Pada 1935, kereta api Cibatu-Garut-Cikajang pernah mengangkut seorang sele–britas Hollywood Charlie Chaplin. Konon Chaplin sengaja mengunjungi Garut, tertarik kabar keindahan Garut. “Mooi Garut”. Ia menginap di Hotĕl Ngamplang, yang masa itu merupakan hotel terbesar dan termewah di Garut.
Oleh : Usep Romli H.M.
Menghidupkan lagi (revitalisasi) jalur jalan keretaapi Cibatu-Garut, sudah selesai. Bahkan sudah diuji coba, awal Maret 2020 lalu dari Stasiun Cibatu ke statsiun Garut. Sayang, Corona Covid 19 menghambat kelancaran selanjutnya. Kereta api yang tak lagi jalan sejak tahun 1982 itu, baru akan jalan terus jika Covid 19 sudah menyingkir.
Sungguh menggembirakan. Terutama bagi yang yang pernah mengalami naik kereta itu. Apalagi bagi yang pernah menjadi “anak kerĕta”. Yaitu anak-anak sekolah atau karyawan yang tinggal di luar kota Garut. Tiap hari naik kereta menggunakan kartu “abodemen” bulanan.
Lokomotif “Si Kuik” atau “Si Gombar”, berbahan bakar batu-bara, silih berganti menarik rangkaian gerbong. Setia melayani penumpang Cibatu-Garut, terus ke Cikajang, pulang pergi sejak diresmikan 5 Agustus 1930, hingga berhenti tahun 1982. Hampir bersamaan dengan jalur-jalur kereta api lain, seperti Bandung-Ci-widey, Banjar-Pangandaran, Rancaekek-Tanjungsari, dsb.
Disebut “Si Kuik”, karena bunyi klaksonnya melengking “kuik,kuik, kuik”. Sedangkan loko “Si Gombar”, yang berukuran lebih besar, klaksonnya berbunyi “kwong, kwong, kwong”. Dibunyikan ketika akan berangkat atau tiba ke tujuan, ketika melewati perlintasan jalan aspal yang banyak tak berpalang.
Sepanjang perjalanan, jendela gerbong penumpang harus ditutup. Menjaga ka-lau-kalau ada bara api masuk. Menempel dan melubangi pakaian.
Beberapa kilometer dari Cibatu arah ke Garut ada statsiun kecil (halte) Pasir-jengkol. Di belakangnya ada kampung Citameng. Di situ ada warung makanan yang ramai oleh pembeli. “Anak kereta” yang bersekolah di Sekolah Guru A (SGA, taun 1964 dirubah menjadi Sekolah Pendidikan Guru/SPG), jika lewat Citameng, spontan “koor”. Melagukan pupuh “Balakbak” yang terkenal :
Aya warung sisi jalan ramĕ pisan, Citamĕng
Awĕwĕna luas luis los ka dapur, ngagorĕng
Lalakina, lalakina los ka pipir nyoo monyĕt, nyanggĕrĕng
(Ada warung pinggir jalan amat ramai, Citameng
Wanitanya menor bersolek, masuk dapur, menggoreng
Lelakinya ke pinggir halaman, bermain dengan kera,menyeringai)
Pada 1927, kereta api Cibatu-Garut-Cikajang pernah mengangkut seorang sele-britas Hollywood Charlie Chaplin. Konon Chaplin sengaja mengunjungi Garut, tertarik kabar keindahan Garut. “Mooi Garut”. Ia menginap di Hotĕl Ngamplang, yang masa itu merupakan hotel terbesar dan termewah di Garut.
Penumpang kereta api dari kota Garut ke Cikajang, kebanyakan para pengusaha kelas VIP. Para “Tuan Kawasa” (administratur) perkebunan teh dan karet. Menggunakan gerbong khusus kelas VIP. Maklum kaya raya dan orang-orang penting, pemilik modal yang mengolah hasil bumi Hindia Belanda, ratusan tahun turun-temurun.
Akankah kereta api Cibatu-Garut-Cikajang, akan kembali menemukan masa jaya seperti tahun 1930? Semoga saja. [ ]