Site icon Jernih.co

Hamba yang Butuh Air, Bukan Emas

“Ya Allah, aku butuh air untuk wudu. Bukan butuh emas dan permata. Atau aku, tak diperkenankan wudu dengan air? Haruskan hambaMu yang hina ini, tayamum seumur-umur karena badan penuh dengan debu dosa yang tak bisa dibersihkan?”

Oleh   : Usep Romli H.M.

Ibrahim bin Adham al Balkhi (wafat 165 H/782 M), berjalan menempuh padang pasir. Menuju Mekah dari Bagdad. Di suatu oase, ia melihat sumur beserta timbanya.

Kebetulan pas saat duhur. Segera  Ibrahim menurunkan timba. Mengambil air untuk berwudu. Begitu diangkat, timba sangat berat. Susah payah ditarik ke atas. Ternyata, ember timba penuh dengan mas batangan. Bercahaya terkena sinar matahari.

Isi ember ditumpahkan ke tanah. Ibrahim menurunkan lagi timba. Ketika diangkat, penuh dengan berlian. Besar-besar.  Berkerlipan.

Ibrahim tercenung. Lalu tengadah ke langit. Menggumamkan do’a: “Ya Allah, aku butuh air untuk wudu. Bukan butuh emas dan permata. Atau aku, tak diperkenankan wudu dengan air? Haruskan hambaMu yang hina ini, tayamum seumur-umur, karena badan penuh dengan debu dosa yang tak bisa dibersihkan ?”

Sambil terisak, Ibrahim kembali menurunkan timba. Diangkat pelan-pelan. Sekarang ember itu penuh dengan air. Jernih dan sejuk. Ibrahim segera bersuci. Lalu salat khusyu sekali. Jama takdim dan qashar untuk duhur dan asar. Selesai salat, segera melanjutkan perjalanan.

Tak peduli emas berlian yang terserak di pinggir sumur. [  ]

dari kitab   “Jami Karamatul Aulia”,  Syekh Yusuf Manysur

Exit mobile version