Jernih.co

Asma binti Umais, Wanita yang Dua Kali Berhijrah

“Berhari-hari kami diombang-ambingkan ombak. Jafar bin Abi Thalib yang memimpin hijrah kami, hanya mampu memberi semangat dan harapan. Padahal di antara kami sudah banyak yang mabuk. Juga kelaparan dan kehausan.

Oleh  :  H.Usep Romli HM

Benteng pertahanan Yahudi terkuat di Madinah, yaitu Khaibar, hancur sudah. Direbut oleh pasukan Islam pimpinan Ali bin Abi Thalib. Banyak sekali harta rampasan (ghanimah) diperoleh dari benteng yang memang telah dipersiapkan untuk tempat pertahanan jangka panjang itu.

Usep Romli HM

Nabi Saw sendiri yang membagikan harta rampasan itu secara adil dan merata sesuai peran dan fungsi masing-masing dalam Perang Khaibar. Selain anggota pasukan yang ikut terjun langsung ke medan laga, kaum muhajirin (orang-orang berhijrah) yang pertama ke Habasyah (Ethiopia), juga mendapat bagian, walaupun mereka tidak ikut perang.

“Mengapa orang-orang berhijrah kedua, yang langsung ke Madinah, tidak mendapat keistimewaan?”, para sahabat bertanya-tanya.

Lalu tampil Asma binti Umais, seorang Muslimah yang pernah ikut berhijrah ke Habasyah. Ia menceriterakan duka lara ketika menempuh perjalanan mengarungi lautan.

“Berhari-hari kami diombang-ambingkan ombak. Jafar bin Abi Thalib yang memimpin hijrah kami, hanya mampu memberi semangat dan harapan. Padahal di antara kami sudah banyak yang mabuk. Juga kelaparan dan kehausan. Negeri tujuan hijrah kami sangat jauh, sangat asing. Di sana kami tidak tahu akan apa dan bagaimana. Kami hanya menggantungkan diri kepada Allah SWT semata. Hanya kepadaNya kami memohon agar mendapat keselamatan di perjalanan dan tempat tujuan. Kalian yang hijrah ke Madinah, boleh  dikatakan mendingan. Hanya menempuh jalan darat. Di sisi kalian ada Rasulullah Saw yang siap memberi makan minum tatkala kalian kelaparan dan kehausan. Sedangkan kami masing-masing, benar-benar merasa  sebatang kara. Hanya karena  kepasrahan kami kepada Allah, dan kecintaan kepada RasulNya, maka kami siap melakukan kewajiban itu tanpa pamrih.”

Mendengar perbincangan itu, Rasulullah Saw menengahi :  “Tidak ada seorang pun yang berhak atasku, kecuali kalian, wahai anggota hijrah berperahu. Kalian menempuh hijrah dua kali. Yaitu hijrah  ke Habasyah dan hijrah  kepadaku. Sedangkan para muhajirin lain yang langsung hijrah dari Mekah ke Madinah, hanya satu kali saja. Itulah kelebihan Asma binti Umais dan kawan-kawan yang pernah berhijrah ke Habasya, sehingga datang paling akhir ke Madinah.”

Mendengar ucapan Nabi Saw, Asma binti Umais menadahkan tangan ke langit, seraya berdo’a :  “Ya Allah, tidak  ada kata-kata lain yang membanggakan kami, para mantan  muhajirin Habasyah, selain kata-kata pengakuan NabiMu yang membanggakan hati kami.” [   ]  Dari “Hilyatul Aulia” karya Abu Nu’aim al Asfahani

Exit mobile version