Bom bunuh diri di Markas Polsek Astana Anyar itu terjadi sehari sehabis para pengikut ISIS di Indonesia menerjemahkan pidato Abu Umar al-Muhajir dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Berbarengan dengan itu, menurut siteintelgroup.com, ada lagi sejumlah pengikut ISIS di Indonesia berbaiat kepada Abu Al-Husain.
Oleh : Faisal Assegaf
Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, segera setelah kejadian mengumumkan pelaku bom bunuh diri di Markas Kepolisian Sektor Astana Anyar, Kota Bandung, adalah Agus Sujadno alias Agus Muslim.
Dia bukan orang baru dalam kegiatan terorisme di Indonesia dan terafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharud Daulah (JAD), merupakan jaringan dari ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah). Agus juga baru bebas tahun lalu dari penjara di Nusakambangan. “Yang bersangkutan pernah ditangkap karena peristiwa Bom Cicendo (pada 2017) dan dihukum empat tahun,” kata Listyo.
Belum diketahui apakah ada relasi antara serangan bunuh diri di Bandung itu dengan pengumuman Juru Bicara ISIS, Abu Umar al-Muhajir, tentang kematian pemimpin mereka, Abu Al-Hasan al-Hasyimi al-Quraisyi, yang disebutkan tewas dalam sebuah pertempuran, tanpa menyebutkan di mana dan kapan. Kematian Al-Hasyimi diumumkan sepekan lalu.
Dalam rekaman sepanjang sembilan menit 44 detik itu Abu Umar mengumumkan bahwa ISIS sudah memiliki pemimpin baru bernama Abu Al-Husain al-Husaini al-Quraisyi. Dia menyerukan kepada semua pengikut ISIS di seluruh dunia untuk berbaiat kepada Abu Al-Husain.
Dalam hitungan jam, merebaklah baiat dari para pemuja ISIS di berbagai negara. Dua hari kemudian, lusinan pengikut ISIS asal Indonesia juga berbaiat kepada Abu Al-Husain, seperti dilansir situs siteintelgroup.com.
Bom bunuh diri di Markas Polsek Astana Anyar itu terjadi sehari sehabis para pengikut ISIS di Indonesia menerjemahkan pidato Abu Umar al-Muhajir dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Berbarengan dengan itu, menurut siteintelgroup.com, ada lagi sejumlah pengikut ISIS di Indonesia berbaiat kepada Abu Al-Husain.
Ciri khas yang juga merupakan keganjilan ISIS, mereka tidak pernah merilis identitas asli dan foto pemimpin mereka, kecuali waktu Abu Bakar al-Baghdadi (pemimpin ISIS pertama) muncul pada akhir Juni 2014 di Masjid Agung An-Nuri di Kota Mosul, utara Irak. Waktu itu, di saat salat Jumat, Baghdadi mengumumkan telah berdiri sebuah khilafah dan menyatakan dirinya sebagai khalifah.
Sehabis Baghdadi meledakkan diri pada Oktober 2019 karena rumah persembunyiannya di sebuah desa di Provinsi Idlib, Suriah, dikepung pasukan Amerika Serikat, ISIS tidak pernah melansir foto dan nama asli pemimpin mereka sampai mereka mengembuskan napas terakhir. Mulai dari Abu Ibrahim al-Hasyimi al-Quraisyi, Abu Al-Hasan al-Hasyimi al-Quraisyi, hingga pemimpin baru sekarang, Abu Al-Husain al-Hasyimi al-Quraisyi.
Menurut Aiman at-Tamimi, pakar terorisme dari Irak, itulah membedakan ISIS dengan Al-Qaidah. “ISIS bisa menunjuk siapa saja sebagai pemimpin meski tidak dikenal para pengikutnya,” ujarnya kepada Albalad.co.
Sedangkan Al-Qaidah, foto, nama asli, hingga biografi dari dua mendiang pemimpinnya, Usamah Bin Ladin dan Aiman az-Zawahiri, tersebar sehingga dapat diketahui oleh para pengikut jaringan itu. Namun sampai sekarang Al-Qaidah masih bungkam soal kematian Zawahiri, yang konon akibat serangan pesawat nirawak Amerika akhir Agustus lalu di Ibu Kota Kabul, Afghanistan.
Al-Qaidah juga belum merilis pemimpin baru mereka.
Lebih aneh lagi, para pengikut ISIS itu mau saja berbaiat kepada setiap pemimpin baru muncul menggantikan yang tewas. Padahal mereka tidak pernah melihat foto, mengetahui nama asli, dan biografi mereka.
Abu Ibrahim al-Hasyimi al-Quraisyi hanya mereka ketahui melalui suaranya saja dari beberapa rekaman audio dilansir ISIS. Bahkan Abu Ibrahim al-Hasyimi al-Quraisyi tidak pernah menyampaikan pernyataan lewat audio.
Para pengikut ISIS itu terlihat makin bodoh karena tiga pemimpin mereka sebelumnya tewas meledakkan diri saat dikepung musuh, bukan bertempur sampai darah penghabisan. [sumber : al-balad.co]