Menyuarakan kebenaran dan berdiri melawan kezaliman tidak kewajiban sebagai Muslim tetapi juga sebagai warga masyarakat yang peduli dan bertanggung jawab. Menegakkan keadilan dan kebenaran, serta membantu sesama, merupakan bagian penting dari ajaran Islam yang harus dijalankan setiap Muslim.
Oleh : Rahmat Mulyana
JERNIH– Dalam kehidupan serang yang beriman, diam dalam situasi tertentu dapat dianggap sebagai tindakan yang salah, bahkan berdosa. Sikap diam, yang seringkali dianggap sebagai tanda kebijaksanaan, dalam konteks tertentu bisa berubah menjadi tindakan yang merugikan, bahkan mendukung kemungkaran.
-Diam sebagai persetujuan atas kemungkaran
Dalam Islam, sikap diam terhadap kemungkaran dianggap sebagai bentuk persetujuan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi Muhammad saw bersabda, “Siapa yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman.” (HR Muslim).
Dalam konteks ini, diam berarti mengizinkan atau bahkan mendukung terjadinya tindakan yang salah.
-Tanggung jawab orang berilmu
Orang yang memiliki pengetahuan, khususnya dalam agama, memiliki tanggung jawab lebih besar untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi Muhammad saw menegaskan, “Siapa yang ditanya tentang ilmu yang ia miliki, lalu ia menyembunyikannya, maka ia akan dibelenggu dengan tali dari api pada hari kiamat.” (HR Bukhari).
Hal ini menunjukkan bahwa menyembunyikan pengetahuan, terutama yang bisa mencegah kerusakan atau bencana, adalah sebuah dosa besar.
-Diam demi kepentingan diri sendiri
Sikap diam demi menjaga kepentingan pribadi, terutama setelah mendapatkan kekuasaan atau posisi, sangat dikritik dalam Islam.
Hal ini seperti tercermin dalam hadits, “Seseorang yang berbicara dengan kebenaran, lalu ia diancam, maka ia harus tetap berbicara dengan kebenaran. Jika ia disakiti, maka ia harus sabar. Dan jika ia dibunuh, maka ia mati syahid.” (HR Bukhari). Diam dalam situasi seperti ini dianggap sebagai pengkhianatan terhadap prinsip kejujuran dan keadilan.
-Diam menutupi kesalahan dan kebenaran
Diam untuk menutupi kesalahan sendiri atau orang lain, serta menyembunyikan kebenaran, juga dianggap sebagai dosa. Ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran, “Dan janganlah kamu menutupi kebenaran dengan kebohongan. Dan janganlah kamu mencampuradukkan yang hak dengan yang batil, dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah: 42).
Dalam berbagai konteks lain, diam juga bisa dianggap dosa, seperti:
– Diam saat diminta pertolongan
Mengabaikan orang yang membutuhkan bantuan atau tidak menggunakan kemampuan kita untuk melakukan kebaikan dianggap sebagai kelalaian moral. Hal ini sejalan dengan prinsip Islam tentang pentingnya membantu sesama yang membutuhkan.
-Diam saat diminta persaksian
Menolak untuk bersaksi dengan jujur dalam situasi yang membutuhkan keadilan adalah pelanggaran terhadap tuntutan agama untuk mendukung kebenaran. Dalam Islam, menjadi saksi yang adil dianggap sebagai kewajiban moral dan agama.
-Diam saat diminta nasihat
Tidak memberikan nasihat yang bermanfaat atau menghindari untuk membimbing orang lain ke jalan yang benar adalah bentuk dari keengganan dalam berbagi kebaikan. Nasihat yang baik dianggap sebagai amal jariyah dalam Islam, dan diam dalam konteks ini bisa mengurangi pahala.
Karena itu, sangat penting untuk memahami kapan diam itu bisa menjadi dosa dan kapan diam itu merupakan tindakan bijak. Islam mengajarkan bahwa setiap tindakan harus dipertimbangkan dengan baik, termasuk saat memilih untuk diam atau berbicara. Memahami batasan ini tidak hanya akan membantu menghindari dosa tapi juga meningkatkan kualitas ibadah dan interaksi sosial.
Dengan menyuarakan kebenaran dan berdiri melawan kezaliman, seseorang tidak hanya menjalankan kewajibannya sebagai Muslim tetapi juga sebagai warga masyarakat yang peduli dan bertanggung jawab. Menegakkan keadilan dan kebenaran, serta membantu sesama, merupakan bagian penting dari ajaran Islam yang harus dijalankan oleh setiap Muslim.
Karenanya sangatlah bijak jika seseorang ketika meminta maaf, ungkapkan selain memohon maaf atas ucapan yang salah tetapi juga memohon maaf atas apa yang didiamkan padahal seharusnya disampaikan. Itulah arti pertanggungjawaban. Wallahua’lam. [ ]
*Pengajar Ekonomi Islam pada IAI Tazkia