Virus yang mulai berkembang biak di sistem pernapasan mempengaruhi beberapa organ yang menyebabkan komplikasi jangka panjang. Salah satunya terhadap sperma.
JERNIH – Infeksi virus corona tidak mudah dihadapi oleh tubuh kita. Virus yang mulai berkembang biak di sistem pernapasan mempengaruhi beberapa organ yang menyebabkan komplikasi jangka panjang. Salah satunya adalah temuan baru yang menyebutkan adanya pengurangan jumlah dan kematian sperma.
Dampak jangka panjang atau long Covid sudah banyak terungkap. Dari mulai kabut otak hingga kerontokan rambut. Dampak penyakit menular itu bisa terasa hingga berbulan-bulan setelah fase pemulihan. Sekarang sebuah studi baru menunjukkan bahwa infeksi Covid berpengaruh pada sperma.
Bagaimana Penelitian Dilakukan?
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Fertility and Sterility mengungkapkan bahwa pria mungkin mengalami jumlah sperma yang lebih rendah. Juga kematian sperma hingga lebih dari dua bulan setelah pulih dari infeksi virus corona.
Penelitian tersebut dilakukan terhadap 120 pria Belgia yang mengidap sindrom pernafasan akut parah. Semuanya dinyatakan positif pada tes RT-PCR nasofaring atau telah menderita gejala Covid-19 dan kemudian dites positif untuk antibodi serum coronavirus.
Untuk penelitian ini, para peserta harus bebas dari gejala utama Covid-19 setidaknya selama seminggu sebelum memulai penelitian. Usia rata-rata kelompok orang ini adalah 18 hingga 69 tahun dan sebagian besar sehat. Hanya 16 dari mereka yang memiliki kondisi yang akan menempatkan mereka pada risiko Covid yang parah.
Di akhir penelitian, terungkap bahwa delapan partisipan memiliki masalah kesuburan sebelum penelitian. Sebagian besar pria tidak memiliki infeksi parah dan hanya lima dari mereka yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19. Para peserta diminta untuk memberikan sampel air mani dan darah mereka di berbagai titik penelitian mereka.
Selain itu, mereka juga mengisi kuesioner untuk mengisi rincian tentang gejala Covid-19. Sampel pertama diambil setidaknya satu minggu dan rata-rata 53 hari setelah setiap peserta pulih dari Covid-19. Penelitian pada dasarnya memeriksa dua hal dalam sampel air mani: motilitas sperma dan jumlah sperma.
Temuan
Temuan penelitian mengungkapkan bahwa sekitar 60 persen peserta memiliki motilitas sperma yang lebih rendah rata-rata selama bulan pertama setelah Covid-19. Sekitar 37 persen orang menderita masalah yang sama satu hingga dua bulan setelah terinfeksi virus corona dan 28 persen lebih dari itu. Tingkat keparahan kondisi dan jumlah sperma tidak memiliki korelasi. Dampaknya sama dalam semua kasus.
Studi lain
Ini bukan studi pertama yang menyoroti dampak virus corona pada kesuburan pria. Bahkan dalam sebuah studi tahun 2020, para peneliti mendeteksi adanya virus corona pada air mani pria yang terinfeksi virus tersebut. Tetapi jumlah dan kematian sperma yang rendah tidak berarti kemandulan. Tren ini hanya disaksikan selama beberapa bulan. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi kemungkinan ini. [*]