Site icon Jernih.co

Dari Dukun ke Makam Keramat [7] Membuka Mata Batin

Dari pada saya berupaya habis-habisan melakukan itu semua dan berujung pada kesiaan, mending saya kenalan, dekati dan akrab dengan Tuhan sebagai Maha Pemilik Segalanya.

JERNIH-Pelakon klenik, sering menawarkan cara kepada orang yang pikirannya sedang kalut, membuka mata batinnya. Persoalannya sekarang, ketika sudah terbuka, apakah yang ingin ditemui harus mewujud ke hadapan? Mari kita urai satu persatu agar jelas duduk perkaranya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikan batin sebagai sesuatu yang terdapat di dalam hati; sesuatu yang menyangkut jiwa (perasaan hati dan sebagainya). Jadi jelas, kalau batin berguna merasakan hal yang di luar indera perasa, pengecap, penciuman, penglihatan dan pendengaran. Jika punya cinta, benci atau dendam, batin yang merasakannya.

Kalau batin berguna sebagai partitur perasa cinta atau benci, bisakah rasa itu dilihat atau mewujud di hadapan kita? Tentu tidak. Soal ini cuma bisa dirasakan.

Kalau pun ada yang melempar argumen cinta dan benci itu bisa dilihat karena ada reaksi setelah ada aksi (menyatakan cinta atau benci), itu bukan berarti cinta atau benci itu terlihat. Itu adalah tindakan setelah cinta atau benci yang dirasakan, diungkapkan (aksi) kepada orang yang dimaksud lantas lahirlah akibat (reaksi).

Persoalannya, dalam penggunaan kata mata dan batin pada kalimat membuka mata batin yang sering diucapkan “orang pintar”, justru melahirkan distorsi. Mata untuk melihat, batin tugasnya merasakan.

Pelaku klenik yang kemudian sering dijuluki “Orang Pintar” tadi memaksimalkan ego hingga mendorong pikiran mengkonstruksi makhluk gaib mewujud dan terlihat. Makin besar ego, makin besar pula dorongan terhadap pikiran hingga lahirlah halusinasi.

Pikiran mengkonstruksi wujud bahwa genderuwo itu bentuknya begitu. Kuntilanak bentuknya begitu dan seterusnya. Bisa jadi, ide konstruksi itu didapat akibat terlalu sering nonton film horor.

Halusinasi itu seolah makin nyata saat ego terus membesar hingga lahir keyakinan bahwa yang dilihat itu adalah wujud jin. Sugestinya terlalu besar mendorong diri, sebab ada emosi berjenis kelamin rasa takut, rasa ingin melihat atau mungkin takabur bisa melihat.

Rasanya, kalau cuma begini, terlalu sempit pemahaman soal hal gaib dan terlalu sempit juga tujuan mengenal wilayah itu. Baiklah, kita coba perhatikan dulu orang yang mengambil manfaat dari akibat pekerjaan salah satu pengurus sistem kemudian lahir hukum alam tadi.

Seorang anak main layang-layang. Dia menggunakan energi angin untuk menerbangkan layang-layangnya. Kenapa dia bisa?

Karena dia bisa merasakan kemana arah angin bertiup dan sekencang apa. Maka, pengetahuan ini dimaksimalkan pemanfaatannya. Dan, anak itu berhasil menerbangkan layang-layangnya.

Apakah energi angin itu bisa terlihat? Apakah angin itu sendiri bisa dirasakan keberadaannya? Sampai sini, silahkan teruskan pertanyaan yang mau disodorkan dan jawab sendiri dengan kemampuan akal yang dimiliki.

Terus terang, soal ini adalah wilayah filsafat. Sementara filsafat sendiri adalah induk dari segala ilmu pengetahuan yang ada mulai matematika, fisika, kimia, ilmu pengetahuan sosial, ekonomi dan lain sebagainya.

Sulit memasuki wilayah filsafat tanpa modal pengetahuan sepicispun. Misalnya, dari mana ide membuat pesawat terbang?

Tokoh filsuf Jawa bernama Ronggo Warsito pernah bilang kalau nanti, manusia bakal bisa terbang menggunakan burung besi. Pernyataan ini kemudian ditelaah lebih jauh dan dikembangkan. Hasilnya, kita kenal kendaraan tersebut dengan nama pesawat.

Dengan mata, Ronggo Warsito, memperhatikan struktur tubuh burung.

“Kok bisa terbang?” Begitu tanyanya lantas pertanyaan itu terus membatin.

Setelah dipahami betul-betul struktur tubuh burung itu, Ronggo Warsito yakin betul kalau nanti di masa datang, manusia pasti bisa menciptakan benda yang mirip burung tadi. Dan almarhum BJ Habibie, menjadi salah satu orang yang mewujudkan hasil perenungan itu dan tentu mempertimbangkan kekuatan hukum alam.

Persoalannya, kenapa manusia sebegitu ngototnya ingin melihat pengurus tiap item makhluk atau benda yang ada di alam raya ini?

Pergilah ke agama masing-masing. Pelajari tiap kata yang disampaikan kitab sucinya, sebab di sana mengandung misteri yang harus dipikirkan dan direnungkan. Teguhkan perasaan bahwa ini adalah sumber keyakinan guna menelaah semua misteri itu.

Sinkronkan antara tiap kata dalam kitab suci itu dengan ilmu pengetahuan yang ada, hingga mengantarkan pada keinsyafan diri sendiri.

Tiap tahapannya tak bisa diekstrak kemudian dijadikan kapsul lantas ditelan begitu saja dan merasakan hasilnya. Harus juga mengalami dan merasakan kemudian merenungkan tiap tahapannya. Entah harus berapa lama.

Ini artinya, kitab suci diperuntukkan bagi orang-orang yang mau berpikir. Apakah menjadi Kristen harus pakai Injil? Apakah menjadi Muslim harus pakai al-Qur’an?

Injil atau Al-Qur’an adalah alat mencapai Kristen atau Islam itu sendiri. Tanpa akal dan pengetahuan, sulit sekali memutuskan mau jadi Kristen atau Muslim yang baik.

Jadi jelas, modal awalnya adalah akal dan pengetahuan. Kitab suci membimbing sampai titik puncak spiritualitas. Harus mau berpikir dalam mempelajari dan memahaminya.

Dalam mengulumnya, nikmati saja hingga benar-benar paham duduk perkara sebenarnya. Kalau sudah begitu, rasanya semua jadi mudah karena ada ketenangan dan kejernihan dalam membedakan mana yang bisa dilihat dan mana yang cuma bisa dirasa.

Sekali lagi, ini tak bisa diekstrak kemudian menjadi kapsul dan pencarinya cukup menelan kapsul itu setelah membayar mahar. Tidak begitu.

Nabi Sulaiman, punya pengetahuan dan kecerdasan sangat teramat jauh di atas rata-rata manusia. Makanya pantaslah beliau menjadi raja yang tidak cuma memerintah manusia.

Jin, hewan, angin, air, api dan segala macam isi alam semesta, bisa beliau suruh-suruh dalam rangka memenuhi tugas kenabiannya. Ingat, disuruh-suruh bukan diminta bantuannya. Sebab sangat jelas bahwa posisi kehormatan manusia ada di atas jin, sebab sudah ditegaskan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna.

Pengetahuan Nabi Sulaiman, sudah teramat jauh melampaui soal merasakan angin seperti anak kecil yang main layangan tadi. Jauh di atas pengetahuan BMKG yang baru bisa meramalkan bahwa akan ada angin kencang. Nabi Sulaiman sudah jauh di atas itu semua.

Pertanyaan paling akhir sekarang, apa benar mau bisa melihat semua makhluk-makhluk Tuhan yang belum bisa dijangkau pengetahuan, akal dan indera manusia saat ini? Kalau mau, untuk kepentingan apa? Apakah mengemban amanah yang begitu besarnya hingga sejajar dengan tugas para Nabi?

Saya, sebagai salah satu dari sekitar 7 milyar manusia penghuni bumi dengan status sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, sekali lagi menolak pemikiran bahwa jin bisa masuk ke dalam diri manusia hingga membuatnya gila atau kesurupan. Apalagi kalau dikatakan jin bisa membantu manusia.

Saya tak bisa menyuruh-nyuruh jin seperti Nabi Sulaiman dengan pengetahuan, kecerdasan ditambah keridhoan Tuhan terhadap dirinya yang sangat jauh di atas rata-rata manusia kebanyakan.

Dari pada saya berupaya habis-habisan melakukan itu semua dan berujung pada kesiaan, mending saya kenalan, dekati dan akrab dengan Tuhan sebagai Maha Pemilik Segalanya.

Minta sama Tuhan, syaratnya jauh lebih mudah. Bersihkan najis dengan benar, pakai-pakaian bersih dan menutup aurat kalau bisa rapih, sembahyang, menyapa Tuhan, lalu meminta pertolonganNya. Soal dikabulkan atau tidak, itu bukan urusan saya. Itu hak mutlak Tuhan. Saya ikut sajalah.

Paling engga, sudah ketemu ketenangan batin, kejernihan pikiran, hingga ide untuk menyelesaikan tiap persoalan bahkan masalah bisa ditemukan.

Bersambung.[]

Exit mobile version