Ratu Balqis memilih jalan damai, dengan cara mengirim utusan dan hadiah-hadiah kepada Nabi Sulaiman. Sebab jika memilih jalan perang, akan merusak rakyat dan keutuhan wilayah.
Oleh : Usep Romli HM
Ratusan warga sipil tewas, dan ribuan luka-luka dalam huru-hara perang sekarang ini. Di Palestina, Suriah, Irak, Afghanistan, dan lain-lain yang sedang dilanda konflik bersenjata.
Mungkin demikianlah “hukum perang”. Rakyat lebih banyak menjadi korban daripada tentara yang berhadapan langsung melawan musuh. Sebab rakyat tak tahu apa-apa, hanya bertahan seadanya. Sedangkan tentara memang sudah terlatih sejak awal untuk menghadapi lawan dalam situasi terburuk sekalipun, baik ketika menyerang, maupun ketika diserang.
Banyak peristiwa mengerikan itu bersumber dari konflik horisontal internal akibat perbedaan ideologi, perebutan kekuasaan, separatisme, atau provokasi antarkelompok. Kemudian melibatkan pihak-pihak eksternal yang justru ingin “memancing di air keruh”. Suriah, Irak, Afghanistan, Ukraina adalah contoh aktual.
Di tengah kecamuk peluru penuh nafsu membunuh, dan korban sipil berjatuhan, tak ada salahnya jika menengok kebijaksanaan Sulaiman bin Daud (sekitar 3.000 tahun Sebelum Masehi). Raja dan nabi, yang bertahta di Jerusalem (Palestina) itu, selain memiliki rakyat dari kalangan manusia, juga menguasai bangsa jin, dan bangsa hewan beserta bahasa mereka sekalian.
Pada suatu hari, Nabi Sulaiman menghimpun pasukannya yang terdiri dari tentara manusia, jin dan hewan itu. Berbaris tertib menuju suatu tempat. Ketika melintasi sebuah lembah, seekor pemimpin semut berteriak kepada seluruh anak buahnya. Memerintahkan mereka masuk ke sarang-sarang di dalam tanah, agar tidak terinjak-injak oleh Nabi Sulaiman dan pasukannya.
Mendengar suara pemimpin semut itu, Nabi Sulaiman tersenyum. Ia merasa gembira telah mendapat karunia nikmat dari Allah SWT, berupa penguasaan bahasa semut dan binatang lain. Ia langsung bersujud, memohon kepada Allah SWT akan diberi kesadaran untuk mensyukuri karua nia nikmat itu (Quran, S.An Naml : 16-19).
Jika Sulaiman pongah, merasa sok kuasa, karena memiliki pasukan hebat, tentu seruan semut tak akan digubris. Hanya karena kerendahan hati sebagai sesama makhluk, Sulaiman mampu menahan diri dan menghindarkan korban tak berdosa, walaupun hanya hewan sekecil semut.
Kepada Bilqis, ratu kerajaan Saba, yang bersama rakyatnya menyembah matahari, Nabi Sulaiman mengirim surat dakwah. Berisi ajakan agar menyembah Allah SWT, yang tak ada sembahan selain Dia. Setelah membaca surat itu, Ratu Bilqis berembuk dengan para pembesarnya. Bagaimana menentukan sikap terhadap surat Nabi Sulaiman.
Para elit negara Saba mengatakan, mereka memiliki kekuatan besar dan keberanian berperang. Siap menempuh risiko terburuk apa pun. Namun semua tergantung kepada keputusan Ratu Balqis sebagai pemegang hak veto.
Ratu Balqis memilih jalan damai, dengan cara mengirim utusan dan hadiah-hadiah kepada Nabi Sulaiman. Sebab jika memilih jalan perang, akan merusak rakyat dan keutuhan wilayah. Para raja, jika menyerang suatu negeri, akan membinasakan dan menjadikan penduduknya sebagi sasaran tanpa belas kasihan. Kehidupan bangsa dan negara yang semula mulia, akan menjadi hina dina.
Akhirnya Ratu Balqis sendiri berangkat menghadap Nabi Sulaiman. Serta mengikrarkan diri, sebagai orang yang zalim kepada diri sendiri (karena berada dalam kesesatan menyembah selain Allah SWT) dan siap berserah diri bersama Sulaiman, kepada Allah Penguasa Semesta Alam (Quran, S.An Naml : 20-44).
Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis, versi Bijbel (Kitab Perjanjian Lama), telah difilmkan oleh Hollywood, tahun 1959, dengan pemeran utama aktor Yull Briner dan aktris Gina Lollobrigida, sehingga cukup dikenal luas oleh masyarakat.
Dan yang terpenting, kebijakan dan kebijaksaan Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis, dalam menghadapi situasi kritis yang mengarah kepada peperangan, dapat dijadikan renungan. Kedua tokoh yang menjadi ikon kisah literatur agama (Quran dan Bijbel), seharusnya terus menjadi suri tauladan bagi setiap orang yang mendambakan kedamaian di muka bumi. [ ]