- Kedelai yang kita impor itu kelas pakan, bukan pangan.
- Kedelai kelas pakan untuk hewan ternak. Kelas pangan untuk manusia.
- Jadi, ngapain kita marah ketika peternak memberikan kedelai kepada babi.
JERNIH — Dalam sebuah pidato di alun-alun, seperti diceritakan budayawan Ridwan Saidi, Bung Karno mengatakan; “Kita bukan bangsa tempe.”
Saat itu, tempe adalah makanan rakyat, murah, dan nggak elit sama sekali deh. Beda dengan keju, steak, sosis, dan entah apa lah gitu.
Jadi, yang dimaksud Bung Karno ‘bukan bangsa tempe’ adalah kita bukan bangsa rendahan. Maklum lah, saat itu Bung Karno juga masih menganggap tempe sebagai makanan rakyat jelata kelas terbawah.
Jika Bung Karno masih hidup sampai saat ini, dia pasti akan meralat pernyataannya. Ternyata, kita adalah bangsa tempe. Sebab, hanya tempe yang memungkinkan masyarakat kelas bawah menerima asupan gizi dan protein nabati.
Ketika tempe menjadi makanan kebutuhan sehari-hari, negeri ini gagal memenuhi pasokan kedelai dari tanahnya sendiri. Maka, kita harus impor.
Menariknya, kata seorang pengurus Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) di Semanan, Jakarta Barat, kedelai yang kita impor adalah kelas pakan, bukan pangan. Artinya, kelas pakan adalah untuk makanan ternak. Kelas pangan untuk manusia.
“Kalau bahan baku tempe dan tahu di sini kedelai kelas pangan, kalian nggak akan bisa beli. Mahal,” kata pengurus Kopti Semanan yang saya temui beberapa tahun lalu.
Jadi, saat rekan saya menulis berita pasokan dari Cina anjlok karena kedelai di negeri itu untuk makan babi, saya tertawa terbahak-bahak. Saya katakan kepada reporter itu, apa salahnya peternak babi di Cina itu. Dia tidak bisa jawab.
Lalu saya jelaskan, soal kedelai kelas pakan dan pangan. “Ngapain pula kita marah kalau kedelai dibuat pakan babi,” kata saya. “Yang diberikan ke babi itu kedelai kelas pakan, bukan pangan.”
Jadi, lanjut saya, kita nich disuruh impor kedelai kelas pangan, bukan kelas pakan. Kalau masih impor kedelai kelas pakan, ya kita berebut sama babi.
Ternyata, kita bangsa tempe. Alias bangsa pemakan tempe. Istri saya mengeluh panjang sepagian karena tempe dan tahu langka, plus minyak goreng lenyap.
Akhirnya saya putar lagu; Donna, Donna, Donna.. yang dibawakan Joan Baez. Sebab ada lirik yang disukai Soe Hok Gie; ….stop complaining, said the farmer. who told you a calf to be….”