Di antara mereka, baik pendatang baru atau sisa dari orde sebelumnya, bahkan mencoba untuk mencari keuntungan dari kenyataan belakangan ini.
JERNIH– Beberapa saat belakangan ini kita turut menjadi saksi adanya persoalan-persoalan di dalam kehidupan bersama kita, baik dalam politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya. Beberapa hal itu merupakan persoalan baru yang belum ada presedennya di republik ini, yang kritis dan krusial.
Perlu ada semacam perubahan lebih mendasar dalam kehidupan kita bersama dalam berbagai bidang oleh penanggung jawab utama atau mereka yang diberi mandat oleh rakyat atau para elite yang selama ini menikmati fasilitas negeri ini.
Dalam kenyataannya, apa yang dilakukan para elite itu ternyata tidak cukup menjadi jawaban dan memberi solusi untuk masyarakat kita yang diterpa oleh banyak sekali persoalan yang bertubi-tubi, baik persoalan yang baru maupun yang lama. Di antara mereka, baik pendatang baru atau sisa dari orde sebelumnya, bahkan mencoba untuk mencari keuntungan dari kenyataan belakangan ini.
Itu diakibatkan karena tidak adanya koreksi fundamental dari cara bernegara dan berbangsa. Kita tenggelam di dalam konservatisme atau tradisionalisme dalam politik, ekonomi, dan lain-lain. Kita tidak punya gagasan baru yang komprehensif tentang bagaimana bernegara, bagaimana menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi, sosial, agama, dan lain-lain. Kita masih menggunakan cara berpikir yang lama.
Koreksi fundamental itu, termasuk penilaian tentang kerja pemerintahan, terutama kerja kabinet.
Beberapa pihak di pemerintahan, termasuk di kabinet, memiliki performance yang kurang baik bahkan buruk. Beberapa menteri atau pejabat negara tidak memiliki prestasi yang bisa diandalkan untuk memberi jalan-jalan baru. Ada baiknya mereka itu diminta untuk mengundurkan diri atau diganti (reshuffle) oleh Presiden.
Beranikah Presiden Jokowi? [ ]