Karena pemasangan veneer gigi berarti mengharuskan dokter mengikis enamel dari permukaan gigi, hal itu dapat membuat gigi pengguna menjadi sensitif setelah pemakaian. Bila hal itu terjadi, pengguna akan merasa ngilu saat mengonsumsi makanan dan minuman yang dingin atau panas.
Oleh : Nila Dewi Andayani*
JERNIH— Seiring dengan kian ngetrend-nya veneer, banyak pasien saya—terutama pasien muda usia—bertanya tentang hal itu. Kebanyakan dari mereka tertarik mencoba, didorong keinginan untuk mempercantik penampilan, atau pun karena ingin bebas lepas tersenyum tanpa dirusak oleh penampilan gigi yang kurang menunjang.
Biasanya jawaban saya cukup panjang, termasuk mengelaborasi sisi-sisi negatif yang ada. Setidaknya menurut saya hal itu akan menjadi bahan pertimbangan calon pengguna, sehingga kalau pun ia memakainya, itu dilakukan setelah menimbang berbagai hal. Katakan saja, sisi untung-ruginya.
Veneer gigi sejatinya adalah cangkang tipis yang dipakai untuk melapisi bagian depan gigi, yang dibentuk menyerupai bentuk gigi asli. Bahan yang digunakan untuk membuat cangkang bermacam-macam, bisa dari porselen, komposit, dan ceramic. Sejauh ini veneer porselen lebih banyak diminati karena cenderung lebih awet serta warna putihnya tidak terlalu mencolok, yang menimbulkan kesan—maaf, norak.
Ada dua jenis veneer, dari sisi pengerjaannya. Ada direct veneer, yang dibuat atau dibentuk dokter gigi langsung ‘di tempat’. Karena pengerjaannya yang langsung, hasilnya sangat tergantung pada keterampilan dokter gigi yang bersangkutan. Bahannya biasanya dari sejenis komposit. Harganya, bila dibandingkan dengan jenis kedua yang akan saya ulas di bawah, umumnya lebih murah.
Yang kedua adalah indirect veneer. Sebagaimana namanya, ia tidak dibuat di tempat, melainkan dilakukan pencetakan gigi terlebih dulu, untuk kemudian dikerjakan di lab. Biasanya hasilnya lebih bagus, lebih rapi. Wajar karena pengerjaannya pun dilakukan dengan waktu yang relatif lebih lama, serta tidak dalam ‘tekanan waktu’ sebagaimana pengerjaan langsung yang melibatkan partisipasi pasien. Dilihat dari harga, jenis kedua ini umumnya lebih mahal.
Tidak semua orang dapat menggunakan veneer. Beberapa yang tidak dianjurkan untuk ber-veneer di antaranya mereka yang punya gigi terlalu maju, yang jarak giginya terlalu renggang, yang susunan giginya terlalu bertumpuk, serta mereka yang memiliki gigi berlubang besar dan mengalami pembusukan parah.
Plus dan minus penggunaan veneer
Sebagaimana dijelaskan dalam laman American College of Prostodhontists, veneer berguna untuk memperbaiki (minimal dari sisi penampilan) gigi yang terkelupas atau patah, gigi retak, gigi yang besar sebelah, gigi yang tidak selaras, tidak rata, atau bentuknya tidak teratur, serta gigi yang memiliki celah, karena veneer dapat menutup celah di antara satu gigi dengan gigi lainnya.
Perbedaannya dengan implan gigi atau crown (mahkota gigi tiruan), veneer menutupi permukaan depan gigi, sementara implan menggantikan gigi yang lepas. Veneer juga umumnya hanya menutupi permukaan gigi depan, sementara crown membungkus semua bagian gigi yang ada di atas tepi gusi.
Namun jangan lupa bahwa memakai veneer pun punya risiko sendiri. Dengan memakai veneer gigi, bisa jadi warna gigi jadi tidak sama dengan yang diharapkan. The Journal of American Dental Association menulis, warna veneer gigi tergantung dari berbagai factor, salah satunya adalah warna dasar gigi asli pemakai. Selain itu, Cleveland Clinic juga mengatakan bahwa pemasangan veneer pada gigi dapat mengalami perubahan warna atau menyebabkan noda di tepian gigi.
Risiko lainnya di antaranya warna veneer tidak dapat diubah setelah pemasangan. Sementara warna asli veneer sendiri biasanya bisa bertahan dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah pemasangan. Selain itu, sejumlah masalah saat pemasangan veneer sangat mungkin terjadi. Posisi lapisan veneer yang tidak sesuai justru dapat memicu kerusakan gigi. Di samping itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan pembusukan pada bagian luar tepi veneer.
Risiko lainnya yang mungkin, karena pemasangan veneer gigi berarti mengharuskan dokter mengikis enamel gigi dari permukaan gigi, hal itu dapat membuat gigi pengguna menjadi sensitif setelah pemakaian. Bila hal itu terjadi, pengguna akan merasa ngilu saat mengonsumsi makanan dan minuman yang dingin atau panas. Dalam kasus yang parah, kondisi ini juga dapat mematikan jaringan gigi, biasanya akibat terlalu banyak lapisan enamel yang dikikis saat pemasangan.
Hal lain yang perlu dipikirkan, veneer gigi yang terbuat dari porselen itu dapat mudah retak. Gigi yang dipasangi veneer bisa rusak ketika menggigit atau mengunyah benda keras seperti es, pensil atau bahkan kuku jari.
Itulah sebabnya, seharusnya pasien berkonsultasi secara intensif dengan dokter gigi sebelum memakainya. Konsultasi juga diperlukan dokter untuk bisa mengetahui riwayat kesehatan dan kondisi mulut pasien secara menyeluruh.
Tentu saja pasien sendirilah yang akhirnya memutuskan apakah ia akan memakai veneer atau tidak. Hanya, kalau pun kemudian pemakaian itu tak terhindarkan, setelah pemasangan rajin-rajinlah menggosok gigi. Malas menggosok gigi akan membuat buruknya kondisi gigi, yang dapat memengaruhi kualitas lapisan veneer yang menempel di permukaan gigi pemakai. Pastikan cara menggosok gigi dengan tepat. Sikatlah gigi secara perlahan dengan gerakan melingkar. Jangan menggosok keras-keras karena hal tersebut malah merusak veneer dan memicu masalah lainnya.
Sering-sering pula membersihkan gigi dengan benang setelah menyikatnya. Ketika flossing, pastikan menggesekkan benang secara perlahan agar tidak sampai mengenai gusi. Terlalu keras menggesekkan benang dapat membuat gusi terluka. Jangan lupa pula untuk sering-sering berkumur dengan cairan pencuci mulut.
Stay safe and healthy! [ ]
*Dokter gigi, berpraktik di Klinik Sejahtera Ciracas (KSC), Klinik Canti Darma PMPP-TNI di Hambalang, dan di Komplek Sekolah Daarul Jannah, Pakansari-Cibinong