Site icon Jernih.co

Wayang Sampah, Lahir dari Kreativitas Mantan Akuntan

(foto : CNBC/Andrean Kristianto)

Karya seni tak mengenal batasan media. Dari sampah lahirlah Wayang Uwuh.

Jernih — Iskandar Hardjodimuljo seorang seniman yang menyulap kardus bekas, karton, bekas, dan botol plastik bekas menjadi sebuah karya seni yang dapat dimanfaatkan oleh banyak orang.

Iskandar membuat wayang yang dapat dimainkan oleh anak-anak. Memang tidak ada kesan mewah seperti wayang-wayang lainnya. Tetapi yang menarik dari penampilan wayang tersebut adalah warna-warna yang cerah dan mentereng.

Lelaki berusia 55 tahun tersebut menyebut wayang buatannya dengan nama wayang uwuh, dalam bahasa Jawa artinya sampah. Karyanya tersebut mengandung pesan keramahan pada lingkungan hidup, budaya, dan sosial.

Ia ingin memperkenalkan wayang kepada semua orang, terutama anak-anak. Dan juga memberi pesan bahwa sampah dapat diubah menjadi sebuah karya yang bernilai seni tinggi dan bermanfaat.

Sejak kecil Iskandar sudah tertarik dengan wayang. Ia lahir dan besar di salah satu kampung di Yogyakarta, salah satu kota di Indonesia yang terkenal dengan seni dan budayanya.

Namun ia mengaku ketika masa sekolah ia tidak berniat mengembangkan bakat seninya. Meski ia memiliki pengalaman membuat batik dengan motif wayang ketika SMA.

Kecintaannya pada seni justru timbul ketika ia bekerja sebagai seorang akuntan, profesi yang ia tekuni selama 25 tahun.

“Saya melukis karena hobi. Saya belajar secara otodidak. Tetapi saya selalu melukis wayang dari dulu, untuk mengenang masa kecil saya. Saya sering menonton wayang di kampung sejak kecil,” kata Iskandar.

Lambat laun, Iskandar mulai menggeluti seni lukis wayang dan dikenal sebagai satu dari segelintir seniman lukis wayang secara khusus. Ia pun mulai mengikuti pameran di tahun 2000-an.

Akhirnya Iskandar pun berhenti sebagai akuntan pada tahun 2012 dan memutuskan menjadi seniman. Awalnya ia melukis tokoh-tokoh wayang pada kanvas. Dan tahun 2013 ia membuat wayang pertama.

Kiprahnya sebagai seniman ditorehkan melalui eksistensinya di beberapa pameran seperi Jakarta Biennale yang saat itu bertema ‘Seni di Antara Kita’. Ia juga menjadi relawan pengajar di Kampung Seni pinggiran Sungai Ciliwung.

Ketika mengajar di daerah tersebut, terjadi banjir dan membawa banyak sampah yang naik ke permukaan dan daerah warga. Seperti plastic, triplek, dan botol. Pada saat itulah ia mendapat ide untuk memanfaatkan sampah tersebut menjadi wayang.

Dengan sampah-sampah tersebut ia dapat berinovasi dan tertantang untuk terus mengembangkan kreatifitas. “Sekarang, kalau saya melihat sampah saya langsung berpikir: ‘Ini bisa saya jadikan apa?’” katanya, dikutip dari CNA.

Melestarikan Budaya

Di sanggar kecilnya, koleksi wayang uwuh, beberapa lukisan kanvas dan kaca dengan subjek wayang karya Iskandar dipamerkan.

Pada lantai studio, botol-botol plastic yang telah diratakan bergambar pola-pola wayang dengan spidol hitam. Gambar tersebut memperlihatkan detail-detail pakaian tokoh-tokoh wayang. Yang kemudian gambar-gambar tersebut akan dicat dengan menggunakan cat akrilik.

Iskandar mengatakan bahwa ia ingin membangkitkan kembali minat terhadap warisan budaya. Ia berpendapat baha anak-anak muda lebih tertarik pada music dan seni barat modern, sementara budaya lokal ditinggalkan.

Iskandar ingin menunjukkan terutama pada generasi muda bahwa wayang tak kalah menarik dengan kesenian dan budaya modern. Dengan memperkenalkan ratusan tokoh-tokoh perwayangan, melalui ciri fisik, watak dan kesaktian yang berbeda, ia berharap masyarakat dapat mencintai wayang.

Wayang uwuh telah membuat dirinya diakui sebagai seorang seniman terkemuka. Seiring upayanya mengubah sampah menjadi wayang, dia pun mendapatkan banyak undangan untuk memamerkan karya seninya dan mengadakan lokakarya di luar negeri, mulai dari Thailand sampai Italia.  

Ia juga rajin memberikan pelatihan untuk anak-anak dan seniman muda, di mana mereka turut belajar teknik-teknik mengubah sampah menjadi wayang dari sang pelukis ulung. “Meski saya sering diajak ke luar negeri, saya lebih senang mengajarkan anak-anak di Indonesia mengenai wayang dan seni membuat wayang dari sampah,” katanya,

Exit mobile version