Site icon Jernih.co

‘Si Cantik dari Xiaohe’ Diduga Tidak Berwajah Cina

JAKARTA–  Sejauh ini pemakaman kuno Xiaohe adalah yang terbanyak menyimpan mumi berusia ribuan tahun di dunia. Mumi tertua yang ditemukan di Xiaohe ditemukan berusia 4000 tahun. 

Pemakaman purba tersebut ditemukan sekitar tahun 1910 oleh seorang pemburu lokal bernama Ordek. Pada 1934, dengan bantuan Ordek, arkeolog Folke Bergman dari Swedia turun tangan untuk menelitinya, sehingga situs tersebut terkadang disebut juga Ördek Necropolis. 

Setelah pasirnya disingkap tampaklah area pemakaman yang menakjubkan tersebut. Peti mati kayu berbentuk perahu terbalik yang melindungi jasad si Cantik dari Xiaohe, terlihat mencolok karena berada di bagian atas. Tidak jauh dari ujung peti mati terdapat monunen kayu berbentuk dayung dan juga figur manusia dari kayu.

Temuan Beauty of Xiaohe menjadi temuan fenomenal karena proses pengawetannya tergolong hebat. Itu membuat jasad mumi masih meninggalkan jejak kecantikan di wajahnya. Fitur-fitur detil seperti rambut, kelopak mata, pakaian dan bekal kuburnya yang masih utuh, tak lapuk oleh waktu tak lekang oleh zaman. Maka layak jika Si Cantik dari Xiaohe dinobatkan sebagai mumi tercantik di dunia, bukan mumi Nefertiti.

Bergman menggali 12 kuburan dan meneliti sekiat 200 artefak. Dari penitiannya tercatat  kemiripan yang mengejutkan dalam pakaian, terutama penggunaan kain kulit pohon yang memiliki kesamaan dengan isi kubur dari  Zaman Perunggu yang ditemukan di Denmark. Namun penelitian Folke Bergman terhenti di tahun 1939 sehingga pemakaman Xiaohe di gurun terpencil Lop Nur sempat terlupakan 60 tahun lamanya.

Pemakaman itu menjadi pusat perhatian karena mulai diungkap kembali  pada akhir tahun 1990-an, ketika para ilmuwan Cina di Xinjiang menterjemahkan buku ekspedisi Bergman. Akhirnya tahun 2000 Idelisi Abuduresule, arkeolog  dan kepala Institute Peninggalan Budaya dan Arkeologi Xinjiang bersama timnya melakukan penelitian intensif 2003, 2004, dan 2005. 

Makam laki-laki ditandai dengan tulisan berbentuk dayung, sedangkan penguburan perempuan ditandai dengan tulisan phallic. Beberapa makam khusus yang berisi mumi wanita memiliki peti mati tambahan persegi panjang di atasnya dan ditutupi dengan lapisan lumpur. Isinya berupa topeng kecil dan figur manusia kayu sebagai teman kubur. Ranting dan cabang ephedra (genus dari semak gymnosperm) ditempatkan di samping tubuh.

Dari hasil penggaliannya  Idelisi menyatakan, yang tersimpulkan dari proses penguburannya, di antaranya, mereka menempatkan jasad di peti mati dan dimasukan ke dalam lubang. Setelah itu  ditutupi dengan papan dan dibungkus dengan kulit sapi. Langkah terakhir adalah mendirikan pasak kayu, mengisi lubang dengan pasir dan membuat gundukan. Selanjutnya kayu- kayu disimpan di sekitar peti mati. Kayu yang besar dan paling tinggi  tertinggi dipasang di atas tanah sebagai tanda penting dari makam.

Menurut Idelisi, penggalian di makam Xiaohe juga menunjukkan bahwa pada zaman tersebut logam perunggu sudah digunakan. Tapi bukan untuk alat atau perkakas sehari-hari. Sebagian besar digunakan untuk ornamen, termasuk membuat simbol-simbol untuk hiasan kayu. Keberadaan rumput, kayu, bulu  dan kulit kemungkinan unsur-unsur dalam kehidupan sehari-hari.

Yang Lian, seorang peneliti lainnya dari Chinese Academy of Social Sciences menyatakan, sebelumnya tidak pernah ditemukan pemakaman seperti Tombs Xiaohe. Yan Lian menduga situs pemakaman tersebut kemungkinan makam kekaisaran dari Loulan Raya. Temuan tersebut memainkan peran yang sangat penting untuk meneliti peradaban Loulan dan perubahan iklim di gurun Lop Nur.

Dalam tahun 2009-2015, ditemukan sisa-sisa 92 individu lainnya. Dari hasil analisis untuk penanda Y-DNA dan mtDNA, analisis genetik dari mumi tersebut menunjukkan bahwa orang Xiaohe itu merupakan campuran dari populasi yang berasal dari Barat dan Timur. Garis keturunan ibu dari orang-orang Xiaohe berasal dari kedua Asia Timur dan Barat Eurasia, sedangkan garis keturunan ayah semua berasal dari Barat Eurasia. [Prd]

Exit mobile version