Site icon Jernih.co

Empat Hal yang Harus Dipertanggungjawabkan

“Tatkala manusia dibangkitkan dari kematian, sebelum melangkah menuju Alam Makhsyar, Allah Swt telah melontarkan empat pertanyaan : diberi umur untuk apa? Apakah dimanfaatkan untuk ta’at kepada Allah atau untuk maksiat kepadaNya?

Oleh   : Usep Romli H.M.

Setiap manusia adalah pemimpin. Dan di hadapan Allah Swt, harus mem-pertanggungjawabkan kinerja kepemimpinannya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw “kullukum ra’in wa kullukum mas’ulun an ra’iyatihi”.

Baik sebagai pribadi-pribadi biasa, sebagai kepala rumah tangga, maupun sebagai pribadi-pribadi yang memiliki jabatan formal sebagai  kepala lingkungan, bupati, walikota, gubernur, presiden dan sejenisnya yang menyandang tugas dan atribut kepemimpinan di setiap tingkatan.

Selain harus  mempertanggungjawabkan kinerja kepemimpinannya di dunia, sudah pasti harus mempertanggungjawabkan pula di akhirat. Di hadapan Allah Swt. Bahkan ini yang terpenting. Sebab mungkin saja pertanggungjawaban di dunia, di  hadapan rakyat, dapat saja mangkir. Mengabaikan dengan berbagai cara dan alasan . Di akhirat, tak ada lagi istilah rekayasa atau main “petak umpet”. Tak ada lagi surat keterangan sakit dari dokter. Tak ada lagi alasan tugas itu-ini. Sebab masa kehidupan sudah tamat pada titik kematian. Untuk selanjutnya, adalah mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama hidup  di muka bumi.

Sebuah hadis Rasulullah Saw, riwayat Imam Ibnu Hibban, sebagaimana dikutip Syekh Nawawi Banten dalam kitab “Nashaihul Ibad”,  menerangkan : “Tatkala manusia dibangkitkan dari kematian, sebelum melangkah menuju Alam Makhsyar, Allah Swt telah melontarkan empat pertanyaan : diberi umur untuk apa? Apakah dimanfaatkan untuk ta’at kepada Allah atau untuk maksiat kepadaNya? Diberi ilmu digunakan untuk apa? Apakah untuk berjuang mengibarkan syiar Allah, atau untuk memadamkan syiarNya? Diberi bentuk tubuh yang indah dipakai apa? Apakah untuk bersyukur kepada Allah? Atau kufur kepadaNya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarangNya? Serta harta yang dimiliki darimana didapatkan dan bagaimana digunakan? Apakah hasil usaha yang halal dan bersih , yang digunakan untuk modal beribadah kepada Allah, dan beramal saleh kepada sesama manusia? Atau hasil usaha kotor seperti korupsi, mencuri, merampok , menipu, berzina, berjudi, berjual beli minuman keras, dan sejenisnya, yang digu-nakan untuk   menentang Allah dan berbuat kerusakan di muka bumi?”

Ada pula empat pertanyaan Allah Swt, yang diajukan di akhirat. Yaitu mengenai segala apa yang telah dilakukan selama hidup di dunia :“Atas nama Tuhanmu Muhammad, Aku pasti akan memeriksa kalian semua. Mengenai segala apa yang telah kalian perbuat” (Q.s.Al Hijir : 92-93).

Juga memeriksa mengenai nikmat Allah yang telah diberikan kepada setiap manusia di dunia :“Kalian  benar-benar diperiksa pada hari itu (Kiamat), mengenai nikmat yang kalian gunakan untuk bermegah-megahan.” (Q.s,at Takatsur : 8).

Serta memeriksa tentang penunaian janji :“Dan kalian harus menunaikan janji, sebab sesungguhnya janji itu pasti akan ditagih pembuktiannya” (Q.s.Isra : 34).

Lalu diperiksa pula penggunaan panca indra :“Janganlah kalian mengikuti segala sesuatu yang kalian tidak ketahui, karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan, perasaa, semuanya pasti akan diminta pertanggungjawaban”(Q.s.Isra : 36).   

Karena itu, setiap Muslim beriman, senantiasa akan berhati-hati menempuh perjalanan hidup yang penuh tuntutan dan tantangan. Sebab semuanya akan dimintakan pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. Titik pemberangkatan   setiap Muslim beriman, sebagai pemimpin formal dan non formal, adalah mematuhi perintah   Allah Swt :“Jagalah diri kalian dan diri kalian dari api neraka.” (Q. S. At Tahrim : 6).

Sehingga dalam setiap ucapan, langkah dan tindakan, berada di jalan lurus dan aman. Mencari nafkah dengan cara dan hasil yang  halal dan bersih. Berkata selalu terjaga. Tidak terjerumus kepada dusta, fitnah, tipu daya, ujaran kebencian, janji palsu dan semua hal yang akan sulit dipertanggungjawabkan kelak di Mahkamah Hari Akhir. Tindakan selalu terukur. Berada dalam koridor kejujuran, keadilan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Tidak mengutamakan hawa nafsu untuk kepentingan pribadi dan golongan, yang akan mengundang huru-hara sejak di alam fana hingga di alam baka. [  ] 

Exit mobile version