Jernih.co

Jalur Kereta Api Cibatu-Garut-Cikajang

Charlie Chaplin di antara anak-anak Garut, saat kunjungannya ke kota itu, 1927

Pada 1935, kereta api Cibatu-Garut-Cikajang pernah mengangkut seorang selebritas Hollywood Charlie Chaplin. Konon Chaplin sengaja mengunjungi  Garut, tertarik kabar keindahan Garut.  “Mooi Garut”. Ia  menginap di Hotĕl Ngamplang, yang masa itu merupakan hotel terbesar dan termewah di Garut.

Oleh  : Usep Romli H.M.

Menghidupkan lagi (revitalisasi) jalur jalan keretaapi Cibatu-Garut, sudah selesai. Bahkan sudah diuji coba, awal Maret 2020 lalu dari Stasiun Cibatu ke statsiun Garut. Sayang, Corona Covid 19 menghambat kelancaran selanjutnya. Kereta api yang tak lagi jalan sejak tahun 1982 itu, baru akan jalan terus jika Covid 19 sudah menyingkir.

Sungguh menggembirakan. Terutama bagi yang yang pernah mengalami naik kereta itu. Apalagi bagi yang pernah menjadi “anak kerĕta”. Yaitu anak-anak sekolah atau karyawan yang tinggal di luar kota Garut. Tiap hari naik kereta menggunakan kartu “abodemen” bulanan.

Sebuah momen di Stasiun Garut, zaman penjajahan Belanda

Lokomotif  “Si Kuik”  atau “Si Gombar”, berbahan bakar batu-bara, silih berganti menarik rangkaian gerbong. Setia melayani penumpang  Cibatu-Garut, terus ke Cikajang, pulang pergi sejak diresmikan 5 Agustus 1930, hingga berhenti tahun 1982. Hampir bersamaan dengan jalur-jalur kereta api lain, seperti Bandung-Ci-widey, Banjar-Pangandaran, Rancaekek-Tanjungsari, dsb.

Disebut “Si Kuik”, karena bunyi klaksonnya melengking “kuik,kuik, kuik”. Sedangkan loko “Si Gombar”, yang berukuran lebih besar, klaksonnya berbunyi  “kwong, kwong, kwong”. Dibunyikan ketika akan berangkat atau tiba ke tujuan, ketika melewati perlintasan jalan aspal  yang banyak tak berpalang.

Sepanjang perjalanan, jendela  gerbong penumpang  harus ditutup. Menjaga ka-lau-kalau ada bara api masuk. Menempel dan melubangi pakaian.        

Beberapa kilometer dari Cibatu arah ke Garut ada statsiun kecil (halte) Pasir-jengkol. Di belakangnya ada kampung  Citameng. Di situ ada warung makanan yang ramai oleh pembeli.  “Anak kereta” yang bersekolah di Sekolah Guru A (SGA, taun 1964 dirubah menjadi Sekolah Pendidikan Guru/SPG), jika lewat Citameng, spontan  “koor”. Melagukan pupuh “Balakbak” yang terkenal :

      Aya warung sisi jalan ramĕ pisan, Citamĕng

     Awĕwĕna luas luis los ka dapur, ngagorĕng

     Lalakina, lalakina los ka pipir nyoo monyĕt, nyanggĕrĕng

     (Ada warung pinggir jalan amat ramai, Citameng

     Wanitanya menor bersolek, masuk dapur, menggoreng

     Lelakinya ke pinggir halaman, bermain dengan kera,menyeringai)

Sebuah mobil di pinggir Stasiun Cibatu, Garut, zaman dulu

Pada 1927, kereta api Cibatu-Garut-Cikajang pernah mengangkut seorang sele-britas Hollywood Charlie Chaplin. Konon Chaplin sengaja mengunjungi  Garut, tertarik kabar keindahan Garut.  “Mooi Garut”. Ia  menginap di Hotĕl Ngamplang, yang masa itu merupakan hotel terbesar dan termewah di Garut.

Penumpang kereta api dari kota Garut ke Cikajang, kebanyakan para pengusaha kelas VIP. Para “Tuan Kawasa” (administratur) perkebunan teh dan karet. Menggunakan  gerbong khusus kelas VIP. Maklum kaya raya dan orang-orang penting, pemilik modal yang mengolah hasil bumi  Hindia Belanda, ratusan tahun turun-temurun.

Akankah kereta api Cibatu-Garut-Cikajang, akan kembali  menemukan masa jaya seperti tahun 1930? Semoga saja. [  ]

Exit mobile version