Sambil merujuk peneliti lainnya, Jean-Marc de Grave, Facal dalam bukunya “Keyakinan dan Kekuatan: Seni Bela Diri Silat Banten” yang merupakan dosertasi doktornya, menyatakan silat Cimande bahkan menginspirasi lahirnya bela diri khas Kepulauan Filipina. Teknik pertarungan tangan kosong Panantukan yang khas Filipina, memiliki banyak persamaan dengan aliran Cimande.
Oleh : Ki Jatnika Nanggamihardja*
JERNIH—Antropolog Prancis yang hampir 20 tahun menekuni Pencak Silat, Gabriel Facal, menyatakan, pendiri aliran silat Cimande adalah Embah Kaher. Tampaknya yang dimaksud Facal adalah Eyang Khaer. Tapi bahwa Facal pun menyatakan yang dimaksudnya adalah pemimpin grup pengawal bupati Cianjur pada akhir abad 18, kita tahu pasti bahwa yang dimaksud ‘Embah Kaher’ tersebut memang Eyang Khaer.
Sambil merujuk peneliti lainnya, Jean-Marc de Grave, Facal dalam bukunya “Keyakinan dan Kekuatan: Seni Bela Diri Silat Banten” yang merupakan dosertasi doktornya, menyatakan silat Cimande bahkan menginspirasi lahirnya bela diri khas Kepulauan Filipina. Selain memberikan pengaruh berlipat (teknik escrima dengan senjata tajam yang dibawa orang-orang Spanyol, teknik kontak fisik dari Amerika Serikat dan Jepang), teknik-teknik kali India, teknik pertarungan tangan kosong panantukan yang khas Filipina, memiliki banyak persamaan dengan aliran Cimande.
Misalnya, teknik dasar panantukan yang disebut hubud, memiliki banyak persamaan dengan teknik Cimande, yakni jurus kelid dan jurus selup.
Namun demikian, hal tersebut tidak mengurangi kekhasan masing-masing. Misalnya, aliran maenpo Cimande umumnya menghayati falsafah awi atau bamboo, yakni, antara lain:
–Watek awi leunjeuran, henteu cagakan (sifat bamboo lurus, tak bercabang). Artinya, memiliki tujuan yang pasti dan jelas.
–Watek awi dapuran, henteu papisah (sifat bamboo berumpun, tak terpisah). Artinya, kekuatan itu ada pada gotong royong dan kebersamaan.
–Watek awi bukuan, tara bengkok (buku di antara ruas bambu selalu lurus tak pernah bengkok). Artinya, bukuan adalah alat simpan dokumentasi, perpustakaan keuangan, keilmuan, harus disimpan dengan baik.
–Watek awi ruas wates anu sarua (sifat bamboo memiliki batas dengan ruas yang sama). Artinya, setiap batasan kehidupan harus memiliki evaluasi dan konsolidasi yang harus diputuskan dengan bijak.
–Urat awi jujur bari nurus (serat bamboo lurus dan bersambung). Artinya, hidup harus tekun dan ulet, menjalin hubungan silaturahmi dengan baik.
–Watek awi getah bodas, cai herang (sifat bamboo memiliki getah yang putih dan air yang bening). Artinya, manusia harus memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik, serta pancaran iman yang bersih dengan segala keikhlasan dalam amal perbuatan.
–Watek leunjeuran awi leuleus layeus (sifat bamboo itu lentur). Artinya, harus mampu bergaul dengan siapa saja, serta harus bisa cepat beradaptasi, menyesuaikan diri.
–Watek awi meulah angin, tangtang angin (sifat bamboo membelah dan mengurai kekuatan angin, mampu pula menahan angin.) Artinya, mampu mengutai masakah sekeras apa pun, menyelesaikannya dengan penuh kebijaksanaan.
–Watek awi ngakut cai nyuburkeun taneuh, mupuk maneh ku daunna (sifat bamboo membawa air, menyuburkan tanah. Memupuk diri sendiri dengan daunnya sendiri). Artinya, bamboo adalah lambang sumber kehidupan, kemakmuran, sejahtera dan kemandirian.
–Watek awi ngajaga lamping nu lungkawing, ngajaga walungan nu ngadat caah, ngajaga jagat tina hawa panas (sifat bamboo menjaga lereng curam, menahan erosi dan banjir sungai, meredam hawa panas dari bumi.) Artinya, bamboo merupakan lambang penjagaan dan pemeliharaan keseimbangan ekosistem.
–Watek awi hirup dina taneuh keri, hirup kuat keur halodo (sifat bamboo bisa hidup di tanah tandus, kuat meski melawan kemarau panjang.) Artinya, nasihat agar manusia bisa bertahan dan menyintas kesulitan hidup apa pun.
–Watek awi loba jalan pianakeun, loba paedah jeung mangpaat (sifat bamboo memiliki banyak anak, banyak memiliki kegunaan dan manfaat.) Artinya, kita harus mengingat akan generasi mendatang, membekalinya dengan segala ilmu yang akan membawa manfaat untuk manusia lain yang lebih banyak lagi.
-Watek awi sakali melak, saumur-umur teu kudu melak deui (sifat bamboo, hanya ditanam sekali, tak perlu menanam lagi, tanpa batas kapan ia akan berhenti bertumbuh.) Artinya, sekali cita-cita dan tujuan hidup dibentangkan, jangan pernah berubah. Jika perlu, matulah bersama cita-cita dan tujuan.
–Watek awi nulung ka nu butuh, nyaah ka nu susah, nalang ka nu nalangsa, mirosea nu sangsara, nyaangan nu kapoekan (sifat bamboo menolong yang tengah butuh, bersifat kasih kepada mereka yang kesusahan, sengsara, menjaga dan melindungi sesama serta memberi terang pada mereka yang tersesat.
–Watek awi hayang digunakeun, kudu dipake najan anu boga henteu perlu, hartina kudu dibikeun, disodakohkeun, karak awi jadi hade bongsor, kuat jeung subur (sifat bamboo, dalam pemeliharaannya harus ada penjarangan, paling sedikit lima batang harus ditebang setiap tahunnya, perlu disedekahkan kepada orang lain.
–Watek awi nurus bumi gantar langit (sifat bamboo, akarnya menghunjam tanah, batangnya menjulang langit.) Artinya, manusia yang cerdas adalah manusia yang selalu ingat akan kematian, sehingga senantiasa ingat kepada Yang Maha Kuasa.
–Watek awi, iwung nu mucunghul dibungkus rapet ku solokop, dina solokop dijaga ku miang awi nu racung jeung ateul (sifat bamboo, manakala rebungnya keluar, akan dibungkus rapat pembungkusnya, solokop, dan pada bagian dalam pembungkus (solokop) itu terdapat bulu-bulu semacam jarum hitam, yang runcing dan gatal.) Artinya, jagalah keluarga dan keturunan baik-baik, amankan dari segala gangguan.
–Watek awi, mun awi geus kaluar kembang, hartina eta awi bakal paeh (sifat bamboo, manakala keluar bunga, artinya bamboo itu akan segera mati.) Artinya, manusia, sebelum meninggal seharusnya meninggalkan kebaikan terlebih dulu.
–Watek awi, nebang awi pikeun bahan naon wae aya waktuna. Lamun hayang hasil awina hade, aya wanci nebang, aya poe nebang, aya bulan nebang jeung sajabana (sifat bamboo apabila ingin menebang bamboo dengan hasil berkualitas, ada waktunya. Ada jam tebang, ada hari tebang, ada bulan tebang, dan sebagainya.)
–Watek awi, peupeujeuh pisan pikeun larangan nebang awi dua perkara, kahiji, poma awi ulah ditebang mangsa kaluar iwung. Kadua, poma awi ulah ditebang sakabeh batangna, kudu aya nu disesakeun pikeun iwung atawa awi nu ngora keneh nyanda nyarande (sifat bamboo, jangan menebang bamboo saat keluar rebung. Kedua, jangan menebang seluruh batang, sisakan untuk tempat berlindung rebung atau batang muda.)
-Watek awi sok dipake jambatan pameuntasan anu disebut cukang atawa rawayan, oge sok dipake bagian parahu nu disebut kincang, oge sok dipake meuntas walungan nu disebut rakit awi, amalah aya oge nu sok dipake di tengah lautan paranti ngala lauk nu disebut bagan (sifat bamboo suka dipakai untuk jembatan penyeberangan yang disebut cukang atau rawayan, dipakai juga sebagai sayap perahu yang disebut kincang, juga dipakai menyeberang sungai atau rakit bamboo, lebih lagi dipakai di tengah laut untuk rumah nelayan yang disebut bagan.)
-Watek awi luar aya hinis, aya urat, aya daging, aya geutah. Lempeng nanjeur ka langit, leuleus liat bari akar kuat, tapi jerona awi kosong (sifat bamboo di luar memiliki sembilu tajam, ada uratnya, ada dagingnya, ada getahnya. Lurus menjulang langit, lentur alot dengan akar kuat, tapi bagian dalam bamboo hanya berisi kekosongan.) Artinya, nasihat agar selalu memiliki akhlak yang terpuji, dengan tingkat kepasrahan dan rasa ikhlas yang tinggi, hanya untuk Allah. [ ]
*Ahli bambu dan penerus aliran Pencak Silat Cimande. Tinggal di Cibinong.