sapi, Sarkim mengaku, harga sapi yang seharusnya mulai merangkak naik jelang Idul Adha, kini justru merosot tajam. Jika biasanya ia membeli sapi limosin besar dengan harga Rp 36 juta per ekor, kini ia bisa mendapatkannya dengan harga murah, di kisaran Rp 29 juta per ekor. “Katanya karena lato-lato (LSD) itu, harganya jadi murah,”ujar Sarkim.
Berkenaan kondisi tersebut, para peternak meminta pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi LSD yang kian mewabah. Apalagi Idul Adha adalah saat paling ditunggu para peternak dan pedagang sapi untuk meraup untung. “Kami harap pemerintah turun tangan dalam membantu penanganan, apalagi sebentar lagi Idul Adha. Kalau tidak, kami khawatir Idul Adha sepi karena warga takut untuk berkurban,”ujar Doni, salah satu pedagang sapi di Pasar Hewan Tuban.
Serangan LSD memang sudah menyebar luas. Bila dua bulan lalu baru menyerang Kabupaten Lamongan dan wilayah lain di Jawa Timur, saat ini juga telah merebak di Gunung Kidul, Yogyakarta. Hingga awal Mei setidaknya sudah lebih dari 680 sapi terserang LSD, empat ekor di antaranya mati.
“Kasus kumulatif, sampai 3 Mei ada 680 kasus LSD dan ada empat ternak mati,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunung Kidul, Purbawanti Wulandari. Sementara Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Retno Widyastuti, mengatakan penyakit tersebut memasuki wilayahnya sejak Februari lalu. Kini penyakit ternak itu sudah menyebar di 17 dari 18 Kapanewon di Gunungkidul. Kasus terbanyak terjadi di Kapanewon Ngawen, dengan 220 kasus, disusul Kapanewon Gedangsari 174 kasus, Kapanewon Nglipar 81 kasus, dan selebihnya bervariasi mulai dari satu hingga enam kasus.
“Kami terus melakukan pengawasan dan pendataan untuk menekan wabah ini. Untuk vaksinasi kami masih menunggu instruksi dari pusat,”kata Retno.
Sementara itu peternak sapi di Kecamatan Pulutan, Tugiyanto, mengaku resah dengan maraknya penyakit LSD tersebut. Wabah itu, menurut dia, selain membuat harga sapi urun, juga membuat peternak harus mengeluarkan biaya tambahan untuk sapi peliharaan mereka.
“Di satu sisi kami harus mengeluarkan biaya tambahan, sementara harga jual sapi justru turun tajam,” kata Tugiyanto. Sejauh ini peternak berupaya mengobati sapi secara swadaya. Peternak juga meningkatkan koondisi kandang agar lebih bersih dan tidak mudah terjangkit penyakit.
Pekan lalu, berkaitan dengan serangan LSD, pegiat bantuan sosial di jawa Barat, Rusman Nuryaman, mengatakan pihaknya siap memberikan bantuan gratis pengobatan hewan yang terkena LSD. “Kami memiliki tim yang fokus pada pengobatan, penyembuhan dan perwatan ternak, khususnya sapi yang terpapar virus LSD atau Lato-lato,”kata Rusman, saat itu.
Rusman menyatakan prihatin atas serangan penyakit hewan tersebut, terutama berkaitan dengan Idhul Adha. Menurut dia, wabah penyakit tersebut telah membawa mimpi buruk tersendiri kepada para peternak. “LSD ini sangat merugikan peternak. Sapi yang terkena penyakit Lato-lato itu harganya jatuh, bahkan bisa tidak berharga sama sekali. Sapi yang tidak tertangani dengan baik akan terus mengalami infeksi hingga dagingnya membusuk dan mati,”kata Rusman. [rls]