Site icon Jernih.co

Para Ahli di Inggris Ujicoba Ganja untuk Obati Long Covid

Jika hasilnya menggembirakan, penelitian akan ditingkatkan menjadi uji klinis lebih besar.

JERNIH-Para peneliti di Inggris tengah memiliki hajatan penting yakni tengah meneliti penggunaan ganja untuk mengobati Long Covid.

Dilansir The Hill, lisensi pertama dari jenisnya telah diberikan Komite Etik Penelitian NHS dan Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan (MHRA).

Penelitian dijalankan oleh badan amal bernama Drug Science yang didirikan mantan Tsar Narkoba Pemerintah Prof David Nutt.

Kepala eksekutif Drug Science David Badcock, mengatakan bahwa penelitian diperlukan untuk mengatasi Long Covid dan dengan cepat.

“Saat ini dokter memiliki sangat sedikit yang dapat mereka tawarkan kepada pasien,” kata Badcock.

“Penelitian akan membawa kita ke pilihan yang paling efektif dan ini termasuk melihat obat-obatan seperti ganja yang, meskipun legal diresepkan di Inggris sejak 2019, masih banyak disalahpahami dan jarang diresepkan,” tambahnya.

Sekitar 30 pasien telah didaftarkan oleh dokter umum yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Para pasien yang didaftarkan adalah mereka yang menderita gejala yang berkepanjangan seperti kelelahan, nyeri otot, kecemasan, dan sulit tidur.

Nantinya para pasien yang menjadi peserta akan diberikan minyak ganja setiap hari yang dikembangkan perusahaan farmasi BOD Australia. Minyak ganja ini mengandung 5 persen Cannabidiol, yang dikenal sebagai CBD, dan 0,2 persen Tetrahydrocannabinol, yang dikenal sebagai THC.

Medicabilis dosis harian, obat ganja berbentuk minyak ganja telah terbukti bekerja untuk beberapa pasien yang menderita bentuk lain dari kelelahan pasca-virus.

Jika hasil awal menggembirakan, penelitian akan ditingkatkan menjadi uji klinis besar di Inggris.

Saat ini Ganja diresepkan secara legal di Inggris, tetapi jarang dilakukan oleh dokter umum karena kurangnya uji klinis terhadap manfaat dan potensi bahayanya.

Para ilmuwan secara global masih belum dapat menjelaskan mengapa gejala Covid seperti sesak napas, kabut otak, kelelahan, dan nyeri otot bertahan selama berbulan-bulan pada beberapa pasien

Kantor Statistik Nasional memperkirakan 1,3 orang Inggris menderita Long Covid bahkan sebelum lonjakan Omicron menyebabkan rekor tingkat infeksi pada musim dingin ini. (tvl)

Exit mobile version