Gara-gara mikrofon yang belum dimatikan, tersiarlah pembicaraan Prabowo Subiyanto dengan Donald Trump. Tersebutlah nama “Eric”. Ada apa gerangan? Apa urusan Indonesia dengan anak Trump tersebut?
JERNIH – Suatu momen kecil di sela konferensi besar di Sharm el-Sheikh, Mesir, menggemparkan ruang berita dunia. Sebuah mikrofon yang “bocor” merekam percakapan ringan antara Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, dan Presiden AS, Donald Trump. Dalam nada santai namun bermakna, Prabowo berkata,“Bisa saya bertemu Eric?”
Trump menjawab cepat, “Saya akan menyuruh Eric menelepon.”
Sepintas itu tampak seperti basa-basi diplomatik. Namun bagi mereka yang membaca peta ekonomi global, percakapan tersebut bisa menjadi sinyal strategis: sebuah jembatan potensial antara ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan dinasti bisnis paling terkenal di Amerika Serikat — keluarga Trump.
Siapa Eric Trump?
Lahir pada 6 Januari 1984, Eric Frederick Trump adalah anak ketiga Donald Trump dan kini menjabat sebagai Executive Vice President of the Trump Organization. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan itu mengelola hotel, menara, lapangan golf, dan resort mewah di berbagai negara — dari New York hingga Skotlandia, dari Dubai hingga Bali.
Di Indonesia sendiri, Trump Organization sudah lama menancapkan kuku bisnis. Mereka menggandeng pengembang lokal MNC Group untuk membangun dua proyek prestisius: Trump International Resort di Lido, Bogor, dan Trump Resort di Tanah Lot, Bali, yang disebut-sebut akan menyaingi keindahan Nusa Dua.

Namun Eric bukan sekadar pewaris properti keluarga. Dalam beberapa tahun terakhir, ia mengarahkan langkah ke dunia baru yang penuh risiko sekaligus peluang besar: industri kripto dan keuangan digital.
Setelah keluarga Trump tersingkir dari dunia politik pasca-2021, Eric bersama saudaranya, Donald Trump Jr., mendirikan perusahaan American Bitcoin (ABTC) — sebuah raksasa baru di dunia penambangan kripto. Bekerja sama dengan perusahaan teknologi tambang Hut 8, ABTC tidak sekadar menambang Bitcoin, tetapi juga membangun cadangan Bitcoin strategis dan memperluas operasi di Amerika Serikat.
Tak berhenti di situ, Eric juga mendirikan World Liberty Financial (WLFI), yang meluncurkan stablecoin bernama USD1. Stablecoin ini dipatok terhadap dolar AS dan menjadi bagian dari upaya mereka membangun sistem keuangan alternatif berbasis blockchain.
Eric juga menjadi pemegang saham besar di Dominari Holdings, perusahaan keuangan yang aktif dalam IPO dan akuisisi di bursa saham New York dan Nasdaq. Melalui jaringan bisnis ini, Eric telah berpindah dari sekadar manajer properti menjadi figur sentral dalam dunia finansial dan teknologi digital.
Dibanding Donlad Trump Jr. dan Ivanka Trump, dua generasi kedua dinasti Trump yang paling banyak menjalankan bisnis, Eric Trump berbeda. Ia cemerlang karena inovasi dan pengembangan ke bisnis baru (crypto, fintech). Eric memang tampak lebih maju dibanding beberapa saudaranya di area tersebut.
Kekayaannya melonjak tajam. Menurut laporan Reuters dan CCN, valuasi perusahaan-perusahaan yang dikaitkan dengannya — termasuk ABTC yang berhasil menghimpun modal lebih dari 220 juta dolar AS — membuat kekayaan pribadi Eric mencapai ratusan juta dolar, dengan potensi melewati angka miliarder setelah American Bitcoin merger dan go public di Nasdaq.
Ada apa dengan Eric?
Lantas muncul spekulasi dan pertanyaan besar: mengapa Presiden Prabowo tertarik bertemu Eric Trump, bukan ayahnya?
Jawabannya mungkin terletak pada karakter dan arah bisnis Eric yang lebih sejalan dengan visi ekonomi Prabowo. Di tengah kebutuhan besar untuk memperkuat investasi asing dan memperluas sektor teknologi, sosok Eric bisa menjadi mitra ideal untuk membuka jalur kolaborasi lintas sektor.
Beberapa kemungkinan agenda strategis yang bisa dibicarakan antara keduanya antara lain peluang kerjasama property dan pariwisata, Trump Organization telah memiliki portofolio di Indonesia. Dengan dukungan politik dan kebijakan investasi baru, proyek seperti resort dan lapangan golf bisa berkembang lebih jauh — menciptakan lapangan kerja, memperkuat pariwisata premium, dan mengangkat citra Indonesia sebagai destinasi investasi global.
Eric membawa pengalaman nyata di sektor kripto dan blockchain. Indonesia, yang tengah menyusun regulasi aset digital, bisa memanfaatkan pengalaman ini untuk mengembangkan fintech dan sistem pembayaran modern, sekaligus menarik modal asing ke sektor inovatif.
“Mainan” utama yakni mesin uang baru yakni Sovereign Wealth Fund Indonesia bernama Danantara membutuhkan kekuatan modal besar. Dari negeri Paman Sam siapa tahu Eric bisa menjadi investor strategis bagi proyek-proyek Danantara: dari infrastruktur, transportasi, hingga teknologi. Skema public-private partnership (PPP) bisa menjadi model baru diplomasi ekonomi Indonesia.
Di sela-sela diplomasi politik Indonesia khususnya soal Palestina, Prabowo adalah salah satu kunci. Pengakuan Trump pada Prabowo sudah ditunjukkan dan diakui. Pertemuan ini, bila terjadi, akan melambangkan pergeseran paradigma diplomasi Indonesia — dari diplomasi politik menjadi diplomasi ekonomi digital. Prabowo dikenal pragmatis dan terbuka terhadap kemitraan yang membawa manfaat konkret.
Dengan Eric Trump, ia bukan hanya berbicara kepada pewaris dinasti bisnis, tapi juga kepada generasi baru pengusaha Amerika yang memahami arah ekonomi global: perpaduan antara kapital fisik (real estate) dan kapital digital (crypto & blockchain). Bagi Indonesia, hubungan seperti ini bisa menjadi pintu gerbang menuju investasi yang lebih beragam dan berteknologi tinggi.
Di sisi lain tentulah ada risiko “bermain” bersama keluarga Trump. Keterlibatan keluarga Trump di proyek luar negeri selalu menuai sorotan — terutama terkait transparansi dan konflik kepentingan. Indonesia harus memastikan setiap kesepakatan dilakukan secara terbuka, di bawah regulasi yang kuat, dan memberikan manfaat publik yang nyata.
Selain itu, sektor crypto masih menghadapi tantangan besar di Indonesia: fluktuasi nilai, keamanan digital, dan ketidakpastian regulasi. Pemerintah perlu berhati-hati agar euforia inovasi tak berbalik menjadi risiko finansial.(*)
BACA JUGA: Mesir Kerahkan Sistem Pertahanan Udara Rusia, Amankan KTT Gaza yang akan Dihadiri Trump