Site icon Jernih.co

Mengapa Bayi Baru Lahir Wajib Skrining Hipotiroid Kongenital?

Skrining Hipotiroid Kongenital merupakan skrining yang dilakukan pada bayi baru lahir dengan maksud memilah bayi yang menderita HK dan bayi yang bukan penderita.

JERNIH-Mulai September 2022 seluruh bayi baru yang lahir di Indonesia wajib menjalani Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK).

Kebijakan tersebut dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mendeteksi sejak dini potensi kekurangan hormon tiroid yang dapat memicu gangguan metabolisme.

“Mulai hari ini, semua bayi yang lahir di Indonesia harus diperiksa SHK untuk menjaring apabila ada risiko kelainan dalam tumbuh kembang anak,” kata Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono melalui keterangan tertulisnya, pada Kamis (1/9/2022).

baca juga: Perhatian, Ada Penyakit Baru Namanya Flu Tomat

Skrining Hipotiroid Kongenital merupakan skrining yang dilakukan pada bayi baru lahir dengan maksud memilah bayi yang menderita HK dan bayi yang bukan penderita.

Pelaksanaan skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah pada tumit bayi yang berusia minimal 48 sampai 72 jam atau maksimal dua pekan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Tindakan ini sebagai bagian dari pelayanan neonatal esensial.

Jumlah darah yang diambil sebanyak dua sampai tiga tetes dari tumit bayi, kemudian diperiksa di laboratorium. Jika hasil hasilnya positif, maka bayi segera diobati sebelum usianya satu bulan agar terhindar dari kecacatan, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental dan kognitif.

“Setetes darah tumit menyelamatkan hidup anak-anak bangsa. Karena begitu tahu kadar tiroidnya rendah, langsung diobati. Pengobatannya bisa berlangsung seumur hidup supaya mereka bisa tumbuh dan berkembang secara optimal,” kata Dante menjelaskan fungsi skenning SHK.

Kebijakan itu ditandai dengan peluncuran ulang Program SHK bayi baru lahir di Puskesmas Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu 31 Agustus, dimana Wamenkes Dante melakukan dialog interaktif secara virtual dengan tenaga kesehatan di beberapa provinsi.

Dante berpesan agar pemeriksaan HK kembali digencarkan, sehingga anak yang memiliki risiko HK dapat segera ditemukan dan ditangani.

“Tidak disadari oleh orang tua, gejala khas baru muncul seiring bertambahnya usia anak,”.

Kebijakan itu juga bagian dari implementasi transformasi layanan primer yang menekankan pada upaya promotif preventif mengingat sebagian besar kasus kekurangan Hipotiroid Kongenital tidak menunjukkan gejala. (tvl)

Exit mobile version